memiliki rumah yang sudi membawa salah satu kembali.
Seperti museum kota dan pasar malam komidi putar
dengan anak-anak riuh tanpa pernah kelelahan.
Atau jalanan kota, rumah pinang, asin udara laut Dok II
dengan tembang lawas Black Brothers tentang Jayapura.
Seperti juga sepakbola dan Persipura yang
memaksa seluruh kota menjadi sepi,
seolah-olah setengah kehidupan pergi ke rumah ibadah.
Antri dan berjejal merayakan matahari Timur
tanpa pernah bertengkar perkara kebaikan Ilahiah,
surga atau mengapa kita harus bersyukur.
Kita masih tidak pernah memberi apa-apa,
dan memang tidak sungguh memberi apa-apa!
Bahkan ketika kematian semakin biru
menghentikan siksa anak-anak.
Kita, kumpulan dewasa yang payah.