ada kelam malam berjaga,
dan dingin tabah yang mencintai pahit:
aku.
Pada kopi senja,
ada cerah cinta, kenangan
dan hangat harap yang menolak lesap:
aku.
Aku,
yang sepi dalam genit merah lipstick,
asam tembakau, cerita-cerita.
Doa, gundah gulana,
hingga pertengkaran kata yang membunuh waktu
tanpa pesan.
Aku,
sunyi,
dipeluk debu rumah kaca.
Kesaksian yang tiada.
Aku,
cangkir.
Tubuh yang enggan mangkir