sedang di layar bioskop yang sesak dengan gemas, Cinta sedang gamang memilih masa lalu. Atau menjumpai masa depan tanpa Rangga.
Tapi itu kemarin. Ketika aku masih sebagai penenang hari-harimu yang semulia Ratu.
Betapa seharusnya menulis sesudah kamu. Sebab ini--selayaknya--tentang sebaris kalimat yang belum pernah ada. Kalimat dengan kehendak bebas,
mencari pengertian penyabar rasa sakit, pewaras duka lara di musim tak ada lagi bioskop dan bahu yang menenangkan. Sedang Cinta dan Rangga tampak sebagai pura-pura yang buruk. Dan itu sekarang. Ketika aku hanya berjuang memenangkan asa dari jalan buntu.