Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

“Simalakama Sistem Pendidikan Era Kapitalisme”

11 Mei 2014   05:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:38 255 1
Pada 2012 lalu, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mempublikasikan hasil survei selama 5 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia cenderung menurun. Penurunan ini disinyalir karena salah kelola dalam penyelenggaraan pendidikan nasional oleh pemerintah (edukasi.kompas.com/27des2012). Survei yang lain dari Firma Pendidikan Pearson menilai sistem pendidikan Indonesia terendah di dunia bersama Meksiko dan Brazil (edukasi.kompasiana.com/18feb2013). Fakta lain muncul dengan tingginya angka kasus korupsi yang dilakukan oleh lulusan pendidikan tinggi. Kementerian Dalam Negeri mencatat sepanjang Oktober 2004 hingga Juli 2012 ada ribuan pejabat daerah yang terlibat kasus korupsi. Setiap lapisan pejabat daerah, mulai dari gubernur, wali kota, bupati, hingga anggota dewan perwakilan daerah terlibat korupsi. (tempo.co/29agust2012). Tak hanya kepala daerah, anggota legislatif, dari tingkat eksekutif hingga tingkat yudikatif pun tak luput dari bahaya laten korupsi. DPR Indonesia pun digadang-gadang sebagai lembaga terkorup ke-3 di Asia Pasifik (tempo.co/16sept2013). Padahal yang duduk di Gedung Senayan adalah orang-orang lulusan pendidikan tinggi.

Timbul pertanyaan, mengapa orang-orang besar dan terdidik ini begitu banyak yang tersandung kasus korupsi?. Padahal, mereka mengecap pendidikan tinggi yang tak semua orang di negeri ini bisa merasakannya. Kita lihat saja, Nazaruddin Syamsuddin, Miranda S. Gultom, Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum, Andi Malarangeng, masih banyak lagi yang lain. Mereka adalah lulusan master dan doktor dari universitas-universitas ternama di Indonesia. Dengan banyaknya tersangka kasus korupsi dan fakta latar belakang mereka yang berpendidikan tinggi pun memunculkan pertanyaan baru, mengapa sistem pendidikan kita banyak menghasilkan orang-orang yg tersandung tindak pidana korupsi?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun