Mengapa akal hanya bisa berjalan diatas rel dualisme-dualistik dan tidak bisa diatas rel monolistik-materialistik (cara pandang menyebelah-satu arah).
Dan mengapa realitas kehidupan justru mendukung eksistensi cara berpikir akal yang dualistik dan bukan cara berpikir materialistik-satu arah ?
Mengapa cara berpikir akal yang sistematik itu memerlukan dualisme-tak bisa cara pandang satu mata-monolistik sebagai landasannya ?
Semua itu mesti kita rekonstruksi-telusuri secara analitis
...............
Dasar dari eksistensi akal sebenarnya tertulis dalam kitab suci al qur an bahwa kehidupan diciptakan berpasangan-Tuhan menciptakan hal yang berpasangan. Karena ada hal berpasangan itulah maka akal bisa berpikir dualistik-selalu melihat ke dua dua arah,membuat perbandingan antara satu dengan lainnya yang menjadi pasangannya.
Jadi karakter akal itu intinya bukan dibangun semata oleh filsafat atau ilmu logika tapi oleh hal yang diciptakan di alam.Filsafat serta ilmu logika hanya menangkap adanya karakter akal dan bukan menciptakannya
Adanya hal yang serba berpasangan- dualis baik yang bersifat fisik maupun non fisik,baik yang makro maupun mikro (hingga ke level partikel elementer) di alam dan dalam kehidupan ini menciptakan beragam skema yang dapat diurai secara dualistik,contohnya ; dapat diurai benar-salahnya,sebab-akibatnya, ada-tidak adanya,untung-rugi nya dlsb analisa yang menggunakan kategori dualistik.
Jadi dengan kata lain,mustahil akal bisa beroperasi tanpa ada rel dualisme-hal dualistik,Maka karena itu karakter akal itu selalu memuarakan pada simpulan-rumusan-konsep yang dapat dianalisa secara dualistik ; dapat dianalisa sebab-akibatnya,benar-salahnya,baik-buruknya,untung-rugi nya dst
Lalu bagaimana dengan seorang yang cara berpikir akalnya sudah tidak sehat ?
Itu dapat dicirikan bila orang itu tak mau orientasi pada rumusan benar-salah yang jelas,cenderung berpikir abu abu,tak mau orientasi pada dualisme yang hitam putih-menyukai hal hal serba relatif- memilih skeptis ketimbang mencari kebenaran yang jelas
Dan orang dengan cara berpikir akal yang masih sehat tentu saja orang yang masih berpandangan-percaya ada benar-salah yang hitam-putih,Selalu menggunakan analisa sebab akibat yang sistematis pada berbagai persoalan baik fisika maupun metafisika
Nah adanya kehidupan yang dasarnya diciptakan berpasangan-dualistis itu sebagai turunannya melahirkan hal yang sistematis-mekanistis-tertata-beraturan.Dan ini lalu melekat menjadi cara berpikir akal atau karakter akal.Jadi karakter berpikir akal sebenarnya adalah cerminan realitas alam-kehidupan yang dicipta dualis-beraturan-tertata-sistematik
Coba kalau alam diciptakan full serba chaotik seperti fenomena di ruang angkasa nun jauh disana diluar lingkungan bumi maka kalau manusia hidup di lingkungan seperti itu maka karakter cara berpikir akal yang sistematik itu tidak akan ada
Karakter cara berpikir akal klop-harmoni- bersesuaian-paralel-identik dengan mekanisme kehidupan yang didesain.
Masalahnya,beberapa orang tidak suka pada cara berpikir seperti itu,mereka lebih suka orientasi pada yang abu abu, chaotism, relatifism,skeptisisme, ketakpastian
Bahkan lambat laun konsep "akal" pun tidak mereka terima karena tidak empiris,lalu diganti dengan tema "gelombang elektrik otak" dan interaksi antar neuron.Dan konsep-pembicaraan tentang akal pun mereka anggap sudah wacana era jadoel
Mungkikah ini era menuju akhir zaman tea ?
KARAKTER AKAL
Bagaimana karakteristik jalannya akal pikiran manusia itu ada rel atau track nya, Karena cara-jalannya akal itu bukan seperti pembalap liar yang tidak mengenal track dan boleh menempuh alur sesuka nya.Ini beda dengan karakter berkhayal dan berhalusinasi yang tidak mengenal track,aturan dan apalagi metode ilmiah. Maka berkhayal itu bebas-tak  terikat aturan ilmiah.
Maka orang harus bisa bedakan konsep atau ide hasil berlogika dengan hasil berkhayal atau beimajinasi bebas karena karakteristiknya pun berbeda jauh.Hasil cara berpikir akal itu kalau dianalisa memiliki struktur logic-struktur yang bisa ditelusuri sebab-akibat sebab-akibatnya secara sistematis
Orang orang tertentu yang tidak mengenal sistematika berpikir akali mudah stigma berlogika sebagai berkhayal atau lebih kasar lagi "berhalu".Padahal betapa akal itu dijunjung tinggi dalam agama wahyu karena itu alat berpikir yang bisa membuat manusia menemukan kebenaran Ilahi.Karena kebenaran Tuhan didesain bersesuaian dengan fitrah cara berpikir akal manusia
Maka itu ada ilmu logika sebagai disiplin ilmu yang khusus untuk mengelola cara berpikir akal agar sesuai aturan,agar selalu tertata atau mengikuti kaidah berpikir yang benar.Karena dalam kehidupan ini banyak hal yang merusak cara berpikir akal diantaranya faktor emosi kalau itu mendominasi jiwa, kemudian ada prinsip-ideologi-filosofi- cara pandang yang tidak mendukung atau tidak harmoni dengan cara berpikir akal yang sistematik.Contoh materialism,skeptisism, relativism. Empirisme juga prinsip dasarnya berbeda dengan rasionalism
Fungsi akal yang utama yang sesuai dengan otoritasnya itu bukanlah mengkonsep kebenaran empiris (karena kebenaran empiris adalah otoritas inderawi) tapi merumuskan bentuk kebenaran "rasional" yaitu bentuk kebenaran yang difahami oleh cara berpikir akal,dalam filsafat dikenal sebagai "logosentris".
Filsafat klasik era Aristoteles,Plato beraliran logosentris tapi makin maju ke depan secara perlahan karakter logosentris "dimatikan" oleh para pemikir "barat",Maka jadilah prinsip empirisme menjadi landasan dasar prinsip sains saat ini
Mengapa rasionalisme atau prinsip yang mengakui otoritas akal (yang otonom dari prinsip empirisme) tetap ada dan bertahan disepanjang zaman ? Itu karena persoalan ilmu-kebenaran itu kompleks berkelindan diantara persoalan fisika-metafisika, materi-non materi dan karakter itu tetap ada hingga saat ini-tidak lenyap oleh dominannya ilmu fisik-material
Artinya,Ada persoalan yang merupakan ranah ilmu fisika tapi juga ada persoalan yang merupakan ranah ilmu metafisik, Tidak semua persoalan keilmuan bisa di selesaikan oleh prinsip serta metode empirisme.Ini tidak diakui misal oleh ideologi materialism,maka ideologi ini tidak sejalan atau tidak harmoni dengan logosentrisme atau rasionalisme. Materialism hanya mengakui otoritas ilmu fisik-materi
...........
Karakter akal yang sistematik digunakan di semua institusi ; sains,filsafat serta agama,juga di berbagai aspek lain ; politik,hukum, ekonomi dlsb.cuma karakter penggunaannya yang berbeda. Kalau dalam sains (yang oleh "barat" lebih di konsep sebagai ilmu dunia fisik-materi) maka karakter akal digunakan untuk membantu merumuskan "kebenaran empirik"-bentuk kebenaran yang bisa diverifikasi secara indera
Dalam ranah filsafat serta agama karakter akal digunakan bukan untuk mengkonsep kebenaran empiris tapi untuk mengkonsep bentuk kebenaran yang bisa diterima serta difahami oleh cara berpikir akal yang sistematis.Termasuk ilmu teologi basis dasarnya adalah rasionalisme-memakai argument akali
............
Kehidupan pun seperti sudah di desain sedemikian rupa sehingga akal manusia dapat menangkap dan memahami adanya hal yang sistematik-beraturan- mekanistik bahkan deterministik,itu karena di alam semesta dan dalam kehidupan ini ada hal yang selalu mengarahkan kesana-kepada pemahaman sistematis tsb.
Coba kalau dalam kehidupan ini semua serba chaotik,serba acak,serba tak beraturan dan serba tak ada yang bisa di tetapkan dan dipastikan maka karakter akal yang tertata- sistematik itu tidak akan ada,Dan kebenaran rasional yang dicari oleh akal pun idem-tidak akan ada
Menurut penjelasan agama wahyu kehidupan ini di tata sedemikian rupanya sehingga akal manusia dapat menangkapnya dan menciptakan karakter akal seperti yang saya gambarkan diatas. Bahkan ilmu teologi pun bisa hadir via logika itu karena cara berpikir akal kalau di optimalkan memang bisa membuat manusia sampai kepada memahami keharusan adanya sang maha penata
Ya kehidupan tidaklah didesain chaotik-probabilistik-berdasar kebetulan karena kalau demikian maka cara berpikir akal (logika) yang terstruktur-kostruktif itu tidak akan ada !
Walau orang berkarakter materialist selalu berupaya menggambarkan bahwa alam semesta itu chaotik dan dasar realitas adalah ketakpastian,keacakan,sifat probability seperti yang sains temukan di ranah kuantum.Mengapa materialist cenderung tidak harmoni-tidak sejalan dengan karakter akal ? Itu karena orientasi mereka pada hal yang sifatnya empiris,beda dengan dualist yang cara pandangnya berimbang antara melihat ke dunia fisik dengan ke metafisik
Materialist  sering mengedepankan chaotisme alam,ketakpastian, keacakan,sifat probability seperti fenomena kuantum dan ujungnya menolak sang maha penata karena dipandangnya alam adalah chaos dan bukan berdiri diatas kepastian kepastian
Tapi nampak chaotik-tak beraturannya fenomena alam di  ruang semesta yang jauh dari galaksi lingkungan tempat manusia tinggal itu suatu yang tak perlu dipermasalahkan karena mungkin disana tak ada penghuni seperti di lingkungan galaksi tempat bumi berada.Jadi lingkungan bumi di tata sedemikian rupa karena sang pencipta memiliki tujuan tersendiri terkait ditempatkannya manusia di planet bumi
Demikian pula fenomena ketakpastian-keacakan di ranah kuantum bukan berarti kehidupan di kendalikan berdasar atau oleh spekulasi ketak pastian dan probabilitas.Apa yang dilihat manusia di level kuantum hanya bentuk keterbatasan pengamatan manusia dan bukan berarti dimensi kuantum lepas dari mekanisme hukum alam serta hukum fisika
DUALISME
Nah rel dasar bagi akal atau tatanan dasar dari kehidupan adalah adanya atau diciptakannya hal yang berpasangan yang dalam filsafat-metafisika melahirkan istilah dualisme
Karena kehidupan didesain dualistik dan karena ada hal yang serba berpasangan di alam ini (seperti siang-malam,panas- dingin, pria-wanita dlsb) maka itu menciptakan mekanisme yang membuat akal menemukan karakteriatiknya.Bisa disebut adanya karakter cara berpikir akal itu mencerminkan adanya mekanisme di alam yang dibangun oleh hal serba
berpasangan itu tadi
Pandangan materialist berupaya melenyapkan gambaran alam semesta tertata-deterministik dengan lebih orientasi mengedepankan alam yang chaotik dan fenomena kuantum yang serba tak pasti-acak-probabilistik.Juga berupaya melenyapkan adanya hal serba berpasangan yang "hitam-putih" dengan berupaya melenyapkan batas batasnya.Maka efeknya mereka tidak familiar dengan cara berpikir akal yang tertata-sistematis,maka mereka lebih condong ke cara pandang skeptik, relativism dan tentu materialism.Rasionalisme tidak bisa berdampingan dengan materialism karena rasionalisme memerlukan dasar cara pandang dualistik,sedang filosofi materialism fokus ke satu arah ; dunia fisik,materi,empiris
Ini tentu berlawanan dengan karakter cara berpikir umat beragama yang dualist-mengedepankan otoritas akal ketimbang inderawi,memandang derajat akal lebih tinggi ketimbang indera,Dan ilmu-kebenaran metafisis diatas ilmu-kebenaran empiris,Serta hal metafisis sebagai tujuan hidup-bukan semata mengejar hal yang serba empiris