Mohon tunggu...
KOMENTAR
Film

Artikel Review! Film Ngeri-Ngeri Sedap

15 September 2024   23:15 Diperbarui: 16 September 2024   01:00 11 0
Didalam keluarga pasti selalu ada saja permasalahan yang muncul. Permasalahan tersebut akan selalu relevan diangkat menjadi sebuah film. Salah satu permasalahan yang muncul adalah perbedaan pendapat antara anak dan orang tua. Permasalahan anak-anak rantau di keluarga, hingga persoalan adat memberikan gambaran nyata tentang dinamika sebuah keluarga di Indonesia. Lewat keresahan itulah, Bene Dion Rajagukguk menghadirkan sebuah drama keluarga berlatar suku Batak lewat film "Ngeri-Ngeri Sedap". Film "Ngeri-Ngeri Sedap" ramai diperbincangkan di tanah air sejak penayangannya pada 2 Juni 2022 lalu. Dibintangi oleh aktor kawakan Arswendy Bening Swara, Tika Panggabean, dan sederet aktor dan komedian Boris Bokir, Ghita Bhebhita, Lolox dan Indra Jegel, film ini sukses mendapatkan review positif dari para penonton.
 
Film mengenai kisah keluarga dari suku Batak dibuat oleh Bene Dion melalui drama-komedi yang dikemas secara natural. Keluarga Batak yang kita saksikan dalam film "Ngeri-Ngeri Sedap" adalah keluarga yang harmonis dan sukses membesarkan anak-anaknya. Keluarga tersebut juga menjunjung tinggi adat Batak. Pak Domu sebagai kepala keluarga (diperankan oleh Arswendy Nasution) digambarkan oleh Bene Dion sebagai orang yang ingin dituruti semua kehendaknya.

Melepas anak pergi ke tanah perantauan nan jauh disana, pasti tak akan mudah. Mungkin mereka akan pergi dan jarang pulang. Ada rindu yang harus dikorbankan dari padatnya kesibukan, minimnya waktu, serta biaya transport yang tak sedikit.

Mulanya Pak Domu (Arswendy Bening Swara) kesal kali pada anak-anaknya yang membangkang perintah. Si sulung Domu (Boris Bokir) yang mestinya meneruskan garis keturunan marga, malah nekat mau kawin dengan seorang mojang Sunda. Adiknya, Gabe (lolox), juga memilih berkarier sebagai komedian slapstick di layar TV, meski sudah susah-payah diongkosi kuliah sampai lulus sarjana hukum. Mimpi Pak Domu punya anak jaksa atau hakim ternama makin pupus, meski kepada sesama teman minum di lapo, Pak Domu selalu mengaku Gabe cuma sementara jadi pelawak. Si bungsu Sahat (Indra Jegel) tak kurang menjengkelkan. Sudah lama lulus setelah kuliah di Jogja, bukannya pulang dan merawat orangtua seperti mestinya bakti anak bungsu dalam keluarga Batak, ia malah memilih tinggal dengan Pak Pomo, seorang petani tua yang hidup dengan hasil bumi dari kebun sendiri. Cuma Sarma (Ghita Bhebhita) si nomor dua dan satu-satunya perempuan yang tinggal dengan Mamak dan Bapaknya dengan bekerja sebagai PNS. Mamak Domu bertahun-tahun mendampingi Pak Domu. Ia selalu menuruti kata Sang Suami untuk memutuskan setiap keputusan keluarga.

Selama hampir dua jam menonton film Ngeri-Ngeri Sedap, berkali-kali saya lontarkan pujian untuk film ini. Karena aktor-aktor yang berperan merupakan keturunan suku Batak asli sehingga logat mereka terasa alami. Pengambilan one take shot sebelum pesta adat dimulai membawa penonton kepada suasana hangat situasi desa tersebut. Detail seperti anak-anak kecil yang ditegur ketika bermain sebelum pesta adat dimulai juga diperhatikan. Adegan sederhana yang semakin memberi suasana realistis dan natural.
 
Namun menurut saya, pembawaan emosi sempat dirasa kurang. Saat adegan Sarma yang ternyata telah mengetahui semua kebohongan yang dilakukan Pak Domu dan Mak Domu sedari awal, karakter Domu, Gabe, dan Sahat yang merasa terkhianati terlihat kurang emosional dan terkesan memaksa. Intonasi suara saat sedih juga terasa seperti adegan sinetron. Namun, diselamatkan oleh akting Gita Bhebhita yang menyayat hati.

Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dari film Ngeri-Ngeri Sedap. Kita semua tahu bahwa orangtua berkewajiban membesarkan anak-anaknya. Namun, anak-anak juga memiliki hak untuk hidup dan menentukan jalannya sendiri ketika mereka sudah dewasa. Orang tua harus mampu memposisikan diri sebagai sahabat agar anak mau terbuka dan bercerita mengenai apa yang sedang mereka hadapi untuk kemudian mencari solusi bersama. Selain itu, orang tua juga bertugas untuk mengawasi anak tanpa disertai sikap yang otoriter agar anak tidak merasa terkekang. Dengan orang tua bersikap seperti itu anak akan merasa disayangi, dihargai, dicintai dan akan tumbuh rasa percaya diri dan menjadi pribadi yang kuat sehingga mereka senantiasa mampu melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun