Jalanan siang ini(hari kedua demonstrasi) kadang sepi, kadang dipenuhi mahasiswa berjasalmamater yang bergerombol menggunakan sepeda motor. SATPOL PP, Dishub sertaPolisi standby disetiap persimpangan. Menunggu gerombol mahasiswa itumelintas, mereka minum kopi, dan mengobrol. Hari ini bisa jadi hari yang biasasaja bagi mereka. Tugas mereka, menjaga keamanan. Jika ada satu chaos,mereka di latih untuk mampu mengendalikannya, sekalipun sesekali mereka harusmelukai si pembuat chaos. Tangan mereka, adalah tangan yang bisadibenarkan jika melakukan kekerasan.
Hari ini, bukan hariyang biasa bagi gerombolan mahasiswa itu, juga bagi saya yang bukan lagimahasiswa. Ada tanggung jawab pekerjaan yang saya emban. Pekerjaan apa? Sayalebih senang untuk tidak dibahas. Pekerjaan saya membuat saya tidak bisamenetap di satu tempat.
Saya menyusuritrotoar siang itu, merekam beberapa fenomena yang terlihat, mengabadikannyadalam gambar yang saya simpan sendiri, untuk cerita saya sendiri. Kota bekerjasebagaimana mestinya hari itu. Supermarket masih didatangi para ibu-ibu rumahtangga kelas menengah. Tak terlihat adanya rasa hawatir di wajah mereka. Namun,saya lihat kehawatiran ini terekspresikan di raut wajah saya, saat sayaberjalan melalui cermin supermarket.
Ada kawan-kawan yangmungkin berada di barisan depan demonstrasi hari ini. Saya harap mereka tidakkena pukul, dan tahu kapan waktunya mundur, karena aparat pasti sangatberingas.
Lebih dari itu,kehawatiran saya berupa pertanyaan terhadap diri sendiri. Benar, saya melamunsejenak di depan cermin supermarket, bagian buah-buahan, menghalangi ibu-ibuyang berbelanja di area itu.