Pernahkah ada seorang yang mencoba berfikir secara mendalam tentang apa 'logika kehidupan' ini misal (?) ...... bila tidak ada maka memang benar bahwa itu adalah sebuah bentuk pendalaman yang secara keilmuan nampak 'ganjil',... sebab yang ideal ketika orang berfikir tentang kehidupan (secara mendalam) adalah mencoba mendalami 'makna' nya, mengapa (?),karena kehidupan adalah sesuatu yang bersifat kompleks yang karenanya tidak cukup bila hanya dipikirkan dengan menggunakan isi kepala semata tetapi harus dengan menggunakan isi hati
Lalu,mengapa manusia berfikir tentang 'makna' hidup atau makna dari apapun yang dialaminya dalam kehidupannya atau apapun hal hal lain yang bersifat mendalam (?),.... jawabnya adalah karena manusia memiliki hati dan hati memerlukan 'asupan' tersendiri berupa instrument keilmuan yang bersifat mendalam yang tentu saja tak bisa dipenuhi hanya oleh ilmu logika serta aktifitas berlogika semata
Sebagai contoh, kala hati kita merasakan kegersangan-kehampaan-ketakutan-kecemasan apakah kecerdasan otak kita bisa mengatasinya misal (?),.... itulah dalam kehidupan selalu ada situasi dan keadaan tersendiri dimana otak dan hati harus saling bergantian untuk dikedepankan, dan dunia 'makna' adalah instrument keilmuan yang pada saat tertentu akan sangat diperlukan dan karena itu didalami oleh hati
Contoh lain,ketika kita mendengar terjadinya peristiwa yang menggetarkan hati seperti peristiwa tenggelamnya kapal Titanic atau yang terkini seperti hilangnya MH 370 dimana media massa beramai ramai berlogika dengan beragam asumsinya sendiri sendiri, maka adakah diantara kita yang sudah sampai kepada tahap berupaya untuk mendalami makna nya (?)
'makna' dan 'logika' adalah dua hal yang berbeda tetapi keduanya adalah instrument serta parameter kebenaran tersendiri,artinya ada sisi dari kebenaran yang bisa ditelusuri serta dijelaskan oleh peralatan ilmu logika dan ada sisi dari kebenaran yang harus didalami dengan menggunakan instrument 'makna'
Dalam dunia ilmu, instrument 'logika' dan 'makna' memiliki kapasitas nya tersendiri tetapi dunia 'makna' memiliki kapasitas yang lebih luas ketimbang dunia 'logika',analoginya bila logika ibarat danau maka dunia makna ibarat samudera yang jauh lebih luas
Atau bila di ibaratkan meteran maka logika diibaratkan meteran tukang kayu yang digunakan untuk mengukur obyek yang lebih terbatas sedang 'makna' mengukur sesuatu yang jauh lebih luas - kompleks dan mendalam sebab itu 'makna' diibaratkan peralatan untuk mengukur lautan nan dalam
Instrument logika lebih banyak digunakan di dalam isi kepala sedang instrument 'makna' lebih banyak bekerja di wilayah hati.ketika seseorang berhadapan dengan problem kebenaran yang harus menggunakan cara berfikir systematis maka manusia menggunakan instrument logika tetapi ketika seseorang berhadapan dengan problem kebenaran yang bersifat kompleks dan mendalam maka manusia menggunakan instrument makna
Logika lebih banyak digunakan di dunia filsafat karena dunia filsafat memang dunia yang banyak mengekploitasi wilayah 'otak' sedang agama lebih banyak mengutamakan cara berfikir hati,itu sebab dalam agama penggunaan 'makna'lebih dikedepankan ketimbang penggunaan 'logika' (walau bukan berarti makna mengesampingkan logika). Pe makna an banyak digunakan dalam mendalami ajaran agama,sebagai contoh dalam agama tentu tak ada perintah untuk me logika kan solat - zakat - puasa atau ibadah hajji misal,tetapi selalu ada perintah untuk mendalami makna nya
Itu artinya dalam hal berfikir ada saatnya manusia harus menggunakan isi kepalanya untuk berlogika tetapi di lain waktu ada saatnya manusia harus menggunakan isi hati nya,sehingga ironis bila sebagian pemikir terlalu bertumpu pada keterampilan otak dan menjadikannya sebagai parameter utama dalam berfikir dan mencari kebenaran dan cenderung meminggirkan hati serta apa yang keluar daripadanya,sebab Tuhan menjadikan hati itu justru untuk menjadi peralatan berfikir yang utama dan unsur pengendali keseluruhan
Dalam ajaran agama Ilahi bentuk ilmu yang mendalami dunia makna di sebut dengan 'ilmu hikmat' dimana dalam dunia hikmat di dalami maksud tujuan terdalam dari Tuhan dalam hal menciptakan segala suatu yang ada dan terjadi.dan bila kita bercermin pada pelajaran ilmu hikmat dari nabi Soelaiman atau ilmu nabi Khidir maka disana diperlihatkan dengan jelas bagaimana ketinggian ilmu ini ketimbang ilmu yang mengedepankan kecerdasan berlogika semata
Dengan kata lain betapapun manusia merasa sangat benar dengan apa yang keluar dari isi kepalanya (dengan logika logika nya) tetapi ketika manusia berhadapan dengan instrument ilmu - kebenaran yang memiliki derajat yang lebih tinggi maka manusia harus menundukkannya ke bawah, sebagaimana dalam kitab suci ditunjukkan bagaimana seorang nabi Musa yang akal nya sangat cerdas itu mau tak mau harus mau tunduk kepada seorang nabi Khidir yang mengajarinya bentuk ilmu yang memiliki derajat yang jauh lebih tinggi ketimbang bentuk ilmu yang berbasis logika 'hitam-putih'
Dalam dunia ber logika segolongan manusia bisa berbenturan dengan segolongan lainnya,mereka bisa berbeda 'logika' karena masing masing berangkat dari titik acuan yang berbeda,melihat dari sudut pandang berbeda serta memakai 'kacamata' yang berbeda walau masing masing memakai peralatan logika yang persis sama,tetapi ketika manusia digiring untuk mendalami 'makna' dari sesuatu yang bersifat kompleks seperti kehidupan misal maka diperjalanannya mereka akan menemukan hal yang sebenarnya bersifat menyatukan
Tetapi di zaman ini khususnya dikalangan para pemikir - cerdik cendikiawan masihkah ada manusia yang memiliki kesadaran sampai kesana (kepada kesadaran seorang nabi Musa dihadapan nabi Khidir )? ... bahwasanya betapa bagaimanapun jauh dan tajam nya kita berlogika tetapi sebenarnya kita semua terkungkung di dunia 'makna' yang bahkan sering luput dari kesadaran kita ...
(dan sebab rahasia ilmu yang terdalam itu ada disana ... )
.....