Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Apakah Agnostik Bisa Netral dari Kepercayaan?

16 Juni 2024   12:22 Diperbarui: 16 Juni 2024   12:27 80 0
Kalau saya nilai agnostik adalah orang yang berusaha ingin memposisikan diri sebagai tidak ingin punya kepercayaan apapun dan tidak berupaya untuk mendalami kepercayaan apapun atau mengambil sikap menentang kepercayaan apapun (karena kalau menentang suatu kepercayaan maka ia akan jatuh pada memiliki kepercayaan juga)

Tapi untuk menjadi agnostik pun ternyata bukan tak perlu acuan atau prinsip dasar dimana dengan acuan yang ia pegang itu ia berupaya memposisikan diri sebagai agnostik

Menurut saya seorang agnostik akan berupaya untuk tidak jatuh pada bentuk kepercayaan tertentu atau menentangnya dengan berpegang pada apa yang bisa manusia capai sebatas pengetahuannya sebagai manusia.Agama ia tolak karena dianggap bukan berdasar ilmu pengetahuan manusia yang bersifat umum.Atau,bila suatu kepercayaan dianggap ada diluar batas ilmu pengetahuan manusia yang umum maka ia akan menolaknya.Maka sebab itu seorang agnostik mungkin akan sangat berpedoman pada pencapaian manusia di bidang sains

Maka seorang agnostik akan memposisikan diri sebagai "tidak tahu dan tidak berupaya menjawab" apa yang sains tidak mengetahui atau tidak menjawabnya

Tapi tahukah anda bahwa betapapun seorang agnostik berupaya "netral" dari kepercayaan tanpa sadar iapun akan jatuh pada sesuatu yang sebenarnya adalah "kepercayaan"

Saya mencoba analisis pandangan seorang agnostik yang ada dalam podcast Deni Sumargono

Pertama,dalam menilai agama si agnostik  memakai narasi pemahaman evolusionis yang menganggap agama sebagai hasil produk budaya berpikir manusia

Menurut saya untuk level agama agama hasil budaya atau filosofi manusia itu bisa klop-masih dapat difahami,Tapi tidak cocok ketika acuannya adalah agama wahyu karena agama wahyu dasarnya adalah firman atau ajaran Ilahi yang diwahyukan dan bukan produk hasil budaya berpikir manusia.Jadi kesalahan narasi evolusionis adalah tidak membuat perbedaan antara agama wahyu dengan agama hasil budaya berpikir manusia

Kedua,pandangan yang saya soroti adalah ketika si agnostik mengatakan bahwa semua berasal dari ketiadaan dan akan kembali kepada ketiadaan.Artinya setelah manusia mati maka semua selesai tanpa ada kelanjutannya.Menurut saya inipun adalah sebuah iman atau kepercayaan dan sama sekali bukan sesuatu yang diambil berdasar hasil pengukuran terukur sebagaimana yang selalu jadi acuan si agnostik (si agnostik selalu klaim berpijak pada hal hal yang "terukur" meniru prinsip saintifik)

Mengapa soal pasca kematian bukan sesuatu yang bisa diambil berdasar hasil penilaian terukur ? Ya karena apa yang terjadi sesudah mati secara empiris terukur itu tidak dapat diketahui.Semua manusia mau teis,ateis atau agnostik tak ada yang mengalami apa yang terjadi sesudah mati.Jadi apapun pandangan orang terhadap pasca kematian itu sifatnya adalah iman atau kepercayaan.Nah kalau dasarnya iman maka tinggal dinilai mana iman terhadap pasca kematian yang paling masuk akal.Disini berbagai argumentasi versi teis,ateis dan agnostik tentunya akan dinilai

Ketiga,si agnostik berkata bahwa bagaimanapun manusia memposisikan diri apakah sebagai orang beragama,ateis atau agnostik yang penting adalah menjadi orang baik pada lingkungannya.Agama ia nilai sebatas aspek aksiologisnya-bukan keimanannya pada Tuhan

Menurut saya,secara pribadi itu belum cukup karena kalau hanya untuk sekedar menjadi nampak baik pada sesamanya orang bisa tak perlu harus beragama tapi cukup misal dengan mengikuti norma yang berlaku di masyarakatnya

Tapi masalahnya adalah agama wahyu mengakomodasi keperluan dan pertanyaan pertanyaan manusia yang paling fundamental misal tentang apa hakikat hidup,hakekat manusia serta hakekat dunia.Manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan akan pedoman hidup,tapi ini tentu untuk manusia yang peka secara rohani,masalahnya adalah tidak semua manusia peka secara rohani lalu mempertanyakan misal apa hakekat hidup di dunia atau apa hakekat manusia

Orang yang peka akan persoalan menyangkut hakekat hidup biasanya menjalani sesuatu dalam kehidupannya secara serius tidak banyak ketawa ketiwi karena memiliki tujuan hidup yang bukan sekedar duniawi,lahiriah atau jasmaniah

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun