Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat Pilihan

Bermain logika dalam sains

31 Desember 2024   09:26 Diperbarui: 31 Desember 2024   09:26 51 0

Logika adalah konsep yang umumnya orang kenal biasa di mainkan dalam ranah filsafat,Tapi kenapa dalam sains juga harus melibatkan logika ? ...

Atau mengapa kita harus melibatkan logika dalam sains ? Karena metode sains itu terbatas untuk menyelesaikan beragam persoalan kompleks yang kita temukan dalam sains.

Karena dengan bermain logika kita akan mengetahui lebih banyak tentang sains diluar dari prinsip serta metode formal nya.Atau mengapa kita harus melibatkan logika dalam sains ? Karena metode sains itu terbatas untuk menyelesaikan beragam persoalan kompleks yang kita temukan dalam sains.

Persoalan sains menjadi makin kompleks misal ketika kedalamnya sudah masuk ide,gagasan,filosofi,pendapat pribadi hingga ke ideologi yang sudah diluar sains dan sudah diluar kepentingan sains.Disini logika berperan mengurai masalah dan menyelesaikannya

Intinya prinsip empirisme dalam sains tidak semestinya "jalan sendirian", Maka dengan bantuan logika kita bisa menyelesaikan beragam persoalan dlm sains yang sudah diluar konteks prinsip empirisme.Bahkan bisa menyelesaikan beragam persoalan lebih kompleks lagi,saya hanya berupaya menyisirnya dan menemukan persoalan nya satu demi satu

.................

Contoh ; Mengapa sih dalam dunia sains itu ada kategori ; asumsi,hipotesa-dugaan sementara,prediksi,teori serta penjelasan teoritis ? Kenapa tidak semua obyek yang dikelola atau dibahas oleh sains  dibuktikan secara empiris,Dan penjelasannya full empiris-berdasar pengamatan empiris,bukankah visi misi sains adalah mencari kebenaran empiris ?

Dan wajar kalau ekspetasi publik terhadap sains itu selalu kebenaran empiris,Karena sains adalah alat yang dipandang bisa di andalkan untuk itu

Tapi mengapa sains tidak selalu bisa meng empiriskan atau membuktikan atau menjelaskan secara empiris seluruh obyek yang dibahasnya ? Nah disini logika kita akan mulai bermain

Logika nya adalah ; Karena sains berhadapan dengan obyek yang beraneka ragam,ada obyek yang bisa di amati secara langsung secara empiris bahkan dibawa ke lab dan ada obyek yang tersembunyi yang tidak bisa diamati secara langsung secara empiris.Dengan istilah lain ; Ada obyek mudah dan obyek sulit.

Maka itu lahir istilah asumsi,hipotesa, prediksi,teori,penjelasan teoritis itu karena sains tidak selalu berhadapan dengan obyek mudah dalam artian full dapat diamati secara empiris.Semua kategori istilah yang saya sebut itu adalah cara sains menyikapi sesuatu yang tidak dapat diamati full-sepenuhnya secara empiris atau bahkan tidak bisa diamati sama sekali (tersembunyi)

Contoh ; ketika sains berupaya membahas asal usul alam serta asal usul makhluk maka bisa disebut sains berhadapan dengan obyek yang tidak mudah karena obyek aslinya tidak dapat diamati,Maka lahir gagasan teoritis yang kita kenal "teori asal usul alam" serta "teori asal usul makhluk".

Kenapa dilabeli "teori asal usul" dan bukan "fakta asal usul" ? Karena sains membahas persoalan itu bukan berdasar pengamatan langsung atas obyek asli.Sains mencari bahan bahan untuk menyusun teori tsb hanya dari yang masih dapat ditemukan saat ini maka lahir misal teori bigbang atau teori evolusi.Ingat dan catat bahwa hadirnya teori teori (asal usul) tsb adalah karena fakta orisinil masa silam nya TIDAK ADA YANG TAHU

Bandingkan misal bila bahasan asal usul alam serta makhluk itu berdasar pengamatan langsung secara empiris maka yang akan ada adalah "fakta asal usul alam" atau "fakta asal usul makhluk".Tapi tak ada saksi yang bisa melihat awal mula alam serta awal mula keberadaan makhluk,maka manusia saat ini hanya bisa berupaya membuat dugaan melalui penjelasan teoritis.Jadi makna "teori" dalam kasus ini adalah upaya manusia membuat dugaan-BUKAN MENJELASKAN FAKTUALNYA,karena penjelasan faktual mesti berdasar kesaksian atas obyek utama

Terus bagaimana dengan orang orang yang sudah menganggap teori evolusi asal usul makhluk seolah sebagai "fakta" atau "penggambaran faktual" (dan tak terima kalau dianggap upaya membuat dugaan) ? Itu artinya mereka tak faham latar belakang kenapa gagasan tsb dilabeli "teori"-bukan "fakta".

