Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Untuk Apa Menyembah Tuhan?

20 Mei 2010   13:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:05 488 0
Pernahkah kita bertanya kepada diri kita sendiri, untuk apa sebenarnya kita menyembah Tuhan?siapa Tuhan itu?seperti apakah Dia? Atau kalau Tuhan yang menciptakan kita, lalu siapakah yang menciptakan Tuhan?Kalau hanya mengandalkan logika semata, tentu tak ada jawaban yang bisa memuaskan hasrat kita. Manusia memang tercipta dengan rasa keingin-tahuan yang luar biasa. Selalu ingin lebih,tak pernah ada kata cukup. Lumrah, manusiawi.

Orang yang beragama yakin, yakin bahwa semua yang terjadi di dunia ini sudah ada yang mengatur. Tuhan adalah Owner, komisaris utama , CEO, direktur utama, general manager dari perusahan yang bernama kehidupan. Dan kita adalah bawahan-Nya. Tuhan yang akan menggaji kita dengan pahala, Tuhan juga berhak memilih manusia mana yang Dia sukai. Gaji kita tentu berbeda-beda, sesuai dengan pangkat dan kedudukan kita. Ada yang menjadi direktur keuangan, mungkin karena kehebatannya dalam mengatur keuangan, mendapatkannya secara halal dan menggunakannya di jalan yang benar. Sebuah jabatan yang sangat tinggi. Di dunia, dia mungkin hanya seorang sopir, seorang tukang becak, atau penjual angkringan depan rumah saya yang selalu ikhlas dan rela nasi kucingnya "diutangi" setiap tanggal tua. Beliau selalu bilang, "rejeki saya Tuhan yang ngatur, saya hanya berusaha. Kasihan kalau ada orang yang kelaperan karena tidak punya uang, sedangkan saya masih punya nasi." Ada pula yang di mata Tuhan mungkin hanya menjadi cleaning service, menjadi office boy, buruh atau kurir yang tentu gajinya kecil, sangat kecil. Mungkin hanya di bawah UMR. Di dunia, orang seperti ini mungkin justru menjadi petinggi. Menjadi presiden direktur, mentri, jenderal bahkan Presiden. Mungkin saja di dunia mereka begitu di hormati, tetapi di mata Tuhan, bisa jadi pangkat mereka rendah, sehingga mereka hanya mendapatkan gaji yang kecil. Tentunya tidak semua, hanya yang ingkar, semisal presiden yang berlaku zalim kepada rakyatnya, pengusaha yang korup dan sebagainya.

Tetapi bagi yang tidak mempunyai keyakinan terhadap keberadaan Tuhan pasti mengganggap pembahasan diatas adalah nonsen, omong kosong belaka. Mereka akan selalu menganggap segala sesuatu yang mereka peroleh didunia ini semata-mata hanya karena usaha mereka sendiri. Tidak ada campur tangan Tuhan sama sekali. Tuhan itu tidak nyata, tidak kelihatan. Dimana Tuhan itu? Mungkin seperti itulah pemikiran mereka. Seperti keyakinan Darwin bahwa manusia adalah kera yang berevolusi, orang yang beragama tentu tidak setuju. Lalu, apakah mereka salah? Bagi yang beragama, tentu akan berpendapat bahwa mereka salah, mereka akan mati dan masuk neraka. Tapi bagi mereka sendiri (orang yang tak percaya Tuhan) mereka tidak akan pernah peduli akan hal tersebut. Tidak ada satupun dari kita yang masih hidup tahu secara persis neraka itu seperti apa, letaknya dimana. Atau kemanakah kita setelah mati, dimanakah kita berada? Apa benar surga itu ada?

Menurut saya,secara logika pernyataan seperti itu tidak salah. Tapi disitulah letak perbedaannya, orang yang beragama punya keyakinan terhadap Tuhan, pengetahuan tentang surga neraka dan sebagainya didapat dari kitab Suci masing-masing agama.
Kalau boleh jujur, sejak lahir sesungguhnya sebagian besar dari kita tidak mempunyai pilihan. Agama yang kita peluk adalah warisan dari orang tua kita. Orang tua kitalah yang membuat kita menjadi orang yang beragama. Orang tua yang membentuk paradigma kita terhadap keberadaan Tuhan.
Lalu bagaimana menjawab pertanyaan untuk apa sebenarnya kita menyembah Tuhan? Bagi saya, jawabannya adalah Kembali kepada diri kita masing-masing. Apakah kita termasuk orang yang yakin akan keberadaan Tuhan atau kita termasuk orang tak percaya Tuhan. Itu adalah pilihan, tak ada paksaan sama sekali. Dan semoga kita semua termasuk orang-orang yang hidup dengan pilihan yang benar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun