Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Kisah Wanita Pekerja Siang dan Malam

9 Agustus 2015   21:36 Diperbarui: 9 Agustus 2015   21:36 178 0
Seperti judul filim antara Harta, Kepuasan(Cinta), dan Kehidupan ( Lifestyle)

"Aduh kak,  sorry aku ketiduran. Aduh...telatlah ini nanti ke kantor, meeting pula ini pagi, sorry kak ya...aku gak bisa ikut ke rumah kakak sekarang".

Begitulah ucapan seorang perempuan muda yang berpakaian model jas perempuan atau biasa disebut blazer warna biru yang dipadukan dengan rok hitam kepada temannya yang sedang membuka jualan ayam penyet, bakso, nasi goreng, minuman ( malam sampai pagi), di Jalan Setia Budi, Kota Medan, Sumatera Utara, Minggu (9/7/2015) pagi.

Tak begitu lama kemudian, taksi blue bird datang menghampirinya dan beranjak pergi.

Karena yang punya jualan sudah mengenalku ( dari wajah) karena sering singgah untuk makan nasi goreng dan minum kopi, dengan rasa penasaran aku pun bertanya; mbak, itu perempuan yang pakai blazer tadi siapa?  

"Oh, itu teman saya dulu waktu di Jakarta. Asalnya dari Lampung. Dia baru beberapa bulan di Medan ini, kerja di PT WK. Tinggalnya di daerah Polonia," ucapnya.

Lho, PT WK itu kan salah satu BUMN yang bergerak di bidang konstruksi, yang kala itu di nasionalisasi dari perusahaan Belanda Volker Aannemings Maatschappij N.V, gumamku dalam hati.   

Kalau tinggalnya di daerah Polonia,  jauh sekali ke sini sampai ketiduran?

Si mbak itu pun bercerita, kalau temannya tersebut baru semalaman ini menjajakan tubuhnya di sini ( Jl Setia Budi) . Dia ketiduran di hotel itu ( Bukit Permai) tadi. Tamunya ( yang booking) dia masih sedikit, katanya baru tiga orang. Banyak saingan pun katanya.

Berapa bayarannya setiap dibooking?

Kalau menurut mereka sih, bayarannya antara Rp 200-300 ribu per short time. Itu sudah bersih. Lepas kamar hotel, makan, dan minum. Makanya mereka bisa dapatkan 5-7 tamu per malam kalau pas rame. Kalau sepi yah, 3-4 tamu doang. "Mereka sekolah S1 semua lho bang! Makanya mereka kalau siang kerja di perusahaan," ungkapnya.

Wah, si Mbak bilang "mereka", berarti bukan cuma dia dong temannya kamu?

"Iya. Temanku waktu di Jakarta dulu ada empat orang datang ke Medan ini. Tapi yang tiga orang lagi hanya sekali-sekali ke sini kalau pas gak repot atau capek mereka. Kalau teman yang satu tadi,  memang baru ini pertama kali mangkal di sini," ucapnya.

Dia menambahkan, teman-temannya mau mangkal ( menjajakan tubuhnya) karena faktor kebutuhan. Awalnya sih dikecewain laki-laki ( pacarnya), selanjutnya untuk kebutuhan sehari-hari. Baik itu untuk belanja pakaian mahal, tas mahal, berlian, dan kebutuhan life style lainnya.

"Kalau temanku tadi, dia mau kejar target mau pulang  ke Jakarta dan rencananya mau nikah di sana, jadi yah,  itulah hidup. Dia mau mencari duit dengan cepat. Dia mangkal di sini biar jauh dari tempat tinggalnya supaya gak ada yang tahu. Makanya kalau ada tamu, dia perhatikan dulu, kenal apa gak, " ujarnya.

Menurut pengakuan temannya, mereka yang  mangkal di pinggir jalan itu, dikenakan biaya Rp 35 ribu per orang. Itu yang mengutip bergiliran tiap malam.

"Aku kurang tahu yang mengutip itu orang pemuda setempat atau OKP. Tapi yang mengutip itu kasar-kasar lho bang. Pernah yang mangkal di situ ditunjangi karena belum bayar setoran lapaknya. Padahal si perempuan mangkal itu belum dapat tamu katanya, tapi tetap dihajar. Pengutip lapak itu juga sebagai backing mereka sekalian. Makanya kalau ada tamu mereka yang macam-macam,  langsung dihajar/massakan mereka. Sudah sering orang yang melintas di sini, yang nawarin perempuan itu bermain-main, kadang diejek gitu, yah diteriakin, baru diramekan." Ungkapnya.

Menurutnya, mereka  yang mangkal itu  dijaga dan dipantau oknum-oknum tertentu dari jauh. Berapa kali aja pun tamu yang booking, mereka  pasti tahu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun