Bahasa merupakan alat berkomunikasi dan berinteraksi antara sesama manusia atau lingkungan sekitar. Dengan bahasa seseorang bisa menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya kepada orang lain.
Bahasa secara alami dipelajari dan diperoleh seseorang saat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu bisa terlihat dari anak belajar bahasa untuk pertama kalinya adalah sejak lahir.
Bayi yang baru lahir hanya bisa menangis untuk mengungkapkan sesuatu kepada orang dewasa. Melalui tangisan itulah bayi mengungkapkan bahasanya yaitu bahasa bayi.
Dari hari ke hari bayi akan mengalami perkembangan bahasa dan kemampuan bicara, namun tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang sangat cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu yang agak lama (Simamora, LH, dkk. 2019:92).
Kemampuan bahasa terdiri dari 3 lingkup atau kategori yaitu: menerima bahasa (menyimak dan membaca), mengungkapkan bahasa (berbicara dan menulis), serta keaksaraan.
Dari ketiga kategori atau lingkup yang harus dimiliki seseorang tersebut seharusnya semuanya bisa dikuasahi atau berkembang secara optimal dalam diri seseorang. Namun hal itu belum atau kurang terlihat dalam pendidikan anak usia dini saat ini. Lingkungan tempat anak berinteraksi dan beradaptasi lebih merangsang anak untuk melatih perkembangan bahasanya ke arah kegiatan membaca dan menulis saja.
Seharusnya bahasa yang harus dimiliki seseorang atau anak tidak sebatas hanya membaca dan menulis saja, ada kemampuan bahasa dalam hal menyimak dan berbicara yang terkadang sering dilupakan dan kurang di rangsang oleh lingkungan sehingga hal tersebut yang membuat keterampilan dalam hal berbicara dan menyimak anak tidak berkembang secara optimal.
Menurut Carool, dkk ( dalam Aprinawati, iis 2017:73) pada usia 4 tahun perkembangan kosakata anak seharusnya mencapai 4.000-6.000 kata dan berbicara dalam kalimat 5-6 kata. Usia 5 tahun perbendaharaan kata terus bertambah mencapai 5.000 sampai 8.000 kata. Kalimat yang dipakaipun semakin kompleks.
Ada 2 faktor yang menyebabkan kenapa keterampilan dalam hal menyimak dan berbicara anak masih belum optimal yaitu faktor dari dalam (intern) yaitu menyangkut minat, motivasi atau kemauan anak untuk bercerita, dan tingkat kepercayaan diri anak.
Sedangkan untuk faktor dari luar (ekstern) yaitu tentang rangsangan dari lingkungan serta bahasa yang digunakan (Muamar, Muamar dkk. :2019).
Dari kedua faktor penyebab tersebut rangsangan dari lingkungan menjadi salah satu faktor penyebab keterampilan menyimak dan berbicara anak tidak berkembang secara optimal sehingga dapat diyakini bahwa lingkungan yang dapat memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pemahaman mereka terhadap sesuatu dari proses menyimak suatu hal atau informasi sampai dengan membicarakannya atau mengkomunikasikan kepada orang lain adalah lingkungan yang dapat merangsang keterampilan menyimak dan berbicara anak.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwasanya keterampilan dalam hal berbicara dan menyimak anak dapat berkembang secara optimal jika anak diberi kesempatan untuk mengungkapkannya.
Namun kita sebagai orang dewasa sering melupakan hal tersebut, kita terlalu sibuk dengan dunia kita sendiri sehingga misalkan jika anak kita bertanya atau bercerita tentang sesuatu dan kita akan menjawabnya atau mendengarkannya satu kali saja namun karena anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi karena jawaban kita belum memuaskan anak, anak akan bertanya lagi tentang sesuatu tersebut kita sering meminta anak untuk diam dan tidak bertanya lagi tentang hal tersebut, padahal dengan pertanyaan dan bercerita itulah anak akan memperoleh informasi, melatih keterampilan berbicara dan menambah kosa kata baru yang dimiliki anak.
Oleh karena itu ada beberapa alternatif solusi kegiatan yang bisa dilakukan guru maupun orang tua dirumah untuk menstimulus keterampilan menyimak dan berbicara anak yaitu:
Ajak anak untuk bercerita baik itu dirumah maupun disekolah misalnya, membacakan cerita sebelum tidur.
Beri kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya misalnya, bertanya jawab atau bercaka-cakap dengan anak tentang suatu hal.
Tanya kepada anak tentang kegiatan yang sudah dilakukan hari ini (pengalaman anak) misalnya, tanyakan kegiatan apa yang sudah dilakukan anak di sekolah?
Ajak anak untuk menceritakan kembali cerita yang didengar maupun yang telah dilihatnya.
Tanya tentang perasaan anak hari ini dan alasannya misalkan kenapa anak-anak senang dan kenapa anak-anak sedih.
Gunakan media yang menarik bagi anak misalnya, menggunakan media audio visual (menonton cerita di TV atau menonton film), boneka jari, dll.
Menggunakan metode yang berfariasi misalnya tidak hanya menggunakan satu metode misalnya memakai metode bertanya jawab saja, tapi tekadang bisa memakai metode bercerita.
Dari kelima Alternatif solusi kegiatan yang bisa dilakukan untuk melatih keterampilan menyimak dan berbicara anak tersebut dapat disimpulkan bahwa intinya anak-anak memerlukan tempat atau wadah untuk mengungkapkan atau melatih keterampilan dalam hal menyimak maupun berbicarnya.
Jika kita memberi ruang latihan tersebut besar kemungkinan keterampilan menyimak dan berbicara anak akan berkembang secara optimal karena seyogyanya keterampilan menyimak dan berbicara anak bisa berkembang secara optimal selain dari faktor dalam dalam diri anak (motivasi, minat,dan kepercayaan diri anak) ada juga faktor eksternal yaitu keterlibatan lingkungan dan menggunakan bahasa ibu.
Demikian arti pentingnya keterampilan dalam hal menyimak maupun berbicara anak dan solusi kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru maupun orangtua untuk mengoptimalkan keterampilan berbahasa tersebut.
Semoga setelah membaca artikel ini, kita dapat mengetahui dan mengubah pandangan kita bahwa keterampilan bahasa tidak hanya sekedar baca dan tulis saja, namun juga ada keterampilan dalam hal menyimak dan berbicara. Keduanya juga tidak kalah pentingnya dan harus dikembangkan secara optimal sehingga akan berguna dan bermanfaat bagi kehidupan anak pada jenjan