Pembangunan Fisik
Menurut cerita orangtua saya pembangunan pendidikan dimasa ORBA Â di tingkatkan yang direncanakan selama lima taun produknya salah satu contohnya adalah penyediaan bangunan fisik sekolah dengan dikeluarkanya Impres untuk mendirikan sekolah, yang dikenal sebagai SD Inpres begitu juga penyediaan tenaga kependidikan dan juga sarana penunjang belajar lainnya.
Walaupun tidak mencakup seluruh wilayah di Indonesia paling tidak penambahan gedung baru dan juga sarana prasarana mampu bertahan hingga sekarang tengok saja beberapa SD Inpres yang didirikan pada masa orba masih berdiri, tetapi ada juga yang sudah rusak dikarenakan (dan kemungkinan besar) tidak dirawat dengan alasan minim atau tidak ada biaya perawatan.
Robohnya Sekolah Kami
Entah sudah berapa ratus sekolah yang rubuh akibat kurang terawat dan minim dana yang tersalurkan untuk pembangunan sekolah, saya terkadang miris walaupun pemerintah memiliki anggaran  20 % untuk pendidikan nampaknya masih belum cukup untuk mengatasi persolaan yang ada. Lalu apa sebabnya bisa jadi tidak maksimalnya 20 % anggaran pendidkan karena terdapat praktek-praktek liar yang menggerogoti anggaran di masing-masing lini mulai dari yang teratas hingga yang terbawah dan mungkin juga mulai dari atasn hingga bawaha. Lalu jika tidak tersedia gedung sekolah dan sarana yang lain apakah proses belajar mengajar selesai?
Belajar Bisa Dimana Saja
Jika kembali merenung sebenarnya belajar bisa dimana saja, tidak berfikir di sebuah gedung yang nyaman plus AC atau kipas angin, menurut pendapat saya belajar itu yang mengalami, contohnya kita tidak akan pernah tahu kalau api itu disebut panas kalau tidak menyentuhnya, artinya ada proses pengalaman, dan dari sini sebanarnya guru yang lebih berperan. Saya membayangkan jika semua sekolahan runtuh tidak ada prasarana yang mendukung apakah anak sekolah akan liburan samapi banguna itu berdiri lengkap dengan fasilitasnya?
Pasti jawabanya tidak, oleh karena itu disninlah peran guru yang bisa mengambil materi belajar yang tersedia di Alam, sangat mungkin mengajarkan sesuai dengan KTSP jika sang guru kreatif, Alat peraga sudah tersedia di alam tinggal bagaimana guru itu kreatif. jika hanya berpedoman dengan kelengkapan alat ajar wah itu guru manja ...............
Jadi point penting dari tulisan ngawur saya belajar boleh diamana saja, yang terpenting punya tujuan yang jelas, tidak usah di dalam kelas, tidak usah ada peraga canggih jika bisa manfaatkanlah semua yang ada di sekitar kita jadi media pembelajaran
Ayo jadilah guru kreatif