Karena malas itu pula, saya tergolong bodoh di depan sejarah. Padahal sudah lama menyadari tanpa memahami sejarah masyarakatnya, manusia hari ini mudah kehilangan arah sekaligus akar-akar masa lampaunya sendiri. Dalam kehilangan arah dan akar sejarah ini pada akhirnya yang akan turut merapuh adalah pemaknaan terhadap hidup berbangsa. Ini sama bermakna saya tidak bisa mencintai bangsa dengan sungguh hati tanpa menyadari riwayat penderitaan dalam pembentukan sebuah bangsa yang dialami generasi terdahulu dengan ikhlas hati.
KEMBALI KE ARTIKEL