Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat Pilihan

Apakah Realitas Memiliki Konstruksi?

8 September 2024   06:32 Diperbarui: 8 September 2024   06:37 22 1
APAKAH REALITAS MEMILKI KONSTRUKSI ?

Banyak yang masih keliru-miskonsepsi dalam memahami konsep-istilah "realitas",Nah bagaimana cara memahaminya secara utuh-menyeluruh?

Pemahaman paling dangkal,paling permukaan adalah yang menganggap bahwa realitas adalah suatu yang dapat ditangkap atau dialami secara inderawi. Dengan berbagai contoh dibawah saya ingin menunjukkan bahwa realitas itu bersambungan dari yang fisik ke yang abstrak-non fisik dibalik yang fisik.

Dan bila kita telah faham bahwa realitas adalah kesatuan atau gabungan antara yang fisik dengan non fisik-abstrak maka untuk selanjutnya kita akan masuk ke pemahaman bahwa realitas keseluruhan sebenarnya adalah sesuatu yang memiliki konstruksi-system dimana yang nampak mata adalah permukaan kulit luarnya dan inti dari realitas terletak justru pada yang abstraknya.

Atau dengan kata lain, memakai istilah-konsep "konstruksi" dalam mengelaborasi persoalan realitas itu dapat membuat kita bisa memahami kesatu paduan antara element fisik dengan non fisik sehingga kita dapat melihat bahwa dua dimensi itu menyatu padu dalam suatu system-konstruksi.
Atau,realitas adalah suatu yang memiliki konstruksi dimana didalamnya hal fisik dan non fisik menyatu sebagaimana menyatunya energi dan materi dalam konstruksi hukum fisika.

Atau dengan kata lain, Memahami adanya konstruksi dibalik realitas membuat kita bisa faham bahwa realitas bukan lah suatu yang terbentuk secara acak, kebetulan,probabilistik tapi sesuatu yang semua lement pembentuknya mengikuti konstruksi-system tertentu sebagaimana alam mengikuti hukum fisika atau materi mengikuti hukum fisika.

Adanya hukum alam-hukum fisika adalah cermin bahwa kita bisa memahami alam dan dunia materi tidak secara acak,kebetulan dan probabilistik tapi dengan mengacu pada konstruksi yang terealisir dalam bentuk hukum alam-hukum fisika.

Nah bila alam dan dunia materi dikonstruks oleh hukum alam-hukum fisika maka apakah realitas kehidupan secara keseluruhannya hanya mengacu pada prinsip acak-kebetulan-probabilistik tanpa ada pemandu dan yang memandu?

Karena untuk tidak acak,tidak serba kebetulan dan tidak probabilistik maka segala suatu itu perlu panduan dan yang memandu.

BAGAIMANA CARA MENGETAHUI BAHWA REALITAS ADALAH SESUATU YANG MEMILIKI KONSTRUKSI-SYSTEM?

Ini tak bisa hanya dengan mengandalkan mata-observasi empiris,bahkan tidak pula dengan mengandalkan metode sains tapi potensi akal dalam bermain logika mesti di optimalkan.Semua peralatan berpikir dalm diri manusia itu pun berfungsi sebagai alat baca realitas,mulai dunia indera,akal sampai penghayatan hati.

Contoh ; sebuah mesin otomotif atau komputer maka dengan mata kita dapat melihat fisiknya tapi bahwa dibalik itu ada system-mekanisme (sebagai inti realitas mesin-komputer) maka kita tak menangkapnya secara langsung dengan mata tapi dengan akal pikiran .Maka akal pikiran menjadi alat untuk menangkap realitas adanya system- mekanisme-struktur yang mengkonstruks dunia fisik-materi yang nampak.

Apakah dengan akal pikiran anda menangkap hal serupa di alam? Sampai mana anda mempersolkan konstruksi dibalik realitas alam ? Apakah cuma sebatas memakai acuan deskrisi deskripsi saintifik atau juga menggunakan kacamata filsafat serta agama untuk mendalami secara lebih jauh

Intinya,disini saya hanya ingin menunjukkan dasar untuk memahami realitas yang adalah sangat keliru kalau acuannya cuma inderawi karena dengan akal pikiran kita akan dapat menangkap adanya system-mekanisme-konstruksi dibalik realitas fisik.Soal sejauh mana seseorang mendalami konstrusi dibalik realitas fisik tsb itu bergantung kualitas akal pikiran masing masing individu yang tidak selalu sama.

...............

Kita analisa kembali mulai dari awal ;

Contoh real; Dengan indera kita melihat seseorang yang memukul orang lain.Nah apakah realitas adalah sebatas yang kita lihat bahwa ada seseorang yang memukul orang lain?

Tentu sangat keliru(!),yang kita lihat dengan mata ada orang memukul orang adalah cuma realitas permukaan,Karena dibalik realitas itu pasti ada realitas abstrak berupa pikiran-niat-motif sehingga seseorang itu memukul orang lain,Karena mustahil ia memukul tanpa motif.

Nah mungkin ada yang berkata ;"tapi niat itu kan relatif-subyektif-kita tidak tahu pasti apa motif nya"(?). Nah mau apapun motif nya atau apapun dugaan orang atas motifnya maka yang pasti adalah ; Ada realitas abstrak dibalik fakta seseorang memukul seseorang lain,karena mustahil tubuh bergerak sendirian tapa pikiran dibaliknya

Contoh lain; Apakah waktu itu ada dan realitas?

Kalau acuan realitas cuma yang nampak-empirik maka waktu hanya akan difahami sebagai sebatas "konsep". Nah tapi bagaimana bila waktu pun kita posisikan sebagai "realitas" atau bagian dari realitas ? Karena ada tanda-bukti eksistensi-infrastruktur yang mendukung keberadaan adanya waktu sebagai sesuatu yang mesti ada kehadirannya karena tanpa ada waktu maka kita tidak akan memahami gerak materi secara terstruktur-sistematis.

Nah dari dua contoh sederhana tsb kita dapat menangkap adanya konstruksi yang menyatukan yang fisik dan non fisik hingga keduanya dapat kita fahami sebgai 2 element yang membentuk realitas keseluruhan.

Nah bagaimana cara kita memahami realitas adanya yang abstrak dibalik yang empirik ? Tentu bukan lagi dengan perangkat indera tapi dengan peralatan yang abstrak pula yaitu pikiran,akal, kesadaran itu semua adalah peralatan penangkap realitas yang bersifat abstrak-tak kasat mata.

Contoh ; Dengan mata indera kita melihat realitas fisik gerak-tindakan- perilaku- lahiriah seseorang tapi dengan pikiran kita berupaya menangkap pikiran apa dibaliknya,dengan perasaan kita menangkap perasaan apa dibaliknya, dengan akal kita berlogika apa kiranya yang membuat ia melakukan tindakan tsb.

Nah di alam upaya memahami realitas abstrak dibalik realitas fisik alam itu misal melalui pemahaman adanya hukum alam serta hukum fisika dibalik yang fisik.Tapi apakah abstraksi atau pemahaman abstrak dibalik fisik alam hanya sebatas memahami adanya hukum hukum?

Tentu saja tidak,yang namanya akal akan terus mendalami hingga ke level akar atau dasar paling dasarnya hingga mempertanyakan misal apakah ada desainernya dan kalau ada siapa desainernya.

Dan-maka realitas itu secara keseluruhannya mustahil di nampakkan atau direkonstruksikan oleh sains melalui metode empiris, sehingga manusia membutuhkan filsafat serta agama untuk membantu manusia memahami bagan lain yang abstrak yang ada di dunia non fisik untuk kepentingan memahami system atau konstruksi realitas secara keseluruhan.


Artikel ke 2 ;

Seperti sudah ditulis dalam artikel sebelumnya bahwa realitas itu adalah suatu yang memiliki konstruksi.Dan konstruksi dari realitas itu adalah suatu yang dunia inderawi kita tidak bisa langsung melihatnya maka ia hanya bisa dibaca oleh perangkat berpikir abstrak yang selain indera seperti akal pikiran serta hati nurani.

Adanya konstruksi dibalik realitas itu membuat realitas menjadi suatu yang memiliki grand system-tata aturan-mekanisme dan artinya bukan suatu yang berjalan secara acak-bukan dikonstruks oleh keacakan-serba kebetulan atau berjalan berdasar prinsip acak dan probabilistik.

Kalau dibalik dunia kuantum orang menangkap adanya prinsip probabilistik-ketakpastian maka BUKAN BERARTI ITU ADALAH DASAR REALITAS tapi hanya sesuatu yang indera + alat sains sudah tak dapat lagi menangkapnya secara utuh.Adanya hukum alam-hukum fisika di duia materi yang dapat dianalisa-diukur bahkan dipastikan (sebagai hal deterministik) itu menunjukkan bahwa dunia materi adalah suatu yang dikonstruks oleh hukum fisika dan bukan dikonstruks oleh keacakan-sifat. probabilistik-serba kebetulan serta ketakpastian

Kalau ada yang menganggap bahwa "prinsip kebetulan" yang mengacu pada sifat probabilistik sebagai dasar realitas alam maka itu = tak faham konstruksi realitas.Makna "konstruksi" tidak identik dengan prinsip kebetulan dan keacakan tapi identik dengan suatu yang memiliki tatanan yang deterministik.

Analoginya itu seperti sebuah gedung besar maka dunia indera hanya dapat menangkap permukaannya sedang konstruksi yang menopangnya tidak dapat  dilihat secara langsung tapi dengan akal kita dapat faham bahwa gedung tsb tidak akan bisa berdiri tanpa konstruksi besi beton yang menopangnya.Sebuah gedung adalah contoh suatu yang berdiri diatas konstruksi pasti bukan diatas keacakan yang probabilistik.

Itulah fungsi vital dari akal adalah ia peralatan berpikir yang dapat menangkap sesuatu dibalik yang fisik-nampak- empirik yang binatang tidak dapat menangkapnya karena mereka tidak memiliki akal,Tapi manusia dapat mendalaminya bahkan hingga level terdalamnya-hingga level hakikat dan makna terdalamnya yang bukan untuk ditangkap secara indera tapi untuk difahami oleh akal budi.

Contoh dari konstruksi paling dekat ke permukaan (karena dapat dibaca secara langsung oleh sains) adalah keberadaan hukum alam dan turunannya ; hukum fisika termasuk hukum biologi sebagai bagian dari hukum fisika yang berjalan pada entitas hidup.Sains dapat membaca konstruksi hukum fisika karena mekanismenya dapat dibaca melalui pergerakan dunia material.

Tapi konstruksi dari realitas bukan hanya hukum fisika yang masih dapat dibaca oleh sains  tapi berlapis hingga ke level atau dimensi yang lebih dalam dimana pada level atau dimensi lebih dalam itu sains sudah tak bisa lagi membacanya secara langsung sehingga pada level lebih dalam konstruksi dari realitas itu dibicarakan dalam filsafat serta agama.

Contoh konstruksi dari realitas yang dibicarakan dalam filsafat serta agama adalah HUKUM KAUSALITAS.Hukum kausalitas adalah konstruksi dari realitas yang dapat dibaca oleh logika akal pikiran manusia.Dengan kata lain, adanya hukum kausalitas di dunia metafisika itu membuat akal pikiran manusia bisa membaca konstruksi realitas secara tertata-sistematis-mekanistis-tidak secara acak dan tidak bersandar pada prinsip kebetulan-probabilistik.

Dan dalam filsafat ia di olah oleh beragam model berpikir yang berbeda yang menghasilkan beragam system metafisika.Atau di modif kedalam beragam bentuk metode berpikir analitis- sistematis semisal metode logika tradisional Aristoteles atau metode dialektika Hegel ; tesis-sintesis-antitesis.

Walaupun para filsuf mengolah prinsip sebab-akibat itu dengan cara berbeda- mengarahkan ke arah berbeda-memakai kacamata sudut pandang berbeda dan melahirkan system berpikir yang berbeda tapi intinya prinsip sebab akibat itu adalah suatu yang ada dan eksist dibalik yang fisik.

Kemudian hasil olah prinsip hukum sebab-akibat itu dalam dunia filsafat melahirkan konsep ilmu logika.Artinya ilmu logika berdiri pada dasarnya karena manusia membaca adanya prinsip kausalitas dibalik fenomena nampak.

Jadi bila hari ini manusia bicara "logika-ilmu logika" maka itu artinya manusia bisa membaca dengan akal pikirannya adanya konstruksi dibalik fenomena fenomena yang dunia indera dapat menangkapnya-bukan saja berdasar sebab akibat yang mengacu pada hukum fisika tapi juga berdasar sebab akibat yang dapat difahami secara argument logis-berdasar logika murni.

BAGAIMANA PERAN AGAMA WAHYU DALAM MENGUNGKAP KONSTRUKSI REALITAS SECARA LEBIH DALAM?

(Bersambung pada edisi berikutnya)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun