Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Begitulah Kita, Seumpama Cinta yang Tak Bahagia Seketika

14 September 2024   10:38 Diperbarui: 14 September 2024   11:06 236 16
Kita melihat Goenawan Mohamad menangis, setidaknya dua kali---di Rosi, dan di Mahkamah Konstitusi.

Ia patah hati, mungkin paling pedih sepanjang pergulatan (politik) dari Orde Lama hingga hari-hari ketika ia telah menjadi sesepuh bangsa. Seolah-olah, dari masa lalu hingga hari ini, politik tampaknya tak pernah pergi dari pabrikasi pesimisme.

Mengapa jadi senelangsa begini? Apa yang tidak dia waspadai dari tiga zaman, siklus kekuasaan dan manusia?

Jujur saja, kita tak yakin terlatih menghindari. Walau sudah enggan berintim-intim pada politik-pikiran-praktis, terutama demi pemujaan berlebih. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun