Bayangkan bagaimana selama ini cara kita mencari dan lalu memahami ‘kebenaran’, sebagai contoh, bila kita ingin mencari bentuk kebenaran logis-rasional-konstruktif (ideal menurut akal fikiran) maka kita akan bermain logika mungkin dengan bantuan seperangkat hukum hukum ilmu logika, hasilnya adalah nilai benar-salah yang jelas-terang alias ‘hitam putih’. Misal, X adalah benar sedang Y adalah salah, atau saya benar-anda salah’. Mengapa logika melahirkan bentuk kebenaran yang ‘hitam-putih’?. Karena karakter cara berfikir akal yang systematis selalu memilah serta menempatkan obyek berfikir kepada kutub kutub dengan posisi yang terpola-terstruktur.
KEMBALI KE ARTIKEL