ketika senyap dibelah nasib.
Makin dalam, malam semakin dipenuhi gaduh,
bertukar tambah dengan sendu, remuk,
segala akibat yang berbayang-bayang
sebagai trauma.
Di bawah perlindungan atap,
nasib masih bernyanyi ganjil,
lirih bagi sendiri, bertepuk sebelah,
dan/atau puisi-puisi yang tak pernah dibaca Â
Hingga lama sekali, sudah lama sekali
tak ada lagi diam yang bisa
menunda dan mengaburkan
airmata dan asa sisa.
Siapa yang tega,
datang sebagai khotbah?