Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Pernyataan Sains atau Atheis ?

14 Agustus 2024   13:09 Diperbarui: 14 Agustus 2024   13:17 36 1


Dalam literatur sejarah sains selalu terselip lembaran dokumentasi yang menarasikan "agama vs sains" atau narasi narasi yang membenturkan agama dengan sains atau yang memperlihatkan keduanya ada dalam ketegangan atau dalam posisi seolah berlawanan

Nah pertanyaan besarnya adalah ; siapa-fihak mana yang seolah memelihara agar narasi seperti itu tetap ada dan selalu diungkit kembali ?

Karena soal sains kaum beragama pun menggumulinya dan mereka memandang tak ada dalam sains hal atau rumusan yang meruntuhkan iman mereka sebagaimana klaim fihak atheis.Orang beragama yang cerdas nyaman menggumuli sains dan tak pernah gelisah dengan sains karena tak ada apa yang orang anggap sebagai benturan agama vs sains.Karena kalau di urai anggapan benturan itu lebih kepada kesalahan dalam memahami,Apakah itu kesalahan dalam memahami isi kitab maupun kesalahan dalam memahami apa yang ada dalam sains itu sendiri

Contoh nyata adalah membenturkan dengan agama apa yang dalam sains sendiri proposisinya belum tentu benar secara empirik dan hanya suatu yang sifatnya dugaan semisal teori asal usul makhluk karena faktual orisinilnya tak ada yang tahu

Jadi kalau sains mengungkap fakta atau yang diungkap adalah fakta maka tak akan ada benturan langsung dengan agama,kecuali saintis membuat teori yang dasarnya hanya dugaan dugaan maka potensi berbenturan itu bisa muncul.Ini adalah salah satu benang merah yang mesti diurai dan diketahui publik untuk meminimalisis efek fitnah benturan agama vs sains


.................

PERNYATAAN SAINS ATAU ATHEIS ?

Sudah bukan rahasia kalau sains "campur aduk" antara hal hal yang sifatnya saintifik dengan yang sudah diluar rel atau ranah sains.Maka untuk menmukan mana yang sains murni ya kita mesti kembali pada prinsip serta acuan dasar yang digunakan dalam sains.Beberapa fihak berupaya membawa sains agar seolah menjadi legislator dari ideologi yang dipedomaninya

Dan memang tiap fihak punya hak membawa sains ke arah mana yang mereka mau (ini bila bicara hak), sebagaimana halnya filsafat walau sering disebut ranah dinamika akal budi manusia tapi akhirnya filsafat terpencar pada beragam mazhab pemikiran yang berbeda beda

Apa yang terjadi dalam dunia sains pun demikian adanya,disamping rumusan rumusan sains sering ada terselip pandangan atau pernyatsan yang sifatnya sudah ideologis atau misal pandangan filosofis pribadi sang saintisnya.Yang patut diwaspadai adalah bila ada publik yang belum bisa memilahnya atau bersikap kritis lalu menyangka itu adalah bagian dari sains juga

Jadi untuk faham mana yang murni sains orang harus cerdas untuk bisa memilah mana sains dan mana pandangan pribadi yang sifatnya sudah bersifat filosofis atau ideologis atau kepercayaan atau metafisik

Walau sekali lagi tiap orang punya hak membawa sains ke ranah prinsip atau kepercayaannya pribadi (karena sains tidak bisa menjangkau semua hal).Tapi ketika kita perlu mengetahui mana yang masih ranah sains atau substansi sains dan mana yang sudah bukan ya pemilahan itu hal yang sifatnya prinsipiil mesti dilakukan

Apalagi dewasa ini ideologi materialisme ilmiah merajalela dalam berbagai aspek dan nampak mendominasi pandangan dunia era milenial maka kita utamanya umat beragama perlu jeli dan berani membuat counter ilmiah melawan cara pandang materialisme ilmiah yang memakai basis sains.Karena ditengarai banyak narasi narasi sains yang sudah dibingkai oleh cara pandang materialisme ilmiah dan tersebar ke ranah publik melalui tokoh tokohnya yang dikenal publik sebagai atheis

Uniknya pada umumnya mereka tidak misal berterus terang memproklamirkan ideologi ateisme atau materialisme melalui karya tulis yang mereka buat tapi mereka menyampaikan kepada dunia seolah yang mereka narasikan adalah "pandangan sains"

Dan ciri yang mencolok adalah bahwa narasi tulisan mereka didalamnya mengadung penghakiman terhadap agama serta masalah keagamaan atau persoalan filsafati-suatu tanda bahwa apa yang mereka sampaikan adalah mengandung muatan ideologis-bukan murni sains,karena tak ada rumusan sains yang tujuannya untuk menghakimi persoalan keagamaan atau persoalan metafisika yang sudah ada diluar sains

............................

Di ruang debat khususnya kita sering mendengar kalimat atau pernyataan atau pandangan yang seolah dari sains atau mengatasnamakan sains padahal sama sekali bukan dan lebih merupakan pernyataan atau pandangan seorang ateis yang ingin menggunakan sains sebagai penopang ideologinya.Ada beberapa  pernyataan atau pandangan yang karakternya adalah lebih merupakan pernyataan ateistik-materialistik karena kalau ditelisik dalam sains sendiri sebenarnya tidak ada bahkan sains tidak membenarkannya

Contoh ;
1.Pandangan seolah sains tanpa batasan dan segala suatu bisa serta harus menggunakan sains sebagai metode tunggal.Ini lebih merupakan pandangan saintism (menempatkan sains tidak pada tempatnya atau melampaui kapasitasnya,) yang sains sendiri sama sekali tidak membenarkannya.Sebagai ilmu yang dilahirkan dari olah pikir serta pengamatan manusia maka secara prinsipiil serta inheren kapasitas sains akan melekat dengan keterbatasan manusia sebagai pencetusnya

