Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat Pilihan

Apakah Ada dan Tidak Ada Semua Harus Ditentukan Sains(?)

8 Agustus 2024   10:30 Diperbarui: 8 Agustus 2024   10:34 71 3
Seseorang berkata ; "sains hanya observasi sesuatu yang ada" atau "sains tidak akan membicarakan yang tidak ada".Sepintas kalimat kalimat ini seperti benar dan seperti pernyataan sains, padahal prinsip ini bisajadi cuma filosofi atau pernyataan yang sudah diluar sains semisal materialisme yang tidak percaya keberadaan hal yang tidak empiris

Kalimat yang benar adalah "sains hanya observasi obyek yang masih dalam jangkauannya" atau "sains tidak akan membicarakan sesuatu yang diluar jangkauannya".Kalimat ini dibuat berdasar kesadaran saintis akan kapasitas sains yang memang ada batasannya

Artinya sains tidak sembarang vonis atau rumuskan sesuatu sebagai ada atau tidak ada,dan tidak merumuskan sesuatu sebagai ada atau tidak ada dengan berbekal prinsip ateisme-materialisme yang sudah berada diluar sains

Karena sains merumuskan sesuatu sebagai ada atau tidak ada,fakta atau bukan fakta itu berdasar metode ilmiah-bukan berdasar kepercayaan atau prasangka

Sains tidak merumuskan misal Tuhan,alam akherat,malaikat,setan sebagai ada atau tidak ada karena peralatan observasinya memang tidak ada.Jangankan observasi hal gaib seperti itu observasi isi jiwa atau isi pikiran atau isi perasaan saja sains tidak bisa seutuhnya,cuma bisa meneropong dari luar semisal lewat penelitian neurosains atau peralatan semacam fMRI atau BCI.Tapi sains hanya bisa sebatas menemukan sinyal sinyal-bukan substansinya.Maka dlm hal ini manusia saja tak bisa seutuhnya jadi obyek sains kecuali fisiknya

Apakah sains merumuskan jiwa,akal,pikiran,mimpi,hayalan,angan angan,nafsu,perasaan sebagai tidak ada hanya karena sains tidak bisa menjangkau serta mengobservasinya ?

Selama ini keberadaan jiwa,akal, pikiran,perasaan,angan angan,ilusi, cinta,kasih, kebencian, kemunafikan, harapan,kebahagiaan dlsb itu ditentukan oleh kesadaran kita - bukan oleh observasi saintifik.Artinya dalam soal diri manusia saja teramat banyak hal yang keberadaannya ditentukan oleh alam kesadaran kita-bukan oleh metode sains

Beranikah sains menyatakan misal intuisi atau kebahagiaan dan penderitaan itu tidak ada ? Maka terlalu naif-tak masuk di akal sehat menyandarkan perumusan keberadaan serta ketidak beradaan sesuatu hanya pada metode sains semata

Sebab itu sains tak bisa diperalat oleh ideologi semacam ateisme atau materialisme yang mana penganutnya ada yang suka mendompleng sains untuk pembenaran ideologi mereka.Mereka itu yang menyusun kalimat "sains tidak akan membicarakan yang tidak ada".Sementara  para saintis sendiri menyatakan "sains tidak akan membicarakan yang diluar wilayahnya".Karena saintis sejati faham bahwa tidak semua hal-obyek dapat dipastikan ada atau tidak adanya oleh sains atau berada dalam jangkauan alat sains

Jangankan hal gaib atau jiwa manusia alam semesta saja tidak semua dapat di observasi.Sains belum mengetahui sampai mana batas alam semesta atau bagaimana sesungguhnya-persis nya peristiwa penciptaan alam kecuali melalui penjelasan teoritis,demikian pula asal usul makhluk,hanya sebatas penjelasan teoritis.Tidak semua obyek yang dibicarakan dalam sains bisa hadir secara faktual atau dihadirkan secara empiris. Maka dalam sains kita mengenal "penjelasan teoritis" diantaranya untuk mencoba menjelaskan hal atau obyek yang tersembunyi atau masih tersembunyi dari jangkauan pengamatan langsung sains

Demikian pula sejarah masa lampau,sains tak bisa dan tak boleh merumuskan bahwa sejarah itu sebatas yang telah ditemukan artefak atau peninggalan arkeologisnya,itu keliru.Karena akan teramat banyak peristiwa sejarah yang tidak meninggalkan artefak atau bukti empiris yang dapat diamati saat ini.Maka itu tulisan yang dibuat oleh para pelaku sejarah menjadi pemandu utama dalam upaya memahami sejarah

Tapi sebagian orang kan mudah vonis sesuatu sebagai dongeng hanya karena bukti arkeologis dianggap tidak ditemukan atau tidak utuh ditemukan dan hanya ada dalam tulisan.Terus kalau begitu untuk apa generasi masa silam mewariskan sejarah via tulisan kalau yang diterima melulu hanya yang disertai artefak atau bukti fisik

Maka sejarah tak bisa murni menjadi ilmu empirik,maka kedalamnya dapat masuk beragam penjelasan teoritis, hipotesa-dugaan,asumsi hingga beragam kepercayaan,itu wajar karena tak semua dari peristiwa masa silam dapat diketahui secara empiris

Maka yang rasional itu adalah menempatkan sains pada tempat semestinya sesuai dengan kapasitasnya. Dan harus bisa memisah mana sains dan mana ideologi,filosofi, kepercayaan,ide, gagasan,opini,wacana,pernyataan yang sudah diluar ranah sains

Agar sains tetap terjaga kemurnian dan netralitasnya sesuai prinsip yang disepakati para pelaku nya sehingga tidak di klaim seolah memihak secara langsung pada ideologi atau kepercayaan tertentu

Karena orang beriman pun tidak ada yang mengatas namakan atau berdasar rumusan langsung sains.Dalam ranah keyakinan agama data atau informasi yang diberikan sains hanya sebatas sebagai alat bantu untuk menggapai keyakinan iman.Karena tujuan iman bukan semata mengoleksi beragam pengetahuan empiris tapi mengungkap hal metafisis dibalik yang fisik-empiris

..............

Tuhan memang  tidak bisa dibuktikan secara langsung secara metode sains,Pertanyaannya ; Apakah itu harus berarti Tuhan tidak ada ?
Apakah sains tahu definisi Tuhan dimaksud ?
Apakah definisi Tuhan membuatnya bisa masuk jadi obyek sains ?

Sains tak bisa membuktikan secara langsung keberadaan ruh,akal,pikiran, perasaan,cinta kasih,kebahagiaan,Tapi apakah itu harus berarti bahwa semua itu tidak ada ? Sains tak bisa membuktikan secara langsung hal hal gaib-abstrak, Apakah harus berarti semua itu pasti tidak ada ?

Apa analogi untuk orang orang yang menjadikan metode sains sebagai metode tunggal untuk membuktikan sesuatu sebagai ada atau tidak ada ?

Itu seperti orang yang pegang teropong burung lalu ia coba untuk meneropong keberadaan planet planet tapi tidak ditemukan,lalu ia menyimpulkan planet planet itu tidak ada.

Jadi yang salah bukan obyeknya atau alatnya tapi orangnya yang tidak bisa mengukur kapasitas alat

Jadi selama ini yang memvonis sesuatu sebagai tidak ada dengan bersandar hanya pada metode sains dan ketergantungan mutlak padanya maka yang salah bukan sains nya tapi orangnya


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun