Kau dan aku berjumpa melalui kata
Bertukar sapa juga cerita
Kita jatuh cinta pada kata
Juga mengungkapkan rasa melalui kata
Januari penuh kata. Entah tepat atau tidak, tapi itulah yang kurasakan saat detik jam menyentuh angka 12 tepat. Waktunya menjalani sebuah proyek yang “gila” menurutku. Gila, karena dalam sebulan kita ditargetkan menulis dan mengumpulkan 50 ribu kata, jumlah yang terlalu banyak dalam hitungan jemariku. Gila, karena diriku yang hanya penikmat fiksi memutuskan “nyemplung” ke dalamnya tanpa persiapan apa-apa. Tanpa draft cerita sama sekali. Akan menulis apakah saya…? Hahaha… saat itu masih belum terpikir sama sekali. Bahkan rasanya mustahil untuk menyentuh angka 5K sekalipun. Tapi sebelah kaki telah melangkah ke depan, tinggal menunggu kaki yang sebelah kemudian bersama-sama mengayunkan langkah. Kita takkan tahu jika kita tidak mencoba, jalani semampunya… (terima kasih untuk kalimat ini). Maka dimulailah segala kegilaan di bulan Januari. Kegilaan yang memabukkan…hingga hanya satu kata yang mewakili Januari, “maboookkkkk”.
Tiga hari berlalu, tak sesuku katapun yang mau berdamai denganku. Akhirnya saat mengintip grup Kampung Fiksi, huwaa… mencengangkan buatku melihat jumlah kata yang mampu dikumpulkan oleh nekaders yang lain. Dalam tiga hari, mereka mampu memanen empat sampai enam ribu kata. Lalu, mengapa saya tidak bisa? Kemanakah segala ide itu bersembunyi? Ternyata, saya butuh shock therapy dulu untuk bisa memulai, dan langkah mengarungi Januari kuawali dengan benih tiga ratus kata. Dari angka kecil itulah semua bermula, ide untuk menuliskan harapan dan kenangan dalam bentuk sebuah kumpulan cerpen pun mulai mekar. Saya sedang bersemangat.
Perjalanan rupanya tak mudah, pertengahan Januari “sahabat kecil” saya menyapa dan memaksa saya berebut nafas selama beberapa hari. Setelah itu, kekonsistenan saya mulai menurun. Kembali kata-kata menjauh. Tapi, kegilaan itu itu kembali kambuh saat melihat kebersamaan di Kampung Fiksi. Semangat dari mereka adalah pupuk buat benih-benih kataku yang lain. Canda tawa menjelma air saat tanaman kataku mulai layu. Dan lihatlah, di penghujung Januari kemarin tanaman itu mulai berbuah dengan jumlah 16.411 kata (ini versi wordcountool, sementara versi Word 16.522 kata, kemanakah hilangnya 111 kata? Hem, sayapun tak tahu :D )
Jangan katakan, panen ini sedikit. Buat saya ini panen yang luar biasa, sebab ini adalah pencapaian pertama saya menulis sebanyak itu dalam sebulan. Tak ada kecewa saat angka itu masih jauh dari 50K. Tak ada alasan untuk kecewa sebab sebuah pohon ikut tumbuh tanpa sengaja, pohon yang sampai saat ini masih tak tahu akan kunamakan apa. Akarnya adalah rasa percaya diri (yang dulu sebagian dari kami tak utuh memilikinya), batangnya adalah kebersamaan dan persahabatan, rantingnya serupa jemari yang tak henti berdo’a, dan daunnya adalah mimpi-mimpi masa depan. Kelak, pohon itu akan menghasilkan buah yang manis, saat mimpi-mimpi itu pelan-pelan menjelma nyata (Maafkan, saya sedang ingin lebay… heheheh)
Januari boleh berakhir kemarin, tapi langkah masih terus berlanjut. Benih-benih kata masih harus disemai. Selamat untuk para nekaders (Mbak G, Mbak Endah, Uni Winda, Tante Deasy, Mbak Sari, Mbak Ria, Mbak Meli, Abang Mamar, Mas Aris, Mas Meddy, Paman Arif, Kang Dhani, Mbak Ama Atiby, Mbak Siti, Ainim, Alfian, Bang Edi, Mas Teguh Ari, Mas Teguh Kurniawan, Rahma, Mbak Elly, Mbak Annisa, Mbak Dina, Mbak WD Indah, Mbak Astuti, Mas Median, Mas Hendra, Bang Roni, Budi Boil, Pak Katedra, dan Mas Dede) Terima kasih atas jalinan pertemanan ini. Tahun depan semoga kita menjalani kegilaan yang sama lagi… ;)
.
.
Note :
>> Karena ini curhat belaka, segala ejaan dan kata-kata yang ga nyambung termasuk empat baris pembuka di atas harap dimaafkan…hihihi…
>> Ucapan terima kasih juga buat mereka, para saudaraku di DR dan “ruang kuning” yang selalu memberi semangat…:D