Saat kemudian kau berdiri, angin kencang menerpa menyibakkan rambut panjangmu higga terurai seksi, rokmu melambai-lambai hingga dapat kulihat celana dalammu yang berwarna putih. Terkesima, aku pun berdiri. Terkejut rasanya dengan angin yang semakin kencang hingga capung-capung itu pun terhanyut dalam pusaran kencang angin itu. Takut kau ikut terseret, maka kuacungkan tanganku hendak meraih tanganmu, namun angin kencang itu sungguh cepat dan keburu membawamu pergi. Kau terbawa angin itu namun kenapa dia tidak membawaku juga. Kau pun pergi bersama angin entah kemana, dan aku kembali keruang sunyi, menyalakan sebatang rokok, dan kembali menatap kepergianmu. Hanya senyummu yang tersisa sudah.