Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature

Avogadro, Atom, Molekul, Elpiji

9 Juni 2011   11:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:42 586 0

Bangun pagi: kopi, koran, politik, korupsi. Nyalakan TV: sinetron, selebriti, gosip, verbal, dangkal.

TV kabel: lumayan, tersegmentasi. Mau nonton filem tanpa terganggu iklan, ada HXX, yang tersegmentasi lagi dalam regular, hit, signature, dan family. Mau drama kriminal, ada. Mau kriminal saja, ada. Agama, ada. Olah raga saja, ada. Berita saja, kekacauan maupun keuangan, ada. Mau yang banyak hutan dan alami, fauna, flora, ada. Mau sains, ada.

Sayang, TV kabel harus bayar, sehingga acara-acara yang membantu meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan umum ini hanya ditonton sedikit orang. Lagipula tak semua orang kepingin pengetahuan dan kecerdasannya meningkat.

Para pemimpin (negara, agama) tak mau rakyat/pengikutnya jadi kritis dan menjadi pendebat apalagi pembangkang. Rakyat sendiri, ada yang sukanya menangis ikut meratapi nasib malang fiktif pemeran sinetron dalam sinetron.

Semuanya sudah sibuk sendiri, dalam dunianya sendiri. Tak menyadari ada dunia alternatif. Tak mau tahu.

Ada juga yang bangun pagi lantas mencoba memahami bagaimana dunia ini berputar. Tapi pemahaman tak mungkin datang seketika, karena dunia ini sudah sangat kompleks. Menggerutu jauh lebih mudah. Mencela, menuduh, mengumpat, bisa dilakukan tanpa modal, apalagi kalau sedang terjebak kemacetan jalan raya akibat ketidakbecusan pengelola kota (nah, kan?).

“Kamu saja jadi walikota”. Kata istri saya.

“Saya mau saja. Tapi saya tak akan terpilih karena banyak sebab. Lagipula, kompetensi saya memang bukan menata kota, tetapi mengeluh dan menuding saja”. Saya menjawab.

“Membereskan rumah saja nggak becus”. Istri saya menuding saya. Karena pembantu berhenti, pagi tadi saya kebagian menyapu dan mengepel. Saya menyapu dan mengepel tanpa memindahkan atau menggeser apapun. Menurut istri saya, pekerjaan saya itu tidak betul. Lantai masih kotor. Istri saya tidak paham perbandingan. Kalau ada sedikit saja yang masih kotor, maka rumah masih kotor. Padahal Cuma ada beberapa jejak kaki kucing di bawah sebuah kursi, sementara seratusan meter persegi lantai lainnya sudah saya bikin wangi cemerlang.

Saya mengepel dengan tergesa-gesa karena sedang menyiapkan materi pelatihan mengenai gas. Gas Elpiji, yang sekarang sudah jadi primadona bahan bakar untuk memasak. Pertama, saya akan melatih anak-anak muda yang sedang membuat sistem pengendalian dan perhitungan otomatis depot Elpiji (bagaimana bisa membuat perhitungan kalau tidak tahu karakteristik gas Elpiji dalam tangki). Giliran berikutnya adalah mereka yang akan menjalankan depot Elpiji itu.

Menghitung berat Elpiji cair, mudah saja. Ukur densitasnya, kalikan dengan volumenya, itulah berat. Tetapi selain Elpiji cair, di dalam tangki ada juga uap Elpiji. Mengukur densitas uap Elpiji di dalam tangki bukan pekerjaan mudah, dan belum pernah dilakukan di sini. Padahal volume uap Elpiji yang terlibat cukup besar. Ribuan meter kubik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun