Teriakku saat serombongan burung pipit hinggap mendarat di petak padi paling barat. Jumlah mereka ada sekitar tiga puluh ekor. Dan rombongan pipit tersebut kaget lalu terbang mengungsi ke sawah tetangga. Tak masalah...! Prinsipnya jaga sawah masing-masing.
Sore ini aku menggantikan tugas Ayah yang berangkat menjemput Ibu ke Kuala Namu. Dua bulan yang lalu diajak ke Depok mengurus adik perempuanku yang baru bersalin kelahiran keponakanku yang kedua. Biasalah orang Batak, selalu repot saat kelahiran cucunya.
Mamuro (menghalau burung), pekerjaan ini salah satu hal yang mengasyikkan saat masa kecilku. Suasana di sawah begitu meriah. Pekerjaan ini juga tak begitu susah dan berat. Hanya bersorak dan berjalan mondar-mandir sekeliling pematang sawah. Bisa kulakukan sambil membaca dongeng kesukaanku atau menghafal bahan ulangan sekolah.
Huss... Huss... Suahh...
Kutarik tali orang-orangan dihadapanku.
Kurang lebih selama sebulan, pekerjaan mamuro merupakan tugas rutin sepulang sekolah. Terkadang janjian dengan teman yang sawahnya berdekatan. Tak lupa tas berisi bekal, ketapel dan beberapa buku bacaan. Saat itu belum kenal yang namanya handphone. Tablet yang kami tau adalah obat berbentuk pil. Paling yang ada hanya Radio SW dengan dua baterai kering AA. Itupun hanya ada bagi orang-orang yang orang tuanya mampu.
Tapi suasana klasik itu tak kalah asyiknya bagi kami. Kenangan yang begitu indah untuk dinostalgiakan dengan teman-teman masa kecil dulu. Mungkin juga cerita yang tidak ditemukan pada anak zaman sekarang.
Huss... Huss... Suahh..