Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

dunia versi kini

3 Mei 2013   17:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:10 56 1
oranye fajar
Mengantarkan palung nyawa yg baru terkumpul
Lalu lalang hilir mudik
Bergegas tergesa mencari dana
Penyumbang utama kehidupan
Diantara gedung tinggi
Dengan marak sorai bising
Besi , rantai , beradu gerak


Tandus..

Yang terlihat
Ketika mentari mulai sepenggalan kepala
Fatamorgana , dispersi warna
Merah , kuning , hijau , biru , bla..bla..bla

Dengan kepulan asap kontaminasi
Monoksida , dioksida , bahkan toxin
Merembet meracuni tiap jengkal rongga tubuh..

Begitu kata mereka,
Kata manusia yang muncul di beberapa tayangan televisi..
Sedang kami ,
Sedikit , ah tidak..
Banyak yang tidak kami ketahui..
Yang ada , cuma tahu
Hutan kami bukan lagi hijau
Tak terdengar lagi ricuhnya
Jangkrik , kumbang , dan binatang malam..

Bahkan kunang kunang , tak dapat izin lagi menyalakan lentera yang ia tanggung..
Kerbau ,,
Ada palang yang menjarakinya dari rumput , makanan utamanya..
Ketika sungai berhenti mengalir
Karena desakan alam yang kian memanas..
Lapis lapis pelindung bumi
Kini berlubang , kian membesar

Bumi kami tak lagi bersahabat..
Dengan pohon yang terus ditebang
Udara kami tak lagi sehat..

Mati

(sajak di acara Manusia dan Alam, saung tinta @Sukabumi)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun