Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Putri Gendut

29 November 2010   04:19 Diperbarui: 13 Juli 2015   13:58 233 0
Di suatu negeri timur jauh, berdirilah sebuah kerajaan yang tidak terlalu besar namun sangat makmur yang bernama Kerajaan Zeng. Kerajaan Zeng dipimpin oleh raja yang arif dan bijaksana. Sesuai dengan nama kerajaannya, Raja kerajaan Zeng dipanggil oleh rakyatnya dengan sebutan Raja Zeng.

Raja Zeng memiliki tiga orang putri, masing-masing dari mereka lebih dikenal dan dipanggil dengan nama julukannya. Putri pertama dijuluki Putri Cantik karena kemolekan wajahnya. Putri kedua dijuluki Putri Jelita karena wajahnya yang tidak pernah bosan untuk dilihat. Sedangkan putri ketiga dijuluki Putri Gendut karena, tentu saja, tubuhnya yang gendut.

Sejak kecil, Putri Gendut memang senang sekali makan. Ia makan apa saja, namun makanannya tetaplah makanan yang sehat. Walaupun dijuluki dengan nama gendut, Putri Gendut tidak pernah merasa minder. Ia mencintai dirinya apa adanya. Karena itulah Putri Gendut juga dicintai oleh keluarga dan tentunya rakyat Kerajaan Zeng.

***

Pada suatu hari, datanglah seorang kurir dari istana seberang yang menyampaikan surat undangan kepada Kerajaan Zen. Isi dari surat undangan itu adalah bahwa pangeran negeri seberang ingin melaksanakan pesta dansa sekaligus memilih calon istrinya.

Raja Zeng menyambut baik undangan tersebut. Begitu juga dengan ketiga orang putri, semua ingin menjadi istri pangeran negeri seberang yang sudah terkenal dengan ketampanannya.

Ketiga putri pun mulai mempersiapkan diri, terutama Putri Gendut. Putri Gendut tahu, secara fisik ia kalah cantik dari kedua kakaknya, tapi ia ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa dengan bertubuh gendut sekalipun ia dapat menaklukkan hati pangeran dengan pesona kecerdasannya.

Sejak surat undangan itu datang, Putri Gendut yang terkenal tomboy, mulai berlatih menari, menyanyi, dan berbalas pantun di setiap hari dengan penuh semangat.

Tanpa terasa, saat pesta dansa telah tiba. Sehari sebelumnya, ketiga putri Kerajaan Zeng mencoba gaun mereka masing-masing. Putri Cantik dan Putri Jelita tampak anggun dengan gaunnya masing-masing. Tapi tidak dengan Putri Gendut, gaunnya terasa kesempitan. Karena kegiatannya yang padat, porsi makan Putri Gendut kini menjadi dua kali porsi makan biasanya. Walaupun begitu, Putri Gendut tetap memaksakan mengenakan gaun itu. Sudah tidak ada waktu lagi, pikirnya.

***

Pesta dansa kerajaan seberang ternyata dipenuhi oleh para putri yang cantik jelita dari seluruh penjuru dunia. Semua dari mereka mengenakan gaun terbaiknya. Hal itu membuat Putri Gendut sempat minder pada awalnya, namun tekatnya sudah bulat.

Pangeran negeri seberang berdansa selama satu menit dengan masing-masing putri, hingga pada akhir pesta nanti, sang pangeran akan mengumumkan siapa yang terpilih menjadi istrinya.

Sambil menunggu antrian untuk berdansa dengan pangeran, Putri Gendut duduk di pojok ruangan, tepat di samping meja panjang yang di atasnya terdapat berbagai makanan lezat. Untuk menghilangkan rasa tegangnya, Putri Gendut makan dengan dengan lahap.

Putri Gendut baru sadar bahwa ia sudah makan terlalu banyak saat semua makanan di meja itu habis. Seorang pelayan pria berbaju putih datang untuk membersihkan meja itu.

"Sedari tadi ku lihat kamu makan dengan lahapnya. Apakah kamu tidak takut menjadi gendut?" tanya pelayan pria itu.

Putri Gendut yang menyadari kehadiran pelayan pria itu, buru-buru menyeka bibirnya dan menjawab, "Tentu tidak, lagi pula badanku sudah gendut sejak lahir. Aku makan apa yang aku suka tapi makanan itu haruslah makanan sehat."

"Tapi malam ini aku sepertinya makan terlalu banyak, aku sangat tegang", lanjut Putri Gendut.

"Iya, aku tahu, semua pasti merasa tegang karena semua gadis di sini pasti ingin dinikahi oleh pangeran negeri seberang yang tampan itu". Pelayan pria itu sekarang sudah duduk di samping Puteri Gendut.

"Tapi selain itu, semua makanan ini benar-benar lezat! Apakah kau tahu siapa yang membuatnya? aku sangat ingin berkenalan dengan kokinya!" Putri Gendut bertanya dengan penuh semangat.

Putri Gendut dan Pelayan Pria, yang belakangan diketahui bernama Deli, kemudian terlibat pembicaraan seru mengenai banyak hal. Terkadang mereka berdua tertawa hingga terkekeh-kekeh saat saling bercerita tentang hal yang lucu. Tanpa terasa kini giliran Putri Gendut untuk berdansa dengan pangeran.

Sang Pangeran terlihat semakin tampan jika dilihat dari dekat. Putri Gendut dapat merasakan tangannya gemetar saat mulai memegang tangan Pangeran. Wajah mereka sudah sangat dekat sekarang, Putri Gendut tersenyum manis dan mereka pun mulai berdansa.

"Kau ingin ku beri tahu suatu hal?" Tanya Pangeran membuka pembicaraan mereka saat berdansa. Putri Gendut hanya mampu menganggukkan kepalanya saking terpesonanya dirinya dengan ketampanan Pangeran.

"Aku tidak suka perempuan gendut!" Pangeran berkata terus terang dengan nada yang agak ketus.

"Gadis gendut tidak enak dipandang. Mereka juga lebih suka menghabiskan makanan", pangeran melanjutlan lagi.

"Lagi pula aku sudah muak dengan pesta dansa ini. Aku sebenarnya sudah menemukan putri yang tepat di awal pesta dansa. Aku berpikir untuk menyudahi saja pesta dansa ini, semakin lama putri yang berdansa dengan ku semakin jelek!"

Putri Gendut tidak mampu berkata-kata. Mukanya merah padam. Butiran air mata pun mulai muncul di pelupuk matanya. Ia pun langsung melepaskan tangannya dari pangeran dan berbalik pergi, namun sayang gaun pestanya yang sempit menghambat Putri Gendut untuk bergerak lebih cepat dan bruk!!! Putri Gendut jatuh terjerembab. Para tamu undangan pesta menertawakannya.

***

Semenjak kejadian itu, Putri Gendut selalu terlihat murung dan mengurung diri di kamarnya. Ia sekarang juga tidak lagi memiliki nafsu makan, semua makanan terasa hambar di lidahnya. Semakin hari wajahnya semakin pucat. Rupanya kejadian saat pesta dansa itu begitu membekas di hatinya.

Raja Zeng dan kedua saudari Putri Gendut merasa khawatir akan keadaan Putri Gendut. Raja telah melakukan sayembara ke seluruh negeri, barang siapa yang mampu mengembalikan nafsu makan Putri Gendut akan diberikan hadiah 10 kantong besar emas. Namun sampai dengan hari itu, tidak ada satu orang pun yang mampu mengembalikan nafsu makan Putri Gendut.

Di suatu pagi, Putri Gendut terbangun dari tidurnya. Biasanya ia terbangun karena mendengar suara ayam berkokok, namun kali ini ia terbangun karena mencium aroma lezat makanan. Semenjak pesta dansa, Putri Gendut tidak pernah mencium aroma makanan yang selezat ini.

Putri Gendut pun langsung beranjak dari tempat tidurnya, dan menemukan sebaki makanan yang berisikan makanan. Saat itu pula nafsu makannya yang selama ini menghilang, muncul kembali. Putri Gendut makan dengan lahabnya hingga tidak ada lagi makanan yang tersisa di meja itu.

Kejadian itu terus terjadi berulang kali. Di setiap pagi, Putri Gendut selalu terbangun karena aroma makanan yang lezat dan memakannya hingga habis. Namun Putri Gendut tidak pernah tahu siapa yang membawa makanan itu ke kamarnya. Hatinya pun jadi bertanya-tanya, siapa gerangan si pembawa makanan.

Akhirnya pada suatu malam, Putri Gendut memutuskan untuk begadang sepanjang malam. Detik demi detik berlalu, tidak terasa seluruh lampu di istana telah dipadamkan. Suasana pun menjadi hening. Putri Gendut sengaja mematikan lampu kamarnya, agar si pembawa makanan tidak curiga bahwa dia sebenarnya Putri Gendut belumlah tidur.

Karena telah lama menunggu tanpa melakukan hal apapun, Putri gendut jatuh tertidur diatas kasur. Tiba-tiba terdengar suara pintu yang ditutup, Putri Gendut langsung terjaga dari tidurnya. Ia sadar si pembawa makanan baru saja keluar dari kamarnya. Putri Gendut langsung bangkit dari tempaat tidurnya dan lari menuju pintu untuk mengejar si pembawa makanan. Putri Gendut benar-benar penasaran.

Saat ia membuka pintu, sinar matahari pagi menyidari kulitnya yang mupai pucat karena tidak pernah keluar dari kamar. Di depan kamarnya, Putri Gendut mendapati ayahnya Raja Zeng, kedua kakaknya, beserta seorang pemuda.

Raja Zeng dan kedua kakaknya tampak terkejut mendapati Putri Gendut yang kini telah keluar dari kamarnya. Mereka pun berlari menghampiri Putri Gendut, begitu pula pemuda itu. “Pemuda itu, aku mengenalinya!” Batin Putri Gendut.

Raja Zeng kemudian menceritakan kepada Putri Gendut. Pemuda itu adalah pemuda yang ditemui Putri Gendut di pesta dansa, Deli. Ternyata Deli bukanlah seorang pelayan, melainkan seorang koki istana yang sangat terkenal di negeri seberang.

Beberapa hari setelah pesta dansa, Koki Deli mendatangi Kerajaan Zeng dengan maksud melamar Putri Gendut. Raja menerima lamaran itu dengan dua syarat. Syarat pertama adalah Koki Deli harus mampu memngembalikan nafsu makan Putri Gendut dan membuat Putri gendut mau keluar dari kamarnya. Syarat kedua adalah bahwa Putri Gendut haruslah pula menerima pinagan Koki Deli itu.

Syarat pertama sudah terpenuhi. Kini semua menunggu jawaban Putri Gendut. Putri gendut mengangguk tanda setuju untuk menikah dengan Koki Deli. Putri Gendut kini sadar, ia tidaklah butuh pangeran tampan, tapi seseorang yang mau mengerti dan menerima dirinya apa adanya. Mereka berdua adalah pasangan yang sangat serasi. Koki Deli pandai memasak sedangkan Putri Gendut senang sekali makan.

Pesta pernikahan Putri Gendut dan Koki Deli pun dilangsungkan dengan meriah di seluruh penjuru Negera Zeng. Semua penuduk merayakannya sambil menikmati hidangan lezat. Semua penduduk merasa bahagia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun