Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kecurangan di Sampang, Intimidasi Hingga Ancaman Penghilangan Nyawa

17 Juli 2014   19:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:03 348 3
Proses rekapitulasi surat suara hasil pilpres 9 Juli lalu, kini berlangsung di kecamatan se-Tanah Air. Salah satu kejanggalan terlihat pada Form-C1 di wilayah Sampang dan Bangkalan, Madura, sebab tidak ada satupun suara untuk pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Anggota tim pemenangan Jokowi - JK , Marwan Jafar saat dihubungi merdeka.com mengatakan, terjadi intimidasi pada pihak Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan polisi sehingga pemilu yang dilakukan tidak sesuai dengan seharusnya.


"Di Bangkalan dan Sampang. Kertas suara sudah dicoblos dengan salah satu capres. Polisi dan Bawaslu tidak berkutik karena di bawah intimidasi," jelas Marwan, Senin (14/7). "Intimidasi dilakukan secara sistematis, terstruktur dan masif, tetapi juga dibarengi ancaman penghilangan nyawa."

Sebelumnya, seorang petugas panitia pengawas pemilu (Panwaslu) di Sampang, Madura, Jawa timur mendapatkan intimidasi dan ancaman saat hendak mengungkap adanya tempat pemungutan suara (TPS) fiktif. "Kami temukan di Sampang ada dugaan TPS fiktif, TPS-nya enggak ada tapi hasil suaranya ada. Panwas Sampang terancam karena mengungkap itu," kata Komisioner Bawaslu, Daniel Zuchron di Jakarta, Senin (14/4).

Tim juga mengendus keterlibatan Ketua KPUD Bangkalan, Fauzan Ja'far dan mantan mantan Bupati Bangkalan, Fuad Amin. "Hingga saat ini ada 181 kepala desa yang belum dilantik, padahal sudah bertahun-tahun menjabat. Sehingga mereka sangat bergantung dan takluk kepada bupati," jelas Satgas Relawan Anti Pilpres Curang, Viktor Sirait, di Markas Timkamnas Jokowi-JK, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (16/7).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun