Gubernur Anies sepertinya memang memang punga ikatan emosional khusus dengan masayarakat Pulau Sebira. Di pertengahan Ramadhan ini (19 Ramadhan 1442H) Anies datang bermalam bersama istrinya. Tempat menginapnya bahkan bukan di tempat penginapan khusus, melainkan di rumah ketua RW setempat. Ia datang bukan sekedar mengunjungi hasil-hasil proyek pembangunan pemerintah DKI di Pulau Sabira, tetapi juga bercengkrama dan ikut sholat tarawih di Masjid setempat.
Selesai tarawih, Anies secara khusus menyapa dan memuji keindahan suara Iskandar. Bupati Kepulauan Seribu Junaidi sempat menyampaikan dengan penuh kebanggaan bahwa Iskandar adalah contoh pemuda Kepulauan Seribu yang memiliki kemampuan lebih dalam melantunkan Quran. Bupati Junaidi termasuk yang getol menyarankan agar Iskandar mau mengikuti kompetisi-kompetisi tilawatil quran yang ada. Tapi dasarnya memang dia low profile, menjawab tawaran-tawaran itu dengan biasa saja.
Tapi memang Iskandar ingin dianggap sebagai anak muda biasa-biasanya saja, sebagaimana anak pulau pada umumnya. Sementara kemampuan qori-nya biarlah menjadi intan terpendam saja. Bagi remaja pulau, bekerja menjadi PJLP adalah sebuah capaian. Ini dianggap jauh lebih mending dibandingkan menjadi nelayan. Meskipun belum tentu lebih tinggi penghasilannya dari nelayan, tetapi Setidaknya ada penghasilan tetap bulanan. Gaji UMR DKI untuk hidup di pulau sudah dianggap cukup. Jika mau lebih, bisa berdagang, dan atau merantau ke daratan.
"Kini makin sedikit anak muda yang memilih nelayan sebagai profesi", kata salah seorang warga. Mereka lebih suka bekerja di sektor lain yang lebih memberikan kepastian dan penghasilannya bisa lebih banyak. Bukan berarti tak ada yang memilih menjadi nelayan, nelayan bukan satu-satunya pilihan profesi untuk penghidupan di Pulau. Banyak alternatif profesi yang memberikan penghidupan layak bagi warga Pulau Sebira.
Pulau Sabira memang pulau terluar di DKI Jakarta. Jarak kilometernya lebih dari 150 km dari daratan Jakarta. Letak Pulau itu bahkan lebih dekat ke Lampung dari pada ke daratan Jakarta. Dulu perlu waktu 5-7 jam untuk mencapai pulau itu dari daratan Jakarta. Tapi itu dulu, waktu alat transportasi-nya masih belum semaju sekarang. Tapi kini, semenjak Gubernur Anies Baswean, hanya perlu waktu 2-2,5 jam untuk perjalanan dari Jakarta daratan menuju Pulau Sabira.
Soal perahu cepat itu memang janji politik Anies Baswedan. Makanya begitu menjabat, melalui Dinas Perhubungan disediakanlah perahu cepat dengan tarif terjangkau. Dampaknya luar biasa: akses dari dan ke daratan menjadi setara dengan wilayah lainnya di Jakarta. Impactnya, peningkatan kesejahteraan warga Pulau.
Jangan dibayangkan kehidupan yang penuh kemiskinan di Pulau Sabira. Yang ada, rumah-rumah tampak di atas standar, ekonomi berjalan lancar, warga mengekspresikan senyum yang lebar. Mereka bahkan mengganti nama Sebira menjadi Sabira, singakatan dari kata: sabar dan gembira.