APAKAH PENJELASAN SAINS SUDAH BISA MENGGANTIKAN METAFISIKA (?)
Dalam artian lain ; Apakah penjelasan yang memakai infrastruktur sains sudah bisa menggantikan penjelasan metafisika yang memakai infrastruktur metafisis ?
........
Fisika kuantum tentunya ada dalam ranah sains dan penjelasan berbasis fisika kuantum sejauh manapun walau bicara element atau obyek tak kasat mata itu umumnya tetep kita sebut penjelasan saintifik-bukan metafisik.Tapi istilah "kuantum" kini sudah bergeser,Saat ini ada yang membawa istilah "kuntum" itu kedalam bahasan atau penjelasan metafisis hanya karena istilah itu berkaitan dengan dimensi tak kasat mata,walau begitu istilah kuantum tetap tak bisa murni diadopsi full jadi obyek metafisika.Walau istilah kuantum itu kini seolah punya 2 kaki; satu berpijak di dunia fisika satu di wilayah metafisika
Contoh ; Ada istilah "kecerdasan kuantum","dzikir kuantum" dan mungkin banyak lagi hal metafisis yang mengadopsi istilah kuantum tapi bukan untuk bahasan sains fisika
Nah persoalannya, apakah penjelasan berbasis kuantum atau yang memakai infrastruktur pengetahuan kuantum sudah dapat menjelaskan hal-persoalan yang semula dipandang metafisik ? Ini semacam uji ilmiah sejauh mana efektifitas serta validitas penjelasan berbasis kuantum ketika menggantikan penjelasan yang semula murni penjelasan metafisis
Contoh paling signifikan adalah ketika orang membuat gagasan "God is energi",ketika sains beranggapan bahwa energilah yang ada dibalik seluruh eksistensi materi alam.Dan itu gagasan yang seolah ingin menggantikan atau mengambil alih penjelasan tentang yang dalam agama di istilahkan sebagai "Tuhan".Penjelasan tentang energi ingin menggantikan penjelasan tentang Tuhan yang semula dipegang oleh agama, dengan memakai instrument dan penjelasan yang tentunya berkarakter saintifik
Beberapa aspek dari Tuhan-ketuhanan mungkin bisa dijelaskan melalui penjelasan energi semisal bahwa energi yang membentuk gaya gravitasi di alam adalah element yang menata benda benda alam,ini seolah menggantikan penjelasan metafisis bahwa "Tuhan yang mengatur alam".Terus ke maha kekalan Tuhan diover alih kepada kekekalan energi berdasar hukum kekekalan energi
Tapi itulah,penjelasan soal ketuhanan berbasis energi memiliki keterbatasan misal ketika sudah berhadapan dengan sifat Tuhan yang personal atau antropomorfis.Kita sulit menerima misal penjelasan bahwa energi memiliki kehendak atau memiliki sifat maha pengasih,maha penyayang.Maka seorang yang cara berpikirnya selalu saintifik biasanya menolak Tuhan yang personal walau  secara logika mengakui keharusan adanya inteligent design.
Disini kita harus mengakui bahwa penjelasan saintifik hingga yang berbasis kuantum sekalipun akan terbatas kalau ia mau digunakan untuk membahas obyek atau persoalan metafisik.Ada obyek-persoalan metafisik yang hanya bisa dijelaskan murni secara metafisik dan tak bisa memakai penjelasan saintifik walau memakai infrastruktur pengetahuan kuantum
Kita memahami Tuhan maha pengasih, maha penyayang,maha adil itu dengan jiwa-bukan dengan penjelasan kuantum, Bahwa itu semua adalah melekat pada jiwa Ilahi sebagai sifat Ilahi-bukan sifat yang melekat pada energi
Ini sama dengan penjelasan tentang manusia,bila kita bicara sifat personal manusia seperti niat,hasrat, kehendak,cita cita atau sifat kasih sayang nya atau sifat munafik nya atau sifat takabbur nya atau filosofi nya atau idealisme nya dlsb.itu semua tak bisa memakai penjelasan berbasis AI,neurosains atau ilmu biologi tapi murni harus memakai pemahaman metafisis-psikologis dengan metode kesadaran.
AI tak akan bisa mematematika kan misal bagaimana struktur cara berpikir seseorang hingga misal menjadi beriman atau menjadi munafik atau menjadi seorang yang tulus ikhlas,pengasih dan penyayang dlsb.JIWA -RUHANI TAK AKAN BISA DI ALGORITMAKAN seperti data data komputer yang langkah langkahnya beroperasi sesuai hukum algoritma
Sama halnya hanya dengan mengamati fungsi seluruh bagan dari sistem saraf manusia seorang neurosaintis paling profesional pun tetep tidak akan tahu pikiran yang berada dalam jiwa manusia atau pergumulan pemikiran apa yang sedang terjadi dalam jiwa seorang individu.Karena otak fisik dan fungsi saraf semua manusia pada dasarnya sama tapi pikiran apa dan yang bagaimana yang berlalu lalang didalam otak fisik tak ada yang tahu bahkan andai menggunakan alat teknologi untuk memindai nya
Saintisme berambisi menjelaskan seluruh fenomena dengan penjelasan saintifik,Dan hadirnya fisika kuantum,AI,neurosains menambah rasa percaya diri penganut saintism seolah sains telah memiliki infrastruktur-peralatan komplit untuk menjelaskan hal yang semula hanya bisa dijelaskan oleh psikologi-metafisika- filsafat-agama. Tapi setelah di praktekkan para saintis sendiri malah dapat menyadari sampai batas atau sejauh mana infrastruktur sains bila digunakan menelusuri obyek-persoalan yang sudah biasa jadi bahasan psikologi-metafisika- filsafat-agama itu
Maka seperti sering saya tulis wajar-ideal bila dibalik sains fisika ada disiplin psikologi-filsafat-metafisika-agama untuk menjelaskan hal-persoalan-fenomena yang infrastruktur sains sudah tak bisa menjelaskannya lagi secara komprehensif
Sains dan metafisika ibarat 2 kereta yang berjalan pada dua rel berbeda,ketika keduanya bersua masing masing bisa saling melihat bahkan saling mempelajari tapi keduanya tetep tak bisa masuk menjadi satu rel