Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Keyakinan dan Pengabdian Mengatasi Semua Hambatan: Kisah Hanuman Mencari Obat Lakshmana

16 Januari 2014   11:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:47 539 1

Bhakta Seorang Pejuang Tulen

“Seorang Bhakta adalah seorang Pejuang Tulen. la tidak pernah berhenti berjuang. Kendati demikian, ia pun tidak bertindak secara gegabah. la waspada, tidak was-was. la tidak menuntut sesuatu dari hidup ini, dari dunia ini. la berada di tengah kita untuk memberi. la tidak mengharapkan imbalan dari apa yang dilakukannya. la berkarya tanpa pamrih. Keberhasilan dan kegagalan diterimanya sebagai berkah. Utishtha, Jaagratah …… Bangkitlah, Bangunlah…… Hadapilah segala macam rintangan dengan jiwa seorang Bhakta. Berjuanglah dengan semangat seorang Satria. Tanpa rasa bimbang, tanpa keraguan – seorang Bhakta mengabdikan jiwa dan raganya bagi nusa dan bangsa. la sadar sesadar-sadarnya akan tugas serta kewajibannya terhadap Tanah-Air, terhadap Ibu Pertiwi. Terhadap lingkungan, terhadap sesama manusia dan sesama makhluk hidup…… Terhadap dunia ini, terhadap alam semesta. la memahami perannya dalam hidup ini. Mau bertemu dengan seorang Bhakta? Carilah dia di tengah medan perang Kurukshetra. Kau tidak akan menemukannya di dalam kuil la berada di tengah keramaian pasar, di tengah kebisingan dan kegaduhan dunia. (Krishna, Anand. (2007). Vedaanta, Harapan Bagi Masa Depan.Pustaka Bali Post)

Hanuman dan Lakshmana adalah bhakta Sri Rama, dan kedua-duanya telah melepaskan diri dari keterikatan pada dunia benda, harta kekayaan, istri, keluarga dan kerabat. Yang ada di pikiran mereka hanyalah Sri Rama, mereka telah melampaui ego dan seks. Tujuan mereka bukan untuk mengalami moksha, akan tetapi menjadi alat Sri Rama. Saat Lakshmana terluka mendekati kematian, Hanuman diminta Sri Rama mencari obat di Pegunungan Himalaya yang harus diperoleh sebelum matahari terbit. Hanuman patuh dan merasa mendapat peluang untuk melakukan persembahan sesuai kekuatan yang telah dianugerahkan kepadanya. Hanuman yakin Lakshmana dapat sembuh kembali. Walaupun hanya Sri Rama yang tahu bahwa Lakshmana dalam pertempuran berikutnya akan membunuh Indrajit.

Lakshmana Terluka oleh Indrajit

Pada hari pertama pertempuran pasukan wanara Sri Rama melawan raksasa Alengka perang berkecamuk sangat dahsyat. Indrajit putra Rahwana berupaya menghancurkan pasukan Sri Rama. Sebenarnya nama putra mahkota Rahwana adalah Meghanada akan tetapi karena pernah mengalahkan Dewa indra, maka dia dikenal sebagai Indrajit. Lakshmana segera menghadang Indrajit sehingga Sugriva komandan pasukan wanara bahkan mulai bisa mendesak pasukan Alengka. Matahari sudah bergerak menuju ke barat, kala Indrajit sadar bahwa dia tidak akan menang berperang-tanding melawan Lakshmana, maka ia mulai menggunakan kekuatan magis untuk melesat melintasi awan. Dari balik awan Indrajit menggunakan senjata shakti yang dipanahkan kearah Lakshmana. Lakshmana terkena, tubuhnya memar dan luka di dalam serta jatuh pingsan. Indrajit kemudian berupaya mengangkat tubuh Lakshmana untuk dibawa ke kemah pasukan Alengka. Akan tetapi ternyata dia tidak kuat mengangkatnya. Beberapa komandan raksasa membantu mengangkatnya, akan tetapi tidak berhasil. Lakshmana adalah Naga Adisesha pendamping Sri Vishnu yang mewujud, hanya mereka yang memperoleh blessing Sri Rama yang mampu mengangkatnya. Beberapa saat kemudian datanglah Hanuman mengusir Indrajit dan para komandannya, dan Hanuman segera memanggul Lakshmana ke kemah Sri Rama. Tak lama kemudian kedua pasukan mundur karena hari telah mulai senja.

Kemudian berhembus kabar bahwa seseorang yang terkena senjata Indrajit akan mati sebelum matahari terbit keesokan harinya. Jambavan mengatakan ada tabib Alengka yang paham pengobatan luka dalam akibat senjata Indrajit. Sushena sang tabib adalah pemuja Sri Rama. Sri Rama segera minta Hanuman membawa tabib Sushena untuk memeriksa Lakshmana. Sushena mengatakan bahwa ada ramuan yang dibuat dari akar tanaman Sanjivani yang dapat menyembuhkan luka Lakshmana. Akan tetapi tanaman tersebut hanya bisa diperoleh di Gunung Dunagiri di wilayah pegunungan Himalaya. Inilah satu-satu harapan untuk menyelamatkan Laksmana. Sebuah peluang yang nampaknya sangat musykil dilaksanakan.

Hanuman Sang Pengabdi

“Bhagavad Gita menjelaskan bahwa seorang Bhakta, seorang Pengabdi atau Pecinta Allah selalu sama dalam keadaan suka maupun duka. Keseimbangan dirinya tak tergoyahkan oleh pengalaman-pengalaman hidup. Ilmu apa yang dikuasai oleh seorang Bhakta sehingga ia tidak terombang-ambing oleh gelombang suka dan duka? Temyata, ilmu matematika yang sangat sederhana. Seluruh kesadaran seorang Bhakta terpusatkan kepada la yang dicintainya. Kesadaran dia tidak bercabang. la telah mencapai keadaan Onepointedness - Ekagrataa. One, Eka - Satu.... la sudah melampaui dualitas. la telah menyatu dengan Hyang dicintainya. la telah menyatu dengan Cinta itu sendiri. Pecinta, Hyang dicintai, dan Cinta - tiga-tiganya telah melebur dan menjadi satu.” (Krishna, Anand. (2007). Vedaanta, Harapan Bagi Masa Depan.Pustaka Bali Post)

Rama segera mengutus Hanuman untuk mengambil daun Sanjivani tersebut. Bagi Hanuman, bhakta Sri Rama, tugas yang diberikan oleh Sri Rama akan dilaksanakan sebaik-baiknya. Hanuman yakin Sri Rama telah bertindak dengan pertimbangan matang untuk memintanya mengemban tugas tersebut. Hanuman mohon blessing Sri Rama dan segera berangkat.

Dari masukan telik sandi, Rahwana tahu bahwa Hanuman berupaya memperoleh tanaman obat di Himalaya. Rahwana segera mengutus Kalanemi, pamannya untuk menggunakan segala cara agar Hanuman tidak berhasil memperoleh tanaman tersebut. Kalanemi berkata bahwa sulit untuk menghadang Hanuman, makhluk perkasa yang sendirian saja bisa membakar kota Alengka. Kalanemi menyarankan Rahwana untuk berdamai dengan Sri Rama dengan cara memberikan obat pemunah racun bagi Lakshmana. Rahwana naik pitam yang membuat Kalanemi harus membuat pilihan segera. Kalanemi segera mohon diri untuk menghadang Hanuman. Bagi Kalanemi lebih baik mati terbunuh Hanuman Utusan Sri Rama daripada mati ditangan Rahwana.

Hambatan oleh Kalanemi

Kalanemi dengan kekuatan ilusinya segera mewujud sebagai seorang brahmana dan membuat kuil yang indah dengan dilengkapi kolam yang jernih di Gandamadhana. Saat Hanuman menuju Himalaya dan melintasi tempat tersebut, Hanuman memutuskan untuk beristirahat sebentar. Sang Brahmana datang menawarkan air dan memuji Sri Rama sehingga Hanuman sangat senang. Setelah minum air Hanuman justru semakin merasa haus dan minta untuk minum air kolam. Saat Hanuman di tepi kolam dan mulai minum, seekor buaya menyergap kakinya dan menariknya ke dalam kolam. Akan tetapi dengan sebuah pukulan buaya tersebut mati. Sang Buaya yang mati segera menjilma sebagai Apsara. Apsara tersebut pernah berbuat kesalahan sehingga dikutuk Daksha menjadi buaya dan kutukan akan sirna kala dia dibunuh oleh Hanuman. Sang Apsara segera memberitahu jatidiri Sang Brahmana yang ternyata adalah Kalanemi. Kalanemi segera dibunuh oleh Hanuman.

Dalam kehidupan sebelumnya Kalanemi dengan naik singa pernah bertarung dengan Vishnu yang naik Garuda dan Kalanemi terbunuh. Pada kehidupan berikutnya, Kalanemi lahir sebagai putra Hiranyakasiphu. Kalanemi mempunyai enam putra yang menjadi devoti Brahma yang kemudian dikutuk Hiranya Kasiphu akan lahir lagi dan dibunuh oleh Kalanemi pada kelahiran di masa depan. Kalanemi kemudian lahir sebagai paman Rahwana. Kalanemi akhirnya akan lahir lagi sebagai Kamsa dan 6 putranya lahir lagi sebagai putra Devaki yang dibunuh oleh Kamsa.

Berbagai Hambatan Lainnya

Rahwana tahu bahwa Kalanemi telah mati dan segera memanggil Dewa Surya, Sang Matahari untuk terbit sebelum waktunya. Hanuman segera mengeluarkan kesaktiannya untuk menahan gerakan matahari. Sesampainya di Dunagiri,Hanuman kesulitan memilih tanaman Sanjiwani dan segera mengangkat seluruh bukit untuk dibawa ke Alengka.Sampai di Nandigram sebuah panah mengenai kakinya dan Hanuman terjatuh beserta bukit yang dipanggulnya. Rupanya Bharata saudara Sri Rama mengira Hanuman seorang penjahat yang sedang membawa bukit. Hanuman segera menjelaskan bahwa ia membawa bukit untuk mengobati Lakshmana saudara Bharata. Bharata mohon maaf dan menawarkan Hanuman untuk menaiki anak panah yang dibidiknya menju Alengka agar cepat sampai. Hanuman menolaknya dan segera terbang lagi menuju Alengka.

Sushena segera mengambil beberapa akar tanaman Sanjivani dan dibuat ramuan untuk diminum Lakshmana. Lakshmana cepat mengalamikesembuhan dan Hanuman segera terbang menuju matahari, mohon maaf atas tindakannya kepada Dewa Surya. Dewa Surya, tersenyum dan berkata pelan, “Siapakah makhluk yang dapat menahan bhaktanya Sri Rama? Dengan blessing Sri Rama, seorang bhakta akan menyelesaikan tugas apa pun yang diembannya!”

Jadilah Orang Besar!

Hanuman adalah contoh Orang Besar. Hanuman siap menghadapi segala kemungkinan dengan penuh kesabaran. Hanuman tetap optimistis, berkarya penuh keyakinan, tidak khawatir, tidak bimbang, tidak berkecil hati dan pantang menyerah.

“Jadilah Orang ‘Besar’! Tetap tenang dalam keadaan suka maupun duka; tidak terbawa oleh nafsu rendahan; tidak terkendali oleh pancaindra; tidak tergoyahkan oleh tantangan-tantangan kehidupan; Tidak tergesa-gesa, dan siap menghadapi segala kemungkinan dengan penuh kesabaran, itulah sebagian ciri-ciri ‘orang besar’. Dalam keadaan apa pun mereka tetap optimistis, tetap berkarya dengan penuh keyakinan. Tidak khawatir, tidak bimbang, dan tidak berkecil hati. Pantang menyerah, demikianlah mereka. Jadilah orang ‘besar’. Karena, kau memang dilahirkan untuk menjadi ‘besar’. Bukanlah badanmu saja, tapi jiwamu mesti tumbuh menjadi besar. Pikiranmu, perasaanmu, semuanya mesti mengalami pertumbuhan. Kebesaranmu pastilah mengundang kebesaran. Kekuatanmu mengundang kekuatan. Keyakinanmu mengundang keyakinan. Alam semesta maha baik adanya. Jika kau berbuat baik, dan menjadi baik, kau akan mengundang lebih banyak kebaikan dari semesta. Kebaikanmu mengundang kasih, kepedulian, dan kedekatan sesama manusia. Kau menolong mereka dan mereka pun akan menolongmu. Demikian, dengan cara saling tolong-menolong, kau memperoleh kebahagiaan. Dan, mereka pun memperoleh kebahagiaan. Orang ‘besar’ selalu bahagia, ceria, dan bersuka-cita. Itulah rahasia kesehatan dan kesejahteraan mereka. Kebesaran Sejati adalah ketika kau dapat berbagi ‘kebesaran’ dengan siapa saja, tanpa pilih kasih. Kebesaran sejati adalah ketika kau dapat berbagi kesehatan, kesejahteraan, kemakmuran, dan kebahagiaanmu-keceriaan dan kesukacitaanmu!” (Krishna, Anand. (2010). Spiritual Astrology, The Ancient Art of Self Empowerment, Bhakti Seva, Terjemahan Bebas, Re-editing, dan Catatan OlehAnand Krishna.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)

Situs artikel terkait

http://kisahspiritualtaklekangzaman.wordpress.com/

http://www.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

http://www.kompasiana.com/triwidodo

Januari 2014

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun