Sampai mencicipi bangku SMA, saya tak terlalu peduli akan pentingnya pengetahuan dan asal muasal saya. Saya mulai tak menghiraukan teguran orangtua saya perihal tanggungjawab dan beban yang harua saya tanggung sebagai laki-laki batak toba. Saya memilih bersembunyi dan menghindar. Yang saya tau bahwa sebagai orang batak saya punya marga, saya tau marga ibu saya, dan ke gereja. Itu saja. Untuk urusan adat istiadat, silsilah marga dan mengenai siapa saya, saya benar-benar tak ambil pusing saat itu. Pertanyaan akan siapa saya sebenarnya mulai saya cari jawabannya ketika saya kuliah.
KEMBALI KE ARTIKEL