Kalau masih dilabeli "teori" maka setidaknya orang tetap harus membuat jarak dengan kategori "fakta"-tak boleh di paralelkan.Walau telah dibuat langkah langkah ilmiah yang sangat ketat dalam pembentukan suatu teori tapi jarak tersebut mesti tetap dijaga,karena melenyapkannya itu melanggar aturan ilmiah.Soal jarak itu kelak menebal, menipis atau menghilang maka itu akan mengikuti perkembangan

Mari kita ber logika ; Mengapa metamorfosis kupu kupu atau perkembangan janin itu tak ada teori nya ? Karena itu obyek yang full dapat diamati, Kalau full dapat diamati ya buat apa bikin teori.Teori serta penjelasan teoritis itu idealnya untuk menjelaskan sesuatu yang tidak bisa full diamati atau bahkan obyeknya tersembunyi seperti asal usul alam atau makhluk

Contoh lain ; kalau seluruh planet dapat diamati secara full termasuk gerakannya maka teori heliosentris itu tidak akan ada,heliosentris hingga saat ini masih disebut "teori" selama obyek aslinya tidak dapat diamati full secara utuh

Bumi bulat saat ini ketika orang sudah bisa keluar angkasa mungkin tak perlu disebut teori lagi karena dari luar angkasa orang bisa melihat bulatnya bumi full secara empiris.Jadi zaman dulu "bumi bulat" adalah sebuah teori tapi ketika manusia sudah bisa keluar angkasa maka jarak antara teori dengan fakta sudah bisa dibuang karena orang telah bisa melihat fakta orisinil nya secara langsung secara empiris-via indera

Jadi darisini kita bisa berlogika bahwa antara teori dengan fakta itu ada perbedaan substansial,ada aspek yang membedakan dan tak bisa diparalelkan sama atau sederajat,Kalau fakta itu mutlak kebenarannya karena bisa diverifikasi secara empiris-via inderawi tapi sebuah teori masih punya kemungkinan antara benar atau salah

Kita berlogika lagi ;
Terus sesuatu yang kedudukannya bisa masih debatabel-belum pasti kebenarannya karena masih berlabel "teori" dan essensinya upaya membuat dugaan, apakah pantas kalau lalu di bentur benturkan dengan agama ?

Karena kalau lebih idealnya yang harus dibenturkan dengan mengatas namakan sains itu sesuatu yang dalam sains sudah berposisi fakta empirik-bukan yang baru upaya membuat dugaan

Itulah,dengan memainkan logika dalam dunia sains kita akan menemukan dan memahami banyak hal tentang sains diluar dari prinsip serta metode formalnya,Dan sekaligus kekeliruan yang dibuat sebagian fihak yang mengatas namakan sains,Atau misal yang memparalelkan teori dengan fakta yang memang belum tentu serba paralel- bergantung obyek yang dibahas nya apa

Logika bisa dimainkan dalam sains ketika sains bahas berbagai masalah diantaranya untuk mengetahui sampai mana sih batas kemampuan sains itu ?

Contoh berbagai persoalan dalam sains yang mana logika kita bisa atau mesti ikut bermain ;
- Apakah sains bisa menentukan alam semesta terbatas atau tidak terbatas ?
-Mengapa sains menemukan prinsip ketakpastian dalam dunia kuantum ?
-Mengapa prinsip sains dengan materialisme dan dengan sainstisme berbeda ?
-Mengapa mekanika alam semesta Newton dipandang tidak berlaku untuk menjelaskan ruang waktu semesta secara keseluruhan ?
-Apakah mekanika kuantum meruntuhkan mekanika Newton ?
-Apakah konsep 7 lapis langit dapat diterima secara sains ?