Sebagai konsep ilmu yang visi misinya telah di konsep sedemikian rupa oleh para pencetus nya maka dalam mencari kebenaran sains membatasi diri hanya mencari kebenaran empiris dengan mengandalkan metode empiris.Maka dengan prinsip ilmiah seperti itu otomatis ideologi saintisme tertolak atau tidak bisa diterima dalam sains.Karena (dengan prinsip dasar sains yang telah ditetapkan itu) banyak persoalan terkait ilmu serta kebenaran yang menjadi berada diluar ranah sains karena untuk menggalinya tidak bisa menggunakan metode saintifik

Tapi di ruang debat kita tahu bahwa ateis banyak yang berupaya membawa prinsip sains untuk mendukung pandangan ideologisnya,termasuk menghakimi persoalan metafisika dengan mengatas namakan sains padahal prinsip sains sendiri tidak membenarkannya

2.Melebih lebihkan kapasitas sebuah teori dalam sains.

Dalam sains sebuah teori ilmiah itu punya proposisi-kedudukan serta kapasitasnya tersendiri. Bukan suatu yang dipandang sebagai kebenaran mutlak,bisa disebut kebenaran sementara sampai ditemukan bukti empirik atau bukti valid yang tidak bisa dibantah lagi.Dengan kata lain sifat dugaan atau ke belum pastian dapat melekat kepada suatu teori.Sehingga kita sering mendengar teori yang terbukti keliru atau difalsifikasi atau diperbaiki atau diganti oleh teori lain untuk kasus berbeda. Teori yang terbukti keliru atau difalsifikasi itu sudah jelas menunjukkan bahwa penjelasan teoritisnya bersifat dugaan karena kalau penjelasannya pasti benar-empiris mustahil dinyatakan keliru atau difalsifikasi

Tapi beberapa ateis tidak terima pandangan seperti ini.Mereka tidak terima  suatu teori di paralelkan dengan sifat dugaan-menduga-hipotesa.Mereka sering tuduh orang yang memparalelkan teori dengan sifat dugaan sebagai "orang yang tak faham teori".Ini sering mereka ungkap misal ketika perdebatan teori evolusi seolah teori tsb tak boleh diparalelkan dengan sifat dugaan padahal bukti otentiknya kan tidak pernah diketahui (?)

Logikanya kalau tak boleh di lekatkan dengan adanya unsur atau sifat dugaan ya semua yang bernama teori sains harus dipandang pasti benar atau pasti empirik dan tak bisa diruntuhkan atau difalsifikasi.Ini kan bertentangan dengan prinsip sains tentang teori sains yang dijelaskan diatas.Kalau kebenarannya tak boleh dipandang mutlak ya otomatis unsur dugaan akan masih melekat kedalamnya,Atau boleh-dapat dilekatkan. Demikian logikanya (logika juga harus main)

Artinya,selama bukti empirik dari obyek yang dibicarakan oleh suatu teori belum bisa ditampilkan maka teori yang bicara obyek tsb tetep dapat atau bisa melekat kedalamnya sifat dugaan

Kecuali teori yang misal didukung oleh fakta deterministik atau fakta hukum fisika yang berkaitan maka teori tsb.lebih kuat posisinya.Tapi teori yang bukti empirik otentik atau bukti deterministik atau bukti hukum fisika yang mendukung belum ada maka sifat dugaan akan lebih kuat melekat kedalamnya

3.Kalimat ini beberapa kali saya dengar di group debat ;  "sains tidak membahas yang tidak ada".Apakah ini pernyataan sains atau pernyataan orang ateis ?

Mari kita analisa secara seksama ;
Kalau kita analisa kalimat tsb maka itu bisa berarti = bahwa keberadaan segala suatu itu hanya bisa  ditentukan oleh sains.Sains seolah bisa menentukan segala suatu sebagai ada atau tidak ada.Tapi ini sudah melampaui kapasitas serta batasan sains itu sendiri

Sebagai contoh ; keberadaan hal hal abstrak dalam diri manusia semisal kesadaran,jiwa,pikiran,perasan atau pergumulan pikiran atau pergumulan emosi maka sains sudah tak akan bisa mengamatinya kecuali sebatas menangkap sinyal sinyal yang sains tak akan tahu persis apa dibalik sinyal tsb

Apakah karena sains tak bisa mengamatinya maka hal hal abstrak dalam diri manusia harus disebut tidak ada ?

Belum lagi hal hal yang ada di alam yang sampai saat ini belum sains ketahui.Sains selalu mencari cari rahasia di alam itu sendiri sudah menunjukkan sains belum mengetahui keseluruhan yang ada di alam

4."Orang sain bawa agama kacau"

Itu bukan pernyataan sains atau saintis tapi murni pernyataan orang ateis.Mereka ingin sains hanya berfihak pada mereka dan seolah paralel dengan ideologi mereka dan seolah sains tidak cocok untuk orang beragama

Dan sains adalah institusi yang digumuli semua fihak baik yang beragama atau tidak.Dan orang beragama dari dulu menggumuli sans tapi mereka tidak memegang misal ideologi materialisme atau sainstisme atau ateisme karena semua itu hal yang sudah diluar ranah sains

Dan karena sains itu tidak melahirkan rumusan ideologis dan rumusannya tak langsung mendukung ideologi tertentu kalau bukan unsur manusia yang menghubungkannya (dengan prinsip dan cara pandang yang sudah berbeda tentunya),sebagian menarik ke wilayah ateisme,sebagian ke wilayah teisme dan sebagian lain kepada prinsip yang mereka pedomani


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun