Hitung-hitung buat modal beli kutang, di tahun 2003 saya pernah melamar menjadi babu seksi di negeri Paman Sam. Tepatnya, babu seksi bersih-bersih. Dengan bermodalkan sebuah greencard yang diperoleh dari sang dewi fortuna, yang saya peroleh dari memenangkan lotre imigran tahunan yang diadakan pemerintah AS, saya meninggalkan abah, ambu dan sanak saudara, dengan menguatkan iman dan hati untuk berangkat ke AS dengan tekad memperbaiki nasib keluarga.
Tangisan selamat jalan berkumandang mengantar kepergian saya di kampung juga di bandara.
"Hati-hati yah, Nak" kata ambu. Hiksss...
Saya tidak kuasa menahan tangis didalam pelukan ambu.
"Jangan lupa sembayang" sambungnya
Lalu si abah teh menimpali,
" Sukur - sukur atuh kalo dapat jodoh" Saya cuma tersenyum pada abah, namun hati ini pilu kudu berpisah dengan keluarga dan negara tercinta. Keberangkatan saya pun dimodali dengan bantuan keluarga sana-sini yang akhirnya cukup membiayai sandang pangan papan -- yang diharapkan cukup hingga saya mendapat pekerjaan kelak.
Bermodalkan ijazah SMU di tangan, sepotong keberanian untuk maju, serta segenggam iman pada Gusti Allah, akhirnya tibalah saya di pulau Oahu,Hawaii, salah satu negara bagian AS. Kebetulan saya punya seorang sahabat pena disana yang baik membantu saya. Namun, begitu sampai, saya tetap menggigil ketakutan. Maklum, saya pan baru pernah jadi imigran Amerika.Rasanya seperti mimpi. Antara kalut dan gembira.
Hawaii, mengingatkan saya pada Indonesia.
Kebanyakan orang tersenyum ramah. Dan penduduknya datang dari berbagai heritage/ keturunan membaur disana- sini. Namun yang terbanyak adalah dari Asia. Wah...terlalu banyak yang masih harus saya pelajari mengenai Hawaii, namun perut telah keroncongan minta diisi nasi.Dinegara manapun sama. Untuk makan, harus bekerja. Untuk mendapat pekerjaan, harus mencari...!
Modal ijazah SMU dan kemampuan bahasa inggris ini cuma cukup untuk mengerjakan pekerjaan kasar seperti nyuci piring, jadi pelayan di restoran, buruh pabrik. Belum lagi bersaing dengan pelamar lain. Hampir sama deh dengan di Indonesia.
Sulit mencari pekerjaan. Semenjak peristiwa 9/11 , Hawaii pun ikut kebagian krisis PHK.
Nah, ada satu lowongan pekerjaan disurat kabar pagi itu "Dicari tenaga klining serpis"
atau "cleaning service" kalau ditulis dalam bahasa Inggris. Kebetulan letaknya satu lokasi
dengan tempat saya tinggal. Dengan modal nekad saya menelfon. Tangan rada ngegeter. Ternyata dijawab oleh seorang wanita berlogat kebangsaan Inggris. Suaranya mengingatkan saya pada film berjudul "Mrs.Doubtfire"
seorang wanita Inggris lanjut usia yang lemah lembut, namun tegas. Setelah
berbicara singkat di telfon, beliau meminta saya untuk datang ke rumahnya untuk interview!
Betapa sulitnya mencari rumah Mrs. Patterson, begitu nama wanita tua pemilik bisnis
cleaning service tersebut. Berhubung saya tidak punya mobil, kemana-mana harus pakai bis. Turun dari bis, saya mencari alamatnya berjalan kaki untuk masuk ke dalam kompleks perumahan .
Jalanan sepi sekali. Hanya beberapa mobil penghuni rumah lewat. Matahari menyengat kulit. Bagai disengat tawon saking panasnya!
Kebetulan saat itu musim panas! Adaowww...ya ampun.
Lupa make krim-kriman. Kulit saya terbakar.
Belum lagi keringat membasahi kemeja saya antara nervous dan kepanasan.
Astaga...dimana ini teh rumah Ny. Patterson. Janji jam 10 pagi. Sekarang sudah jam 10 lewat 45 menit. Teruus saja saya kuralang -kuriling nyari itu nomor rumah.
Bagaimana nih!? Baru interview saya sudah terlambat. Saya amat gelisah dan putus harapan. Usaha pencarian rumahnya dengan berjalan mengitari kompleks tersebut kira-kira sampai 45 menit.
Lupa sarapan, perut lapar, saya berjalan terus, dan akhirnya bertemu seorang pria
penyapu jalan. Ia tersenyum lebar dan baiknya bersedia membantu saya mencarikan alamat tersebut. Akhirnya! Dapat juga! Antara lega, dan ketakutan waktu sampe sana.
Rumah Mrs. Patterson ternyata rumah biasa. Bukan ruko.Atau kantor. Ternyata ini bisnis rumahan yang dikelola oleh keluarganya.
Dapat saya bayangkan seperti apa penampilan saya dihari pertama bertemu dengan calon bos saya. Lecek, keringetan,dan rambut yang tertiup angin berantakan. Pasti dekil.
Sedih banget teh!
Seandainya saya bisa naik angkot atau ada ojek masuk ke dalam kompleks rumahnya tentu
cepat dan saya sempet dandan dulu (Appearance check, minjem istilah Korean Air)
Tapi mana mungkin, saya sudah terlambat hampir satu jam dan pintu terbuka. Keluarlah Mrs. Patterson seorang wanita tua berkebangsaan Inggris yang
menyambut dengan senyuman. Saya lega melihat beliau masih bisa tersenyum.
Ketika interview, saya lebih banyak mendengarkan ocehan Mrs.Patterson tentang
peraturan dan tata tertib bekerja disana, setelah saya menjalani tes tulisan tangan.
Beliau menjelaskan aturan masuk ke rumah orang dan bagaimana menjadi tim yang baik dalam bekerja membersihkan rumah. Saya mencoba untuk berkonsentrasi mendengarkannya, namun tak lama kemudian terjadilah hal berikut:
Rumah tersebut amat sunyi sepiiii sekali, jadi kalau Mrs Patterson berbicara
pada saya, dan tiba ketika berenti ngomong, terdengar bunyi aneh,
"Krrrrrrrriuhhkkk..!!! Grookkkkhrkoook!"
Ya ampun! Suara apa itu?! Wah....ini sih......pasti..........
Kontan, ...saya membetulkan posisi duduk saya untuk menetralisir bunyi-bunyian yang saya yakin seratus persen datang dari perut bin beteung lempeng yang malang ini!
Saya berdoa mudah-mudahan mudah-mudahan Mrs. Patterson ini rada2 budeg
Duh, yang pasti ketika dia mulai berbicara lagi dan ada saat jeda, sialnya perut saya tidak bisa diajak berkompromi!
" Krooooookkkh!" kali ini lebih parah bunyinya.
"Ya Allah, kuatkan lah perut hambamu ini" doaku dalam hati. Tapi memang saya diajar untuk menghadapi kenyataan. Perut saya butuh diisi makanan. Dan untuk mengisinya saya harus mencari JOB.
Begitulah, selama berbincang-bincang di hari interview itu, perut saya makin
menggila. Baru pernah saya mendengar perut saya sendiri bisa berbunyi seperti Abah yang mengorok waktu tidur! Duh kapaaan sih interview ini selesai?...
Atau biarlah dia FOREVER terusss mengoceh, c'mon keep talking!!!!
Sambil tetap berusaha menunjukan perhatian pada beliau, saya perlahan mengambil sebuah bantal disisi saya dan menutupi perut saya sambil tersenyum-senyum.
*tolong bayangkan situasinya*
Lalu saya berdehem-dehem untuk jaga-jaga kalau-kalau perut ini menjerit
lagi!...Berulangkali sang perut berbunyi " Lapaaarrrrr woi...!"
cilaka....bagaimana nih? Mudah-mudahan yang tadi nggak kedengaran lagi deh!
Saya terus berdoa mudah-mudahan saya diterima, jangan kiranya sampai saya gagal karena acara lenong tak diundang di perut ini.
Saya menarik nafas panjang sekali. ............................
Pfff....Akhirnya acara interview selesai. Saya meninggalkan rumah Mrs. Patterson dengan lemas...Secara tak diduga, 3 hari kemudian, beliau menelfon saya. Bagaikan mau meledak ketika beliau mengatakan saya diterima
...........jadi klining serpis...
Mulailah hari pertama menjadi cleaning service di Amerika. Saya bersama 4 orang dalam
satu tim, pergi dari satu proyek perumahan ke perumahan lain dengan sebuah mobil minibus butut tak ber- AC dengan dilengkapi mesin vacum cleaner, duduk diantara kain-kain pel dan handuk kecil yang dipotong2, cairan pembersih, juga dikelilingi ember dan sapu. Dikendari oleh Steve, sanak lelaki Mrs. Patterson sendiri, sambil kebut-kebutan, kami turun dari mobil menuju beberapa real estate terbesar di Hawaii untuk membersihkan rumah contoh. Belom sampe, saya udah pengen muntah eneggg lantaran gaya nyetirnya si Steve.
Setiap proyek kira-kira terdapat 3 sampai 5 buah rumahmodel yang berloteng.
Kami semua turun dari mobil. Kebetulan saya yang paling muda. Sisanya adalah seorang nenek tua berumur hampir 70 tahun yang hanya diberi tugas mengelap. Lalu 2 orang ibu yang senantiasa mengepulkan asap rokok setiap satu rumah selesai dibersihkan.
Ternyata, selama bekerja mereka terus mengumpat Mrs Patterson karena tidak puas akan gaji dan jam pekerjaan.
Sementara saya seorang gadis dusun dari salah satu negara termiskin dan kelaparan yang amat bersyukur. Tuhan memelihara saya dan saya masih bisa beli beras hasil dari pekerjaan ini. waduh, rumah-rumahnya asiek banget, bagus, lapang, dan perabotannya...wow membuat saya jadi ngimpi.
Sambil mengelap meja marmer yang permukaannya sejuk saya hanya bisa bersenandung lagunya si Oppie "Andai A..a...a....aku jadi orang kaya...!"
Sejenak menghayalkan abah dan ambu yang duduk sambil ngopi dan makan pisang
goreng di sofa berbulu macan yang empuk dihadapan saya. Eleuh- eleuh....ajip euy!
Ada beberapa rumah tinggal pula yang kami bersihkan. Diantaranya adalah rumah dan beberapa trailer yang dibikin kantor, rumah seorang nenek tua, dan rumah sebuah keluarga yang lemarinya penuh pajangan pecah belah,yang kalau dibersihkan membuat jantung mau copot lantaran takut pecah.
Setiap 2 minggu kami datang membersihkan rumah-rumah tersebut.
Letaknya berjauhan. Ya mengelap debu perabotan, membersihkan tungku dan lemari dapur, membersihkan kamar tidur,memasang seprai baru, mengosrek kamar mandi dan wc. Terakhir menyedot debu karpet dengan vacuum cleaner. Saya sering kebagian tugas mengangkat mesin vacuum cleaner yang cukup berat. Maklum, anak baru, digojlok.
Selain itu membersihkan tiap anak tangga yang dilapisi karpet, dengan mesin tersebut satu demi satu berjalan turun mundur sambil membersihkan. Sempat saya hampir teguling karena hilang keseimbangan.
Yang tercapek ialah membersihkan kamar mandi yang kotor. Dimana-mana banyak bekas-bekas sabun atau kotoran yang mengeras, termasuk kotoran gigi yang menempel di kaca wastafel.
Elaine, rekan kerja saya yang sudah nenek-nenek itu mengomel.
"Idiih, ini jigong!....Najissssss" umpatnya dengan suara serak- sambil mengorek-ngorek kaca itu dengan alat lancip untuk membersihkan permukaan kaca.
"Dasar jorok! Habis flossing masa kacanya ditinggalkan kaya gini!"
Saya ngakak setengah mati mendengarkan gerutuannya...
" Kan untuk itulah mereka menelfon kita, Elaine" kata saya sambil nyengir.
Si Elaine manyun.
Ngebersihin bath tub juga memakan waktu cukup lama dan kalau sudah selesai harus benar-benar bersih, kering, mengkilap. Lutut musti diganjel bantalan kalo lagi bersimpuh di lantai, karena bisa langsung encok waktu berdiri! belum lagi bulu kucing atau anjing piaraan tuan rumah yang suka nempel dimana-mana...dan berbagai macam bulu lainnya.
Sesudah mengelap kaca, si Steve sebagai supervisor akan mengecek dari berbagai sudut, apa si kaca benar-benar sudah bersih atau belum karena bersih diliat dari depan, belom tentu bersih diliat dari samping. Bener aja! saya kudu ngulang ngelap sampe berkali-kali sampai betul2 KONCLONG kiri kanan ga berminyak atau ber'moist'
Pengalaman di lain waktu ialah ketika kami harus pergi ke proyek perumahan yang masih
baru saja selesai dibangun untuk membersihkan debu. Dapat dibayangkan seberapa tebal debu semennya yang harus dibersihkan. Bau cat nya masih keras. Kami masuk ke rumah tersebut untuk menyapu debu konstruksi.
Jam pekerjaan bisa ditambah bila kami bersedia menyapu di daerah konstruksi.Begitu sapu mulai menari-nari, seisi ruangan tertutup dengan debu. Saya tidak bisa melihat apa-apa, hanya bisa melihat sapu yang saya pegang mengais-ngais debu di lantai yang saya injak.
Satu hari Mrs. Patterson juga muncul turun tangan menyapu bersama kami. Beliau seorang wanita pekerja keras yang cukup lihai untuk mempromosikan bisnis cleaning servicenya.
"Thank you my dear!" ujarnya puas ketika kami selesai menyapu rumah tersebut.
Beberapa lama kemudian muncullah kami 5 orang pembersih keluar dengan rambut dan wajah yang tertutup tebal tepung semen sambil membawa sapu kotor dan berlapis tripleks yang akan dibuang. Getir dan kangennya saya ngebayangin Mang Sueb yang suka ngebetulin rumah Abah di kampung.
Pernah kami satu team kudu ngebersihin sebuah rumah yang gede bangett, letaknya dipinggir pantai di Northshore. Tapi, alamak, jauh amatt perjalanannya, memakan waktu 2 jam. Keenakan ngeliatin pemandangan dari jendela mobil, akhirnya saya ketiduran. ternyata pas saya bangun belum sampe juga. Ibu-ibu yang lain juga lagi ketiduran nyelangap mulutnya. Dan ternyata si Steve, yang lagi nyetir juga udah mulain terkantuk-kantuk sampe mobilnya ngecot kiri kanan. Wahhhhhhhhhhhhh gawatttt...
Pada bangun semua deh waktu si Ibu Dorothy tereak, "Steve udah sini saya aja yang nyetir!!" hahaha...
Begitulah suka duka kehidupan cleaning service rumah di Hawaii. Ternyata perut
keroncongan seorang pelamar yang memang kelaparan kala interview ini membawa berkah. Pulang ke rumah, hati bahagia karena pekerjaan hari itu telah selesai. Biasanya badan pegal-pegal bagai dihantam palu godam!
Namun seberat apapun pekerjaan, saya baru merasa betapa berartinya
hidup bekerja itu. Ketika hari gajian datang, hari itu bagaikan surga, walaupun pas-pasan
untuk membayar sewa kamar, makanan dan rekening lain. Boro-boro ngirim ke Abah dan ambu. Saya harus menabung sedikit demi sedikit. Tapi yang terutama, saya bahagia bisa memulai kehidupan di negeri Paman Sam ini dengan menjadi seorang tukang bersih-bersih yang gajinya pas-pasan; dan suka dukanya seperti apa sih jadi klining serpis disini. Pengalaman yang amat berharga!
Disamping jadi ngerti cara bersih-bersih orang disini, yang lain tak kalah pentingnya: hidup lebih pasrah dan berharap pada Gusti Allah...yang ternyata selalu menolong tepat pada waktunya!