Mungkin anda bisa menghimpun secara lebih banyak lagi persoalannya dan kita bisa membahasnya bersama

Contoh 1 ; Apakah sains bisa menentukan alam semesta terbatas atau tidak ?

Nah kita tahu bahwa hingga saat ini sains belum memiliki alat yang bisa menemukan batas alam,maka persoalan apakah semesta terbatas atau tidak terpaksa terpaksa harus diselesaikan dengan bantuan logika.Dan saya sudah bikin artikel bahas persoalan tsb tapi beberapa lawan debat anehnya ada yang tetep minta bukti empiris batas alam.Ia belum faham kalau penggunaan logika dilakukan itu ketika input indera sudah tidak lagi bisa masuk.

Ketika metode empiris buntu ya logika harus di mainkan.Ini berlaku utamanya ketika orang bertemu dengan persoalan metafisika tapi dalam sains pun fenomena serupa itu terjadi sekaligus menunjukkan bukti keterbatasan sains

2.Mengapa sains menemukan prinsip ketakpastian dalam dunia kuantum

Ya yang pertama yang kita harus memahami adalah "kenapa sains bisa memastikan atau mengukur sesuatu dengan pengukuran serba pasti dan terukur" (?)

Pertama tentu ketika sesuatu itu dapat diamati secara obyektif-bisa diluar atau tanpa keterlibatan subyektifitas sang pengamat,dan kedua,bila batasan dari obyek atau atribut yang melekat pada obyek yang di amati dapat ditentukan secara akurat-terukur.

Sampai level kuantum sebenarnya kondisi demikian masih ditemukan,buktinya orang bisa mengelola partikel atau element kuantum menjadi teknologi digital atau AI. Karena teknologi bisa dibuat bila element yang membentuknya dapat di ukur dengan pengukuran serba pasti dan terukur

Tapi ujung terdalam dari dunia kuantum bukanlah obyek yang serba bisa diamati- diukur dan di pastikan.Melihat realitas materi di level kuantum seperti melihat gradasi warna dari hitam ke putih dan batasnya bukan sesuatu yang bisa diamati secara kasat mata.Di dunia kuantum kita seperti melihat gradasi warna abu abu lalu gradasi tersebut menghilang kedalam putih

Jadi kalau menilai pake logika ; disini kita bisa menemukan batas sains dalam mengukur obyek.Obyek bisa di ukur dan dipastikan hasil pengukurannya bila obyek nya dapat diamati dan di ketahui seluruh atribut yang membatasinya semisal volume nya,massanya,verakannya dlsb yang orang sains lebih tahu

Sedang di dunia kuantum pengamatan sudah mulai blur hingga subyektifitas sang pengamat bisa ikut terlibat dan atribut yang melekat pada obyekpun sudah tidak bisa serba dipastikan,sebagai contoh dualisme partikel-gelombang ketika kita mengamati cahaya,Atau superposisi kuantum yang tidak tetap-permanen pada satu posisi

3.Mengapa prinsip sains dengan materialisme dan saintisme berbeda ?

Sains adalah institusi ilmu dengan visi misi merumuskan kebenaran empiris- bentuk kebenaran yang dapat di verifikasi secara indera.Maka dlm sains sesuatu belum diposisikan sebagai kebenaran bila belum bisa dibuktikan secara empiris

Sedang visi misi materialisme maupun sainstisme itu sudah berbeda dengan sains dan arahnya bersifat filosofis-bahkan ideologis-substabsinya bukan lagi terkait obyek fisik-materi yang dikelola oleh sains

Maka berdasar logika,dua hal yang substansi-prinsip sampai visi misinya berbeda tidak bisa serba di paralelkan atau apalagi disejajarkan atau disederajatkan,Sehingga pertama kita harus menempatkan sains pada posisinya sesuai prinsip dasarnya dan yang sudah berbeda prinsip dasarnya maka harus ditempatkan diluar sains.Sehingga mesti di pertanyakan bila penganut pandangan materialisme atau saintisme selalu mengatas namakan sains.Karena substansinya sudah berbeda antara obyek sains yang bersifat fisik-materi dengan sesuatu yang sifatnya sudah filosofis

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun