Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat Pilihan

Metode Empirik, Apakah Satu-satunya Metode Ilmiah?

1 November 2024   23:18 Diperbarui: 15 November 2024   06:51 111 1

METODE EMPIRIK,APAKAH SATU SATUNYA METODE ILMIAH ?

Metode empiris sering menjadi andalan bagi sebagian orang yang menganggap sebagai satu satunya metode ilmiah.Tapi kalau melulu hanya mengandalkan metode empiris maka berapa persen sih obyek ilmu pengetahuan yang dapat di observasi ? Atau,berapa persen realitas yang dapat dibuktikan secara empiris

Pada prinsipnya karena realitas itu tidak seluruhnya bersifat fisik-materi serta tidak seluruhnya dapat dijangkau oleh pengalaman indera manusia maka otomatis penerapan metode empiris itupun terbatas.

Jadi bila ingin faham dari dasar mengapa metode empiris tidak bisa menjadi satu satunya metode ilmiah maka ya fahami saja apa itu REALITAS KESELURUHAN. Orang yang menganggap metode empiris sebagai satu satunya metode ilmiah maka   biasanya ia tidak faham konsep realitas menyeluruh

Jangan jauh jauh,mari kita bercermin dulu pada diri kita sebagai manusia,Berapa persen sih dari diri manusia yang dapat diketahui secara empiris ? Apakah metode empiris dapat dipraktekkan secara sepenuhnya ketika kita menyelidiki manusia secara ilmiah ?

Metode empiris dapat dipraktekkan biasanya ketika kita menyelidiki hal hal yang berkaitan dengan unsur tubuh biologis manusia,itu biasa dipraktekkan dalam ilmu kedokteran.Tapi ketika kita bicara aspek kejiwaan atau menggali hal hal yang bersifat ruhaniah atau yang menyangkut alam pikiran serta perasaan maka bisakah metode empiris secara mutlak diberlakukan ?

Ketika kita bicara hal hal non fisik-non materi-non biologis dari diri manusia maka bukan metode empiris yang diberlakukan tapi Biasanya adalah METODE KESADARAN.Metode kesadaran inipun dapat disebut metode ilmiah pula karena penerapannya dapat kita kontrol serta dapat kita ketahui dengan alam pikiran kita walau tidak selalu tepat atau akurat alias bisa keliru.Tapi itu salah satu metode yang digunakan ketika metode lain tidak bisa diterapkan

Contoh ketika kita ingin mengetahui atau memastikan apakah seseorang berjiwa tulus atau munafik atau picik maka selain metode inderawi kita juga memakai bantuan metode kesadaran.Dengan metode kesadaran kita dapat menyadari atau setidaknya meraba keadaan atau kondisi alam pikiran serta kejiwaan seseorang.Metode kesadaranpun biasa digunakan ketika kita mendalami hal hal metafisis seperti persoalan filsafat maupun persoalan agama

Salah seorang filsuf yang memakai metode kesadaran sebagai fundament berpikir ilmiah (tertata) adalah Rene Descartes.Mengapa ia memakai metode kesadaran,karena ia menyadari bahwa dasar paling dasar untuk memahami realitas serta kebenaran ada dalam kesadaran terlebih dahulu.

Bahkan Immanuel kant yang di awal sangat dipengaruhi empirismenya David hume ia menyadari bahwa dibalik fenomena (dunia nampak) terdapat noumena yang sudah tidak bisa diketahui manusia,Dan itu disadari Kant bukan dengan inderawi nya tapi melalui metode kesadaran pikiran

(Sayang di dunia "barat" metode kesadaran diri ala Descartes ini lambat laun memudar dan dikalahkan oleh dominasi empirisme serta filosofi positivisme  Auguste comte.Dan tragisnya saat ini mencoba dibunuh oleh materialist ekstrim yang memproklamirkan "kematian filsafat")

Kita menyadari bahwa kita adalah makhluk berpikir- berkesadaran itu bukan dengan inderawi-bukan dengan alat teknologi-bukan dengan metode empiris tapi dengan metode kesadaran

Bahkan metode kesadaran ini lebih komplit infrastrukturnya,penopang kesadaran bukan hanya indera,unsur biologis tubuh tapi juga akal budi,emosi hingga hati nurani.Dengan metode kesadaran dan bukan dengan metode empirislah kita bisa memahami hal hal non fisik-metafisis semisal apa itu cinta,kasih sayang,kebijaksanaan,keadilan hingga persoalan etika,moral,kebaikan dan secara keseluruhan persoalan kebenaran

Sekarang bayangkan kalau manusia hanya memilik dunia indera tapi kesadarannya tidak ditopang oleh unsur akal budi maka kualitas berpikir manusia tak akan jauh beda dengan para hewan

Dan sekarang bayangkan kalau ada orang yang mencoba menerapkan prinsip empirik ketika berhadapan dengan persoalan persoalan yang sudah bersifat metafisis seperti persoalan yang ada dalam dunia filsafat serta agama maka ia bukan hanya tidak bijak tapi bisa disebut tidak memiliki akal pikiran yang waras

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun