1. Manarang (Pintar): Menjadi pintar berarti memiliki pengetahuan yang luas. Bagi orang Toraja, semakin pintar seseorang, semakin kaya ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
2. Sugi (Kaya): Kaya tidak hanya diartikan sebagai kekayaan materi, melainkan kaya akan ilmu pengetahuan dan moral. Harta bagi orang Toraja hanyalah pelengkap kehidupan.
3. Barani (Berani): Keberanian yang dimaksud adalah berani bertindak dan bertanggung jawab. Keberanian yang dilandasi kebenaran menjadi pilar penting bagi seorang pemikir.
4. Kinawa (Bijaksana): Seorang pemikir haruslah bijaksana, baik dalam perkataan, perbuatan, maupun pemikiran.
Menurut Papa Era, seorang pemangku adat Toraja, untuk menjadi manusia yang baik, seseorang harus mampu membedakan antara yang berat dan ringan. Filosofi ini menunjukkan bahwa masyarakat Toraja hidup dalam tatanan yang menganut Filosofi Tau sebagai pedoman untuk menjadi manusia sejati.
Masyarakat Toraja yang mendiami pegunungan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat menggunakan istilah "Tau" atau "To" untuk menyebut manusia. Setiap kampung biasanya diawali dengan "To," seperti To Raya atau To Tabulahan. Istilah ini merujuk pada identitas sebagai orang Toraja.
Filosofi Tau memiliki makna yang dalam dan tidak dapat ditafsirkan secara sembarangan. Keempat pilar tersebut saling terkait dan membentuk identitas seorang "To Raja." Seseorang dianggap menjadi "manusia" ketika mampu menghidupkan keempat pilar ini dalam kehidupannya. Dengan memiliki sifat kaya, berani, pintar, dan berhati mulia, seseorang layak disebut sebagai "Tau" atau "manusia." Secara keseluruhan, Filosofi Tau bukan hanya sekadar ajaran, tetapi juga merupakan panduan hidup bagi masyarakat Toraja. Dalam konteks modern, nilai-nilai ini tetap relevan dan menjadi inspirasi untuk membangun karakter yang lebih baik.