Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat Pilihan

Apakah Makna "Ilmiah" Harus Selalu Material?

16 Oktober 2024   08:43 Diperbarui: 16 Oktober 2024   08:59 74 1
APAKAH MAKNA "ILMIAH" HARUS SELALU MATERIAL ?

Kata "ilmiah" berasal dari akar kata "ilmu",
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ilmiah berarti bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, atau memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.

Nah masalahnya pada orang orang tertentu istilah "ilmiah" tersebut seolah hanya berkaitan dengan sesuatu yang harus memenuhi syarat ilmu fisik seperti harus berdasar bukti empirik yang dapat diamati atau harus melalui standar metode empirik.Mereka tidak terima kalau istilah ilmiah digunakan ketika orang bicara hal hal metafisik termasuk agama.Mereka memparalelkan istilah "ilmiah" hanya dengan aspek-hal fisik- material yang bisa masuk pengalaman dunia inderawi

Padahal dunia metafisik termasuk agama adalah obyek-bahasan yang harus difahami dengan memakai konsep serta prinsip ilmu tapi tentu saja berbeda dengan yang digunakan dalam ilmu fisika. Sangat keliru kalau metafisika dianggap hanya bisa didekati dengan  spekulasi spekulasi bebas-liar-imajinatif tanpa ada konstruksi ilmu yang baku yang dapat berdiri didalamnya,Terus agama dianggap "cukup diyakini" tanpa mesti ada rekonstruksi ilmu

Dengan kata lain baik dunia fisika maupun metafisika itu memiliki epistemologi atau rel ilmiahnya tersendiri yang adalah karakteristiknya tentu saja berbeda.Maka untuk memahami dunia fisik maupun metafisik secara ilmiah orang mesti faham dua bentuk epistemologi atau rel keilmuan yang berbeda

Dalam dunia metafisika seperti dunia filsafat-agama kita mengenal beragam bentuk ilmu seperti hukum kausalitas-ilmu sari'at,ilmu logika-ilmu mantiq,ilmu hakikat-ontologi,ilmu hikmat.Semua bentuk ilmu tersebut memiliki kerangka dasar tersendiri yang bersifat baku.

Seluruh ilmu bercorak metafisik tersebut eksist atau hadir di dunia metafiska itu agar manusia menggumuli serta memahami hal-persoalan metafisika secara tertata- terstruktur-analitis- konstruktif-sistematis-tidak acak-tidak serba spekulatif-tidak mengandalkan imajinasi-tidak melalui khayali

Maka istilah "ilmiah" kalau mengacu pada ilmu fisika berarti berdasar metode empiris tapi kalau mengacu pada ilmu metafisika berarti difahami oleh akal- rasional-difahami secara sistematis-konstruktif-tidak difahami secara acak tanpa konstruksi

Karena benar menurut indera dengan benar menurut akal itu sudah berbeda prinsip-rumusan-konstruksi ilmiahnya.Benar menurut indera ya finalnya mesti terbukti secara indera tapi benar menurut akal itu TIDAK HARUS TERTANGKAP INDERA tapi cukup difahami oleh akal secara tertata-sistematik-terstruktur-konstruktif

Mengapa indera dan akal mesti digunakan bersamaan-secara berimbang (dan artinya prinsip empirisme dan prinsip rasionalisme) ? Prinsipnya adalah karena tidak semua hal-realitas bisa di empiriskan.Maka akal diuji untuk mengelola hal hal yang sudah buntu bagi indera.Maka dalam dunia ilmu yang namanya indera dan akal itu masing masing memiliki otoritas kebenaran tersendiri

Dalam dunia agama manusia dihadapkan pada banyak hal yang tidak empiris- bersifat metafisis yang betul betul menguji kualitas akal untuk di gunakan

Bahkan ketika manusia mengelola persoalan non fisik lain semisal persoalan hukum-keadilan maka itupun mesti memakai konstruksi ilmu maka lahir ilmu hukum.Ketika menggumuli persoalan ketuhanan lahir ilmu teologi.Ketika manusia menggumuli persoalan kejiwaan lahir ilmu psikologi.Ada ilmu tentang seni serta budaya.Bahkan sihir serta dunia mistik seperti paranormal sekalipun konon ada ilmunya tersendiri

Itu menunjukkan bahwa yang namanya ilmu pengetahuan itu bukan konsep yang hanya berjalan atau eksist didunia fisik-materi semata tapi juga di dunia non fisik-non materi.Karena permasalahan yang di temui manusia dalam kehidupannya itu kompleks-selalu menyangkut hal fisik serta non fisik.Dari persentuhan manusia dengan hal fisik dan non fisik itu lahir dua jenis ilmu ; ilmu fisika dan ilmu metafisika

Salah besar kalau beranggapan hanya dunia fisik-materi yang harus dikelola oleh ilmu pengetahuan atau menganggap ilmu pengetahuan hanya konsep untuk memahami serta mengelola dunia fisik-materi

Bagaimana cara manusia mengelola dunia fisik serta non fisik dengan konsep-prinsip ilmu pengetahuan ? Tentu saja berbeda karakteristiknya-tidak bisa sama.Karena obyek fisik dan non fisik berbeda karakternya maka prinsip serta metode ilmiah yang digunakan untuk mengelolanya pun berbeda

Dalam ranah ilmu fisik-materi kita mengenal metode empiris sebagai metode baku yang formal digunakan, sebuah metode keilmuan yang mengacu pada penggunaan perangkat panca indera sebagai peralatan ilmu.Nah karena tidak semua obyek atau bahasan ilmu bersifat fisik-materi maka metode tersebut tidak bisa digunakan lagi ketika manusia sudah menggumuli hal-persoalan non fisik.Ketika manusia menggumuli persoalan non fisik maka metode keilmuan yang umum digunakan adalah metode rasional.Dalam dunia filsafat metode rasional melahirkan beragam system metafisika berbeda

Jadi ketika obyek-persoalan ilmu-kebenaran sudah tidak bisa diselesaikan dengan cara penggunaan panca indera secara langsung maka sudah lazim kalau manusia menggunakan  potensi akal budinya.Ini dapat difahami karena akal adalah pelapis kelemahan serta keterbatasan dunua indera.Dan artinya,secara prinsip ilmu metode empiris sudah harus estafet berganti metode rasional bila persoalan keilmuan sudah tidak bisa dikelola melulu dengan mengandalkan input inderawi

Dan bila manusia terlalu bertumpu melulu pada perangkat panca indera serta metode ilmiah yang mengacu pada perangkat inderawi maka mereka akan kehilangan potensi akal budi.Melulu bertumpu pada input inderawi maka manusia hanya akan memahami dunia fisika tapi buta metafisika atau hal dibalik dunia fisik (bermata satu)

Karena bisa jadi banyak orang yang pikirannya sudah terdoktrin atau terdogma konsep ilmu versi kaum materialist- positivist yang menganggap konsep ilmu hanya berkaitan dengan obyek fisik-materi yang dapat dialami secara inderawi

Ingat eksistensi materialisme itu ada di sepanjang zaman dan hadir di berbagai  institusi. Materialisme yang eksist dalam dunia filsafat membawa filsafat ke arah bercorak materialist dan puncaknya adalah filsafat positivism yang menghempaskan ilmu bercorak metafisika kepada hanya dianggap sekedar "wacana".Materialisme yang eksist dalam dunia sains membawa sains ke arah cara pandang materialisme ilmiah dan membuat doktrin bahwa dasar dan muara sains adalah materialism

Dalam konsep Ilahiah ilmu pengetahuan adalah konsep yang menerangkan keseluruhan bukan hanya parsial menggumuli satu bagan fisik- materi. Dalam kitab suci ada penjelasan hal-obyek fisik seperti ketika bicara asal usul alam semesta atau mekanisme yang ada di alam.Tapi kitab juga bicara level ilmu metafisis "tingkat tinggi" semisal dalam kisah perjalanan mencari ilmu antara nabi Musa dengan Khidir

Resiko dari hanya fokus ke dunia fisik- materi dalam menggumuli ilmu adalah menjadi "bermata satu" dimana si mata satu ini oleh agama di posisikan sebagai antagonis akhir zaman yang menjadi penguasa  akhir zaman tapi menjadi lawan utama dari umat beragama karena cara pandangnya yang berlawanan dengan kaum beragama yang "bermata dua" atau bisa melihat dunia fisik serta non fisik secara berimbang-adil

Maka bila makna ilmu pengetahuan adalah konsep yang harus menjelaskan keseluruhan baik fisik maupun metafisik maka istilah "ilmiah" pun kita pakai kala kita menggumuli persoalan fisika maupun metafisika tanpa misal harus merasa gamang

*Bahasan soal konsep ilmu pengetahuan itu sangat urgent karena seperti kata seorang tokoh bahwa siapa menguasai ilmu pengetahuan maka ia menguasai dunia

........

Artikel ke 2

MENGAPA MANUSIA BERTIKAI SOAL KONSEP "ILMU PENGETAHUAN" (?)


Bila ada 2 fihak yang bertikai mempersoalkan konsep ilmu pengetahuan serta makna pengertian "ilmiah" (diksi "ilmiah") utamanya antara yang beragama dengan yang tidak beragama,antara teis vs ateis,antara dualis vs materialist bagaimana menyikapinya ?

Saya akan coba rekonstruksi kembali persoalan ini sebagai upaya mencari solusi,dan kedua agar konsep ilmu pengetahuan TIDAK DI DOMINASI OLEH SUATU CARA PANDANG TERTENTU.Dan ketiga tentu agar pemahaman manusia terhadap makna "ilmu pengetahuan" lebih luas-tidak terus berputar di wilayah fisik-material yang dapat di indera manusia

Sebenarnya sudah sering saya menulis soal ini tapi karena di picu tulisan teman dan ada latar belakang perdebatan teman soal diksi "ilmiah" maka saya termotivasi menuliskannya kembali

Sebelumnya saya ingatkan ; Karena ini persoalan yang sangat kompleks-rumit tapi bersifat mendasar maka penyelesaiannya pun harus diupayakan dari dasar-tak bisa hanya berdasar melihat dari permukaan.Itu sebab penjelasan saya soal ini mesti agak panjang lebar

......

Konsep ilmu pengetahuan adalah konsep besar yang bersifat mendasar- fundamental yang ada dalam sejarah peradaban umat manusia dan biasa menjadi acuan-rujukan-acuan-parameter ketika manusia bicara atau memperdebatkan soal "kebenaran".

Jadi tidak berdiri suatu kebenaran kecuali diatas fundament ilmu pengetahuan.Dan  bukan kebenaran kalau dasarnya bukan ilmu atau kalau tidak bisa direkonstruksi secara prinsip ilmu pengetahuan

MASALAH FUNDAMENTAL

Tetapi dalam hal ini ada masalah besar bahwa ternyata tidak semua fihak bersepakat atas konsep ilmu pengetahuan yang kini telah mendunia atau hadir diranah umum saat ini termasuk di ranah akademik tsb. Ketaksepakatan tersebut terjadi utamanya antara fihak beragama dengan yang tak beragama,antara religius vs sekuler,antara dualist vs materialist, antara kaum positivis vs kaum metafisik dan sering diwacanakan antara barat vs timur,barat yang menjadi kiblat materialisme-positivisme vs timur yang menjadi kiblat kaum beragama-religius- metafisis

Mengapa bisa ada-terjadi ketaksepakatan soal konsep ilmu pengetahuan ?

1.Karena dalam kehidupan ini manusia berhadapan dengan persoalan keilmuan hingga persoalan kebenaran yang bersifat kompleks yang bukan hanya bercorak fisik-materi tetapi juga non fisik-non materi-metafisik.Dan terbukti prinsip- filosofi hingga metode ilmiah versi materialist tidak dapat digunakan untuk menyelesaikannya secara utuh- menyeluruh.Metode ilmiah versi materialist seolah hanya berlaku untuk obyek serta permasalahan tertentu yang terbatas-yang bersifat fisik-materi

Dan soal masalah ilmu-kebenaran yang ditemukan oleh manusia jangan cuma melihat pada apa yang ada dan terjadi dalam sains-ilmu fisika semata tapi juga mesti melihat pada apa yang dipermasalahkan manusia dalam ranah filsafat serta agama.Jadi menyikapi persoalan ilmu-kebenaran itu pertama harus melihat dengan cara pandang universal-menyeluruh-holistik dulu sebelum menemukan solusi yang kita cari


Materialist berdalih bahwa persoalan non fisik-non materi-metafisik itu bukan persoalan ilmu pengetahuan dan harus ditempatkan di luar konsep ilmu pengetahuan.Tentu saja ini pemahaman yang sempit sekaligus tidak realistik mengingat dalam realitas kehidupan manusia persoalan ilmu pengetahuan itu terbukti sangat kompleks tidak bisa dibatasi di sebatas fenomena fenomena fisik-inderawi atau berhenti di sebatas rumusan rumusan fisik tapi selalu meleber kepada persoalan non fisik-metafisik

Bagaimana menyikapi persoalan kompleks tersebut secara prinsip ilmu pengetahuan ? Atau menyelesaikannya dengan prinsip ilmu pengetahuan ?

Tentu saja pertama adalah memperluas wawasan dan ruang lingkup ilmu pengetahuan agar tidak hanya bergerak atau beroperasi di sebatas wilayah fisik-material semata atau tidak mengandalkan metode empiris semata.Karena bila semata mengandalkan prinsip serta metode empiris maka akan terlalu banyak persoalan terkait masalah ilmu - kebenaran yang tidak akn pernah terselesaikan atau mengerucut pada penyelesaian

Dan setelah itu lebih teknisnya adalah manusia mesti mengenal beragam bentuk ilmu baik yang ada di dunia fisika maupun metafisika lalu mengenal beragam epistemologi ilmu yang berbeda dan tentunya beragam metode keilmuan yang juga berbeda


Artinya,dengan bercermin pada persoalan kompleks yang ada dan ditemukan oleh manusia dalam dunia ilmu pengetahuan maka PEMAHAMAN TERHADAP KONSEP ILMU PENGETAHUAN HARUS DI REVOLUSI DARI DASAR !

2.ilmu pengetahuan harus merupakan konsep yang merangkum serta membicarakan keseluruhan-bukan hanya aspek fisik-material semata.Bila konsep ilmu dilokalisir sebatas wilayah fisik- material yang bisa di amati secara empiris (seperti prinsip positivisme) maka dengan sendirinya pemahaman terhadap konsep ilmu serta kebenaran bakal menyempit

Bila konsep ilmu pengetahuan telah difahami hanya konsep yang ditujukan untuk mengelola obyek serta persoalan fisik-material atau suatu yang berada dan beroperasi hanya dalam ruang lingkup dunia fisik-materi maka artinya konsep ilmu telah dikebiri sehingga pengertiannya telah menjadi sempit

Dalam kitab suci walau tidak tersurat secara langsung kita dapat memahami secara tersirat bahwa ilmu pengetahuan adalah konsep yang hadir untuk mengelola seluruh persoalan yang ditemukan oleh umat manusia baik yang bersifat fisik maupun non fisik,materi maupun non materi

....................

Artikel ke 3

MENGAPA MANUSIA BERTIKAI SOAL KONSEP ILMU PENGETAHUAN (2)

Diantaranya karena pandangan orang beragama- kaum metafisik dengan kaum sekuler-positivist tentang konsep ilmu pengetahuan berbeda.

Dalam pandangan agama-kaum metafisik ilmu pengetahuan adalah konsep yang harus menjelaskan keseluruhan-totalitas baik fisik maupun non fisik.Sedang dalam pandangan kaum sekuler ilmu pengetahuan adalah konsep yang mengelola obyek obyek yang dapat di amati atau di observasi secara empiris

Dengan kata lain,Dalam pandangan agama-metafisika yang namanya ilmu pengetahuan itu memiliki 2 kaki ; satu berpijak di dunia fisik dan satu di dunia metafisik.Dan tujuan ilmu diantaranya menyatukan dua dimensi tersebut agar difahami secara menyatu padu.Dalam pandangan metafisika level atau tangga ilmu pengetahuan terbentang mulai dari dunia nampak (mata) hingga dunia abstrak-gaib

Karena ilmu memiliki 2 kaki itulah maka dunia ilmu pengetahuan mengenal metode ilmiah yang berbeda beda.Dalam dunia sains ada metode empiris sebagai metode yang bersandar pada fungsi dunia panca indera dan saat ini sudah dibantu alat teknologi sebagai alat bantu indera

Lalu bagaimana mengelola obyek serta persoalan ilmu yang sudah berada diluar ruang lingkup pengalaman indera manusia semisal ketika manusia berhadapan dengan persoalan filosofis atau hal yang bersifat gaib ? Maka ketika berhadapan dengan persoalan seperti ini manusia tak bisa lagi menggunakan metode empiris, Maka metode yang dikedepankan salah satunya yang paling umum digunakan adalah metode rasional.Kalau metode empiris bertumpu pada fungsi dunia indera maka metode rasional mengekploitasi kemampuan logika akal dalam menyusun argumentasi

Metode empirik dan metode rasional disamping berbeda karakter penjelasannya juga berbeda dalam visi misi nya.Metode empirik bertujuan untuk mencari serta merumuskan bentuk kebenaran empirik sedang metode rasional mencari serta merumuskan bentuk kebenaran yang dapat difahami akal pikiran manusia

Apakah kaum sekuler-materialist mau menerima metode rasional sebagai metode ilmiah ? ..Tentu saja tidak,mereka hanya mau mengakui satu metode keilmuan yang formal di praktekkan dalam sains

Persoalan menjadi rumit ketika oleh sebagian prinsip serta metode empiris itu dipaksa dibawa masuk ke ranah metafisiks lalu ikut merecoki persoalan persoalan metafisika.Lalu karena tidak bisa paralel dengan prinsip ilmu versi materialist maka metafisika di framing sebagai "tidak ilmiah"-"bukan wilayah ilmu".Padahal bukan tidak ilmiah tapi suatu persoalan keilmuan mesti didekati dengan metode atau epistemologi yang tepat yang sesuai dengan obyek yang dibahas.Kalau obyeknya fisik-materi ya mesti memakai metode empirik tapi bila non fisik tentu yang mesti dipakai adalah metode yang sesuai

ALAT BERPIKIR-MENCARI ILMU-KEBENARAN

Konsep ilmu-kebenaran juga berkaitan dengan keberadaan peralatan berpikir yang ada pada diri manusia.Dan sarana berpikir dalam diri manusia bukan hanya indera tapi juga akal sampai kalbu-hati.Dalam dunia agama wahyu semua sarana berpikir tersebut mesti digunakan secara optimal.Maka konsep kebenaran dalam agama wahyu bukan hanya berkaitan dengan input inderawi tapi juga berkaitan dengan optimalisasi penggunaan akal budi serta kalbu-hati. Dalam agama wahyu bila ingin mengetahui kebenaran maka orang harus mengoptimalkan fungsi akal budi hingga hati nuraninya.Dan ini beda 180 derajat dengan pemahaman sekuler-materialist dimana unsur pengalaman inderawi jadi tumpuan dasar dalam memahami konsep ilmu serta kebenaran

TOTALITAS adalah prinsip agama wahyu,totalitas dalam penggunaan seluruh peralatan berpikir dan totalitas dalam menggumuli seluruh obyek ilmu pengetahuan yang ditemukan manusia baik fisik maupun metafisik.Artinya tidak parsialis-tidak hanya menggumuli satu bagan seperti dilakukan kaum materialist yang fokus nya hanya pada bagan fisik-material

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun