Itu adalah sebuah dualisme tersendiri yang memposisikan 2 entitas pada posisi yang terpisah dan berbeda secara substansi.Bila kita memposisikan diri sebagai subyek maka pasti ada yang diluar kita yang kita tangkap serta kita posisikan sebagai obyek.Dan bila kita memposisikan sesuatu sebagai obyek maka mesti ada subyek penangkapnya
Dan sesuatu akan mudah kita rekonstruksi-analisis-konsepsikan apabila sudah jelas posisi antara subyek dengan obyek dalam permasalahan tsb
Dan dalam diri manusia ada seperangkat set peralatan penangkap obyek mulai dari dunia indera-akal sampai kalbu-hati. Mengapa peralatannya demikian komplet ? Itu karena yang akan ditangkap oleh manusia bukan hanya yang bersifat fisik-inderawi.Ada obyek tertentu yang untuk menangkapnya perlu peran akal hingga hati nurani.Hanya berbekal indera maka yang akan manusia tangkap cuma obyek inderawi
Dan artinya,yang namanya "obyek" dalam realitas itu tidak selalu berbentuk fisik- materi tapi sebagiannya non fisik-non materi.Itu sebab dalam perikehidupannya manusia selalu bertemu serta berhadapan dengan hal-persoalan yang bersifat fisik maupun metafisik,materi-non materi, lahiriah maupun batiniah,biologis maupun psikologis,Itu adalah TANDA bahwa realitas bukanlah hanya yang fisik-material.Ini harus menjadi pemahaman paling dasar perihal obyek dalam realitas
Karena itu dalam peradaban manusia ada sains,filsafat,agama,atau psikologi dan biologi,sebagai ciri atau tanda bahwa mamusia menggumuli hal fisik-materi sekaligus hal non fisik-non materi
Contoh ; baik sains,filsafat maupun agama itu memiliki obyek tersendiri atau bicara obyek tertentu yang berbeda beda.Dan kita tahu bahwa baik dalam sains,filsafat maupun agama selalu ada orang yang menggumuli atau mendalami obyek tertentu tersebut yang adalah karakteristiknya tidak sama
Maka bila kita ingin memahami realitas secara sistematis di awal kita fahami melalui polarisasi obyek dengan subyek. Atau,bagaimana memahami realitas secara sistematis di awal ada pada dinamika antara keberadaan obyek dan penangkapan sang subyek.
Realitas bukanlah sebatas penangkapan sang subyek karena yang ditangkap oleh subyek hanya sebagian dari obyek.Obyek dalam realitas dengan subyek penangkapnya itu harus difahami sebagai dua hal berbeda
Dari istilah obyek-subyek tersebut lahirlah istilah "subyektif" dan "byektif",subyektif berarti menurut penangkapan- pandangan-persepsi atau pemahaman sampai keyakinan sang subyek.Sedang obyektif berarti menurut hakikat atau apa adanya atau das ding an sich obyek.
Artinya obyek adalah sesuatu yang dapat memiliki hakikat nya yang tersendiri yang diluar penangkapan manusia.Sedang penangkapan,pemahaman sampai keyakinan sang subyek atas obyek tidak selalu benar atau tidak selalu tepat,Itu karena tiap orang memiliki isi pikiran yang berbeda beda.Artinya,subyektifitas atau hal subyektif adalah suatu yang relatif-bisa benar dalam artian relevan-paralel dengan hakikat obyek dan busa salah dalam artian tidak relevan-tidak paralel dengan hakikat obyek
Dalam alam pikiran manusia terdapat semacam "prisma" dan obyek ibarat cahaya yang masuk kedalamnya tapi lalu prisma itu memantulkan cahaya yang berbeda beda.Artinnya,setelah masuk kedalam alam pikiran manusia citra-kesan-gambaran obyek bisa berbeda beda bahkan bisa tidak sesuai dengan hakikatnya.Seperti cahaya warna warni yang dipantulkan sebuah prisma
Bagaimana caranya agar penangkapan-pemahaman sampai keyakinan sang subyek bisa tepat-paralel-sesuai dengan hakikat obyek ?
Nah itu sebab dalam realitas kita mengenal apa yang disebut konsep "ilmu pengetahuan".Ilmu pengetahuan adalah cara bagi manusia agar penangkapan, pemahaman hingga keyakinan kita sesuai dengan obyek yang kita dalami
Contoh; Dalam sains untuk menangkap hakikat obyek secara fisika maka metode yang dipakai adalah metode empiris.Dalam dunia filsafat yang biasa manusia pakai untuk mendalami obyek non fisik adalah logika.Dan dalam agama wahyu logika serta wahyu Ilahi
.........
CONTOH OBYEK DAN PENANGKAPAN SUBYEK ATAS OBYEK
Obyek sains adalah entitas fisik-materi dan segala suatu disekitarnya yang terikat secara mekanis dengan hukum fisika dunia fisik-materi.Nah bagaimana manusia menangkap obyek tersebut menurut atau sesuai hakikatnya ?
Tentu saja dengan peralatan indera serta teknologi sebagai alat bantu dunia indera.Jadi disini posisi dunia indera adalah alat penangkap dan pengelola obyek fisik-materi.Dengan kata lain bila ingin menangkap dan mengelola obyek sains secara obyektif maka peralatan utama yang harus dimiliki adalah dunia indera.Dan posisi akal dalam sains adalah alat bantu untuk merumuskan kebenaran empirik-bentuk kebenaran obyektif yang verifikasinya ditentukan oleh tangkapan indera
Jadi agar obyektif maka hal pertama adalah mesti ada alat yang tepat untuk mengetahui dan memahaminya dan dalam sains alat utama itu adalah dunia indera karena yang dicari atau dijadikan acuan dalam sains adalah kebenaran empirik-bentuk kebenaran yang verifikator utamanya dunia indera
Nah bagaimana dengan obyek yang dibahas dan dikelola dalam dunia metafisika seperti filsafat dan agama ? Atau dalam psikologi ? Karena beda dengan dalam sains,obyek metafisika serta psikologi itu bukan entitas fisik-materi tapi sesuatu dibalik fisik materi yang otonom dari mekanisme hukum fisika dunia materi
Perlu diketahui entitas abstrak seperti bunyi,gelombang,sinyal,gravitasi,itu semua bukan obyek metafisika karena walau semua itu abstrak tapi keberadaannya terikat dengan hukum fisika dunia materi.Itu sebab semua itu masih ada dalam ruang lingkup hukum fisika
Contoh obyek psikologi yang obyeknya sudah diluar atau otonom dari hukum fisika adalah pikiran-jiwa-perasaan. Disebut otonom atau diluar hukum fisika karena gerak pikiran atau perasaan itu bukan gerak yang diakibatkan oleh gerak obyek fisik-materi.Kemana arah pikiran kita itu tidak dikonstruks oleh mekanisme biologis tubuh.Maka orang menjadi teis atau ateis atau memiliki filosofi atau ideologi atau pandangan tertentu itu bukan hasil mekanisme biologis material tubuh tapi hasil dari gerak otonom pikiran atau gerak pikiran yang otonom dari mekanisme hukum fisika-kimia yang mengkonstruks biologis tubuh
Nah sebab itu bicara obyek di dunia metafisika atau psikologi itu tak bisa disamakan dengan bicara obyek di dunia fisika.Dan makna "obyektif" (sesuai hakikat obyek) di dunia metafisika tentu beda dengan "obyektif" di dunia ilmu fisika
Sangat keliru ketika kita menggumuli atau membahas persoalan metafisika tapi obyektifitas yang diberlakukan adalah versi ilmu fisika atau sains.Sangat keliru bila bicara metafisika atau agama tapi obyeknya harus materi dan harus obyektif sebagaimana obyek dunia fisika-sains
Jadi sains,filsafat serta agama itu memiliki obyeknya tersendiri,maka makna "obyektif" dalam sains,filsafat serta agama akan berbeda beda karakteristiknya.Tak bisa obyektifitas dalam agama mesti diacukan misal pada obyektifitas menurut sains.Itu salah kaprah secara epistemologi
Obyek agama wahyu adalah hal hal yang diberitahukan dalam kitab suci dan itu tak bisa diganti misal dengan obyek yang biasa digumuli dalam sains karena maknanya akan berbeda.Contoh ; Tuhan sebagai obyek agama tak bisa diganti dengan obyek sains seperti energi karena membahas energi sebagai pengganti Tuhan itu tidak obyektif menurut pandangan agama.Ini sama dengan bila konsep energi dalam sains diganti dengan Tuhan.
Karena energi itu suatu yang terikat oleh mekanisme hukum fisika sedang Tuhan tidak terikat hukum fisika ciptaannya,maka keduanya tidak bisa saling menggantikan (beda hakikat)
Intinya kalau mau bicara fisika dan metafisika secara ilmiah,sistematis,tertata terstruktur,konstruktif,kita tak boleh main hantam kromo seperti prinsip-aturan-metode sains-ilmu fisika diberlakukan pada persoalan metafisika itu hanya akan membuat kekacauan di dunia ilmu pengetahuan
Maka hal pertama yang harus kita ketahui ketika kita ingin mengetahui perbedaan antara dimensi fisika dengan metafisika adalah ;
1.Mengetahui obyeknya
2.Mengetahui peralatan apa dalam diri manusia yang menjadi alat utama untuk menelusurinya.Contoh ; Dalam dunia sains alat utamanya adalah indera,dalam dunia metafisika adalah akal budi
3.Menetapkan metode-metodologi atau epistemologinya untuk masing masing kajian baik fisika maupun metafisika
4.Harus ditetapkan pula visi misi-tujuan dari masing masing disiplin ilmu.Contoh ; visi misi-tujuan sains adalah mencari kebenaran empirik sedang visi misi-tujuan metafisika mencari bentuk kebenaran yang dapat difahami akal
Jadi kalau tidak ditata,diatur,ditetapkan dari dasar maka bahasan fisika-metafisika ini suka tumpang tindih atau di tumpang tindihkan,misal metode sains dianggap harus diberlakukan pula dalam ranah metafisika