Keinginan mencari jatidiri, mengenali diri sendiri dari masalalu nenekmoyang adalah bagian kemanusiaan yang mulia yang secara tak sadar terkait dengan hakekat asali-manusia yaitu Sang Pencipta, Akar dari Segalanya.
Bangsa Indonesia adalah Negeri yang dekat dengan masalalu, namun karena suatu yang sistematis dari penjajahan, masalalu menjauh, tak dikenali bahkan asiang. Itulah yang membuat bangsa Indonesia banyak yang gagap budaya.
Gagap Budaya
Selama ini yang sering dianggap selalu dalam posisi gagap budaya adalah para buruh migran, saat mereka kerja di luar negeri, atau orang kampung yang masuk ke kota. Anehnya orang kota yang masuk kampung gak pernah dianggap gegar budaya. Lagi-lagi stratifikasi didalam persepsi manusia, ada rangking/tingkatan tentang budaya. Budaya kota dianggap lebih maju,progressive sehingga kalau datang ke kampung/desa dianggap tidak gagap. Walaupun realitanya gagap, bahkan panik menyergap si orang kota itu, dan biasanya orang kampung akan menjelaskan segala tatacara yang masih ada dan dipraktekkan di kampung kepada orang kota yang datang ke kampungnya, lalu orang kota yang baik akan turut mengikutinya.
Gagap budaya sejak kecil terjadi, menjadi-jadi sejak tahun 1990an hingga sekarang. Sebagai contoh, anak yang lahir di Jakarta, ayah ibunya keturunan suku Jawa, si anak ada usia 7 tahun ketika ditanya apakah tahu lagu asli Jakarta, ceritanya dan sejarah lagu itu, adat istiadat Jakarta, atau Jawa karena bapak -ibunya keturunan Jawa. Belum ada survei mengenai ini, tapi saya yakin 88% anak umur 7 tahun ini pasti tidak bisa menjawabnya, tidak mengerti. Padahal adat budaya Jakarta mulai dari perkawinan, kematian, permainan anak, tarian ada. Juga Jawa.
Tercerabut Akar, Cangkokan Luar
Lalu para orang Indonesia yang tinggal di luar negeri, atau menikah dengan bangsa asing gagap budaya. Pencangkokan budaya terjadi. Persamaan lahannya seperti dalam pencangkokan tumbuhan, kalau dicangkongkan pada yg akarnya tak kuat dan tak siap maka akan menghasilkan tanaman cangkok yang tdk sempurna.
Yang paling super lucu itu cangkokan dari dari cangkokan. Jadi seperti Semedi itu asli dari Nuswantara. Kalau orang india-tibet nyebutnya yoga. Diadopsi sama barat meditasi (seMedi). Eh orang Indonesia belajar yoga dr orang barat, yang lebih super aneh, buku yoga (olah raga) untuk anak kedokteran/fisiotherapi UI terjemahan dari barat! Gubrak. Padahal Yoga itu bagian dari penyebutan masa awal Penciptaan manusia yaitu Kali Yoga, Jaman Besar Kedua, yang padanya terkait dengan penciptaan susunan syaraf manusia.
Itulah kalau bangsa yang tercerabut akarnya. Bisa tidak kenal siapa ibumoyangnya, tidak tahu siapa bapakmoyangnya. Sehingga tak lagi mampu memuliakan peninggalan dan warisannya. Yang ada terheran-heran dengan 'kebesaran' negeri lain yang sebenarnya SEMU.