Kota kecil itu dipenuhi dengan baligo dan reklame, mengajak rakyat untuk entahlah, seperti jargon-jargon yang sekilas lalu saja terbaca tapi tak teringat. Foto-foto caleg terpajang di sudut-sudut manapun yang belum terpajang foto rekan atau kompetitornya, warna-warni parpol dan pimpinannya menghiasi background foto mereka. Sesekali terlihat wajah penguasa kota dengan perut buncit dan wajah seriusnya mengkerut seolah berpikir keras demi kemajuan kota. Lampu merah dipenuhi pengamen dengan nyanyi-nyanyi tak jelas, kadang membawa ukulele, kadang tutup-tutup botol yang dipaku dengan sebilah bambu kecil, kadang hanya bermodal tepuk-tepuk tangan dengan baju lusuh yang khas. Adapula yang menggunakan kostum boneka-boneka mirip doraemon, karakter khas jepang dengan kantong ajaibnya, seolah berharap apa yang diinginkannya menjadi kenyataan atau dijadikan nyata oleh penguasa kota.
Minimarket-minimarket bertebaran di sepanjang jalan yang terlalui banyak kendaraan, kadang diselingi ruko yang lain, kadang bersebelahan dengan merek franchise yang berbeda, menjadi lahan bisnis tukang parkir jadi-jadian yang berbendera ormas. Seolah menjadi ciri, siapa yang lebih galak dia yang dapat lahan. Tak peduli orang datang pakai kendaraan apa, atau apakah mendapatkan apa yang cari, beli atau tidak beli sama saja parkir tetap dua ribu, malah kadang tidak ada kembalian. Terlepas jujur atau tidak pengunjung hanya bisa menganguk bermuka masam seolah tidak rela tapi juga tak bisa berbuat banyak, daripada ribut resiko bonyok diserbu preman berkedok ormas.
Kota kecil ini dikenal ramah dan sejuk dengan pemandangan yang menawan, kadang kala hujan membasahi kota. Air hujan menyamarkan jalan-jalan bolong. Ban-ban kendaaraan mencipratkan genangan air kemana-mana lalu genangan lambat laun menjadi keruh. Orang-orang di pasar menyingsingkan celana takut kena genangan yang kini menjadi coklat entah berbau atau tidak, tapi bau busuk khas pasar mendominasi menyeruak ke lobang hidung memaksa orang-orang menutup dengan tangannya. Menghindar agar barang sedikit bisa menghirup udara yang lebih segar. Â
Di kota kecil ini kadang panas pun membakar. Matahari menyinarinya dengan terik seraya menantang jargon kota sejuk yang disematkan orang-orang luar kota. Stasiun kereta kini memang mulai rapih semenjak dirapihkan oleh orang kafir itu. Namun akses dan tempat-tempat yang mengapitnya tentu bukan urusan si kafir itu. Pemulung-pemulung sigap mengaduk-aduk sampah yang menumpuk di pinggiran jalan, berharap kaitannya menggaet sesuatu yang bisa dia jual. Sesekali orang melintas sambal meludahkan air ludah disertai dahak kental ke sela-sela tembok pinggiran jalan atau ke tengah-tengah trotoar, menjadikan gumpalan tersebut dilangkahi dengan sedikit loncat oleh orang-orang yang melihatnya.
Kadang pula angin bertiup sepoi-sepoi diiringi kicau burung yang bernyanyi yang lambat laun tidak terdengar karena tergulung oleh suara toa (sejenis pengeras suara yang diciptakan oleh Pastor Katolik Ordo Yesuit, Athanasius Kircher dan diproduksi masal oleh perusahaan orang-orang  jepang para pemuja matahari-TOA Corporation)  yang membabi buta mengumandangkan sesuatu dari negeri yang jauh disana dari bebagai penjuru arah mata angin di kali dua. Bersahutan tak tahu waktu, