Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Hadiah dari Langit

4 Oktober 2014   16:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:25 50 0
Namaku Rianty, usiaku kini menjelang 21 tahun. Banyak perubahan yang menurut sebagian orang cukup fantastis terjadi pada diriku, well yang pasti semua itu menuju kearah yang lebih positive. Tiga tahun aktif bergelut di dunia organisasi membuatku banyak mengenal masyarakat baru serta relasi lain, terkadang kesibukan ini menghabiskan waktuku hingga tak sadar seringkali aku kurang perhatian akan jatah istirahat dan stamina kesehatanku, namun sejauh ini aku bersyukur masih diberikan kesempatan oleh Nya untuk banyak melakukan aktifitas dan pengalaman selagi masih muda.

Satu hal yang membuatku sedih, seringkali aku melupakan keluargaku di Surabaya bahkan jarang pulang ke kampung halaman, oh my God aku lupa kalau aku masih memiliki mami dan papi disana, saking asyiknya dipertemukan Tuhan dengan keluarga baru disini aku hampir saja melupakan mereka, ngapunten ingkang katah mii pii putramu niki ..

“Tityyy, aku lolos seleksi AIESEC.. ,” teriak Nia mengagetkanku dari belakang, pagi itu suaranya cukup memekikkan daun telinga membuyarkanku dari lamunan.

“Nih Tiy lihat deh pengumuman di website nya, tuh kan ada nama Nia di nomor urut 275,” tambah Aya seraya menyodorkanku Acer merah dan menunjukkanku daftar nama peserta yang lolos seleksi AIESEC, ternyata benar nama Nia Kurniasih ada dalam daftar ratusan peserta yang lolos study tour ke Swiss.

“Nia, selamat yaa.. I’m very glad to hear that news,” ucapku tersenyum kecil sesederhana mungkin, begitu mudahnya perasaan bahagia menyelimutiku pagi ini, mendengar kabar dari Nia sontak aku turut senang, cukup merasakan kebahagiaan yang dialaminya, meskipun bukan aku pemeran utamanya, namun ku cukup bahagia melihat kesusksesan sahabatku ini, setidaknya kita bisa merasakan kesuksesan orang lain ketika kita turut berinvestasi dan memfasilitasi usaha perjalanannya.

Association Internationale der Economical et Science Estudiant Comerciales, sebut sajaAIESEC pendeknya. sedikit merefresh ingatanku, sejak kecil Nia bercita-cita ingin sekali masuk akademik kepolisian, gadis berbadan tinggi sekitar 165 cm ini memang posturnya cocok untuk jadi polwan sih, dan menurutku Nia mampu mengembangkan pengalamannya melalui organisasi yang menangani masalah perdamaian dunia ini. Tentunya ini bukan hal yang spontanitas terjadi, namun dibalik semua ini Tuhan yang maha Agung lah yang merancang skema perjalananan hidupnya.

Hadiah dari langit, tiba-tiba kalimat ini muncul dalam benakku.  Dulu sewaktu kecil mamiku selalu berpesan “nak, kalau sampean nyuwun nopo-nopo nang ndungo marang gusti Allah, insyaAllah doamu diijabahi lan diparingi hadiah saking langit,” dan imajinasiku kala itu menginterpretasikan Tuhan mengabulkan segala permintaan hambanya secara visual hadiah itu akan turun diantarkan oleh sang malaikat langsung dari langit seperti kisah hidangan dalam surat Al-maidah, aissh that was very funny. Memasuki usia remaja saat aku masih mengenakan seragam abu-abu, aku baru berfikir secara mendalam kadangkala Tuhan memberikan kita hadiah dalam dua tahap dimensi waktu, ada yang berproses jangka pendek, adapula jangka panjang. Kekuasaan Tuhan pun sangat aku rasakan dalam hidupku, semua garis takdir dan prestasi yang aku miliki tak luput dari investasi doaku 10 tahun yang lalu dan doa kiriman kedua orangtuaku. Really that’s awesome, benar-benar keajaiban terjadi melalui kekuatan doa.

Oh sebenarnya aku tak ingin menceritakan banyak kisah tentang kehidupanku, kali ini aku ingin mengupas bukti cinta Tuhan pada hamba Nya melalui kisah Nia sahabatku ini. Tiga bulan yang lalu, aku, Aya dan Nia sedang melaksanakan pesta demokrasi di organisasi kami, kebetulan Nia tidak diperkenankan berpartisipasi dalam salah satu sesi oleh panitia acara dikarenakan gugurnya persyaratan administratif, akhirnya hanya aku dan Aya yang tetap melanjutkan sesi tersebut tanpa Nia bersama kita. Waktu itu kami bisa membayangkan betapa sedihnya dan berkecamuk perasaan Nia kala itu, setahun sebelum agenda itu kami bertiga pernah berimajinasi kecil bersama bahkan Nia lah yang paling semangat diantara kita.. itu poin kesedihan yang pertama.

Kedua, sebelumnya kami berdua pernah berjanji untuk mengusahakan ekspektasi kecil Nia berjuang bersama kami, namun apa daya.. jalan tak semujur yang kami harapkan. Nia kembali menyiratkan kesedihannya, sejak itu kami berusaha menghibur diri Nia dan membesarkan hatinya, berangsur-angsur keceriaan Nia kembali dan guratan keikhlasan itu terlihat di wajahnya. Satu hal yang membuatku dilema saat itu, saat aku dan Aya berjuang mendapatkan apa yang kami inginkan dan semua itu tercapai namun tidak dengan Nia, itulah yang membuatku sedikit menyesal tidak mampu menggandeng seorang sahabat kami saat itu.

Usaha kami terhempas, namun tidak dengan garis ketentuan Tuhan. Saat-saat itulah aku semakin yakin Tuhan tidak pernah tidur, Tuhan selalu mendengar doa hamba Nya, dan Tuhan maha Adil dan Bijaksana. Tuhan memberikan kado terindah untuk Nia, yaa dari beberapa teman-teman yang kutahu mereka telah mendapatkan cita-citanya juga mengikuti seleksi AIESEC seperti Nia, akan tetapi dari beberapa teman-teman terdekat yang kukenal hanya Nia yang berhasil lolos dalam seleksi tersebut, sebuah celetukan kecil kembali terngiang di telingaku.. persoalan itu hanyalah sebuah keberuntungan (lucky factor), sekali lagi kuingin menegaskan, meskipun keberuntungan tapi disitulah letak rejeki seseorang yang dikasihi Tuhannya, Tuhan maha mengetahui dan bisa memilih hamba yang tepat dengan waktu yang tepat untuk diberikan kado teristimewa yang kita sebut keberuntungan with God’s Planing.

Dan benar kisah Tuhan yang memperlakukan Nabi Muhammad SAW secara istimewa setelah kesedihannya ditinggal wafat paman dan istri tercintanya melalui kado isro’ wa mi’roj, begitupula hal itu terjadi pada Nia, sahabatku yang rela membesarkan hati nya ketika nasib tak  berpihak padanya kala itu lantas Tuhan memberikan hadiah padanya pula. Allahu Akbar..

“hei Tiy, melamun lagi nih depan laptop.. entar kesamber loh hantu facebook loh.. ,” pekik Aya tertawa seraya mencubit pipiku.

“iya nih si tity, di dongengin malah bengong sendirian, mending kalian nemenin berburu jaket lapis ama sepatu boot aja yuk,” ujar Nia merengek manja melingkarkan lengannya di bahuku dan bahu Aya.

“eleuh- eleuh yang mau tour ke Swiss, yauda Aya cabut yukk.. ,” tambahku mengiyakan ajakan Nia sembari merapihkan tulisan ceritaku dan sesegera menutup laptop warna merah didepanku

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun