Sebagai makluk sosial, manusia merupakan sumber kesalahan, baik disengaja atau tidak. Dari tindakan dan perbuatan, ucapan, pendengaran, kaki, tangan, hati serta pikiran kita tanpa disadari menimbulkan kesalahan. Tinggal menimbang apakah kesalahan itu besar atau hanya berupa kekeliruan kecil saja. Diluar itu yang membedakan kita dengan makluk lain adalah moral, etika, sikap satria siap mengakui kelebihan, kekurangan. Membuka pintu maaf dan berani meminta maaf.
Apakah kekeliruan sama dengan kesalahan? Bisa ya bisa tidak. Meminta maaf bukan berarti mempunyai kesalahan atau kekeliruan. Lebih dulu meminta maaf adalah gambaran sebuah kerendahan hati, kebesaran jiwa dan bentuk tanggung jawab yang bersifat manusiawi dari seorang Bapak kepada anak-anaknya. Seorang pemimpin kepada bawahan, seorang kepala negara kepada para pembantu serta rakyatnya.
Tidak mudah memang membuka pintu maaf, apalagi meminta maaf, diperlukan kebesaran jiwa, hati dan pikiran yang jernih serta kerendahan hati seseorang bahwa sebagai manusia kita tidak akan pernah luput dari kekurangan. Dan kealpaan, kesalahan yang sama bila dilakukan berkali x bukan lagi kekeliruan tapi tentu kesengajaan namanya. Perlu dipertanyakan apa motifnya melakukan kesalahan serupa berulang-ulang secara sadar. Tidak mau merubah, apalagi meminta maaf atas kesalahannya.
Nah, sekarang baiknya saya minta maaf dulu, karena tulisan ini sebenarnya belum selesai, tapi buru-buru di posting...maaf ya,...salam.