Masih teringat ketika saya bekerja di Jakarta ketika itu,,ketika masih harus bangun dan berangkat pagi,,berdesakan di bis,,menghadapi macet,,atau ngantri di halte busway..demi sesuap nasi (dan sebongkah berlian)heheheeee...lalu selesai pulang kerja dengan pemandangan yang memang sudah tidak asing lagi.. : macet lalu lintas,,bis kota,,pengamen dan anak2 jalanan,,dan teriakan para salesman penjaja minuman dan makanan ringan.. Aaahh,, Jika di pikir kembali tentang Indonesia kita,,ternyata unik yaa.. Malah terkadang,,saya merasa rindu dengan kemacetan Jakarta,,dan Buswaynya.. karena saya merasa bahwa untuk memaknai nilai hidup ini,, Ia akan terasa lebih Indah walau kita keadaan dalam sakit,,walau dalam kekurangan,,walau dalam keadaan terpuruk.. itu semua membutuhkan SENI dalam diri..Dari situ kita dapat mengambil satu pelajaran yang paling berharga dari mereka menurut saya.. (dan yang selalu Ayah saya ajarkan,,insya Allah saya masih memegang ajaran itu Ayah..)..bahwa dalam keadaan apapun kekurangan hidup,kita harus tetap semangat mencari rejeki dan ridho Allah,,tidak putus asa karena hakikatnya hidup itu adalah seni kita untuk : bersabar,,tak kenal lelah untuk belajar dari hidup,,berusaha mewujudkan yang lebih baik,,dan menggunakan sebaik mungkin potensi positif yang kita miliki sebagai manusia ciptaan Allah yang di berikan akal dan pikiran..(I love you Ayah..)
Memaknai kata "bersyukur"..atau "syukur" dalam KBBI-Kamus Besar Bahasa Indonesia, dapat di artikan sebagai (1)rasa terima kasih kepada Allah ,dan (2) untunglah ( menyatakan lega,senang,dan sebagainya). Pengertian kebahasaan ini ternyata ternyata tidak sepenuhnya sama dengan pengertiannya menurut etimologi (asal kata) itu sendiri,maupun menurut penggunaan Al Qur'an atau istilah keagamaan. Di dalam bukunya "Maqayis Al-Lughah" karya Ahmad Ibnu Faris,,menyebutkan empat arti kata syukur tersebut yaitu,:
1. Pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh.
Hakikatnya adalah merasa ridha atau puas dengan sedikit
sekalipun, karena itu bahasa menggunakan kata ini
(syukur) untuk kuda yang gemuk namun hanya membutuhkan
sedikit rumput. Peribahasa juga memperkenalkan ungkapan
Asykar min barwaqah (Lebih bersyukur dari tumbuhan
barwaqah). Barwaqah adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh
subur, walau dengan awan mendung tanpa hujan.
2. Kepenuhan dan kelebatan. Pohon yang tumbuh subur
dilukiskan dengan kalimat syakarat asy-syajarat.
3. Sesuatu yang tumbuh di tangkai pohon (parasit).
 4. Pernikahan, atau alat kelamin.