Mohon tunggu...
KOMENTAR
Edukasi

Ngidam, Ekspresi sebuah Telepati

11 November 2013   13:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:18 163 0
Bicara soal ngidam banyak hal lucu di dalamnya. Termasuk soal mitos yang sering menyesatkan. Misalnya saja, kalau ngidamnya orang hamil tak dituruti kelak si jabang bayi lahir akan membawa kutukan hasil ngidam yang tak terealisasi yaitu "Ngiler". Ngiler secara berlebihan akan terjadi begitu si bayi terlahir. Apakah ini benar adanya?. Mari Kita cari tahu, berdasarkan pengalamanKu.

Pas ngidam anak pertama, Alhamdulillah semua terlaksana. Meski bukan misua yang membelikannya , ada saja orang di sekeliling Saya akan dengan senang hati mengabulkankan permintaan si jabang bayi yang masih dalam kandungan. Bagi Saya mungkin ngidam ini adalah sebuah komunikasi yang terjalin antara Ibu dan bayi yang ada dalam kandungannya.

Ya, lewat telepati yang ada dalam saraf saraf yang bergerak dari otak bayi menuju saraf otak si Ibu. Bayi yang ada dalam kandungan mengirimkan pesan singkatnya tentang keinginannya kepada si Ibu. Demikian pula dengan buah hati Saya , suatu malam dia meminta Saya untuk membangunkan si Ayah, hanya demi inginnya makan rawon. Saat itu jam menunjukkan pukul satu dini hari. Bayi dalam kandungan Saya tak mau tahu kalau saat itu Ayahnya sedang capek capeknya pulang malam dari mengkais rejeki. Akupun dengan semangat membangunkannya. Si Ayah heran, karena Dia tahu Saya tak pernah mau makan sejak bulan pertama, merasakan aroma nasi saja Saya sudah muntah muntah, lha ini kok malah minta rawon.

Dengan tak peduli tingkat tinggi Saya katakan. "Pokoknya carikan Saya rawon malam ini. Dimana tempatnya, itu Kita lihat saja nanti. Kita telusuri sepanjang  jalan raya yang Kita lalui". Terkadang wanita hamil dan sedang ngidam memang terlihat sadis..:)

Dengan terkantuk kantuk si Ayah mengeluarkan motornya, di belakangnya Saya duduk manis dengan girang merasakan sensasi begadang di malam hari yang belum pernah Saya rasakan, dan perut Saya makin keroncongan akibat desiran angin malam. Kami telusuri sepanjang jalan di kota PahlawanKu. Akhirnya Kami menemukan tempat makan yang masih cukup ramai, yaitu rawon Gubeng Pojok dekat stasiun kereta api Gubeng. 2 piring nasi rawon tandas dalam sekejap. Si Ayah geleng geleng kepala takjub. Bagaimana Saya demikian terlihat rakusnya .

Usai makan Saya tak mau pulang, Saya ingin lebih lama menikmati jalan jalan ini. Dan anehnya hanya selang sepuluh menit berjalan, perut Saya sudah kembali meraung raung. Kali ini Saya hanya ingin makan nasi bungkus. Si Ayah yang kebetulan semasa kuliah suka nongkrong di warung pinggir jalan, segera melarikan motornya di jl. Pucang Surabaya. Dekat dengan perempatan lampu merah, disitu ramai anak muda nongkrong hanya untuk bercengkerama dan ngopi sembari membaca buku buku kuliahnya. Saat itu Saya merasa bagian dari mereka, menikmati rasanya anak kuliahan yang sedang nongkrong bersama teman teman. Maklum cita cita Saya untuk bisa kuliah tak kesampaian. Beruntung masa hamil Saya masih mengunjak dua bulan, jadi belum terlalu terlihat buncit.

Nasi bungkus ini terkenal dengan nama "Sego Sadukan" ( nasi tendangan). Entah mengapa mereka menamakan nasi ini dengan nama seperti itu. Mungkin karena porsinya yang cukup sedikit dan tidak mengenyangkan perut mahasiswa laki laki yang notabene cukup banyak makannya. Saya makan cukup sebungkus, ditambah dengan dua tusuk sate usus dan teh hangat, cukup mengenyangkan, si Ayah hanya memesan kopi untuk mengusir kantuknya. Kenyang membuat Say menjadi mengantuk dan mendekati subuh Kami pulang, dan aku bisa tertidur pulas. Namun di pagi harinya, kembali Saya ke alam nyata, mual dan tak mau makan hingga seminggu lamanya.

Itu ngidam dari ekspresi anak pertama Saya. Dan ngidam anak Saya yang ke dua aalah makan ikan gurami gede dengan sambalnya.Hanya itu, tapi tak pernah kesampaian karena uang belanja Saya tak cukup untuk itu. Harus berhemat karena ini adalah yang ke dua, masih ada kakanya yang baru berusia setahun dan perlu belu susu formula. Ini akibat tanpa pemakaian Alat kontrasepsi. Tak perlu disesali toh sudah menjadi rejeki dariNya. Kehamilan kedua ini, Si Ayah yang seringkali ngidam, tiap malam si Ayah selalu ingin makan malam dengan menu rujak cingur. Dan akan siang dengan batagor. Aneh? tapi ini nyata. Ngidam ini berlangsung hingga sebulan lamanya. Dan semua bisa terlaksana. Tapi si Ibu? tak pernah kesampaian makan gurami goreng, lalapan dan sambalnya.

Dan dmapaknya memang anak ke dua Saya sering ngiler saat usia di bawah setahun, Kemana mana  Saya harus mambawa lap untuk ilernya. Saat di Posyandu  hampir semua orang yang melihatnya berkomentar "Ngidam apa sih kok sampai gak keturutan, liat anakmu ngiler trus".

Dan kujawab dengan malu malu "Ngidam naik mobil Mercy berwarna hitam bu". Sambil berlalu dari ibu ibu.

Saya tak tahu pasti apa hubungan antara ngidam dan ngiler. Tapi yang Saya rasakan ngidam adalah telepati antara bayi dalam kandungan dan Ibunya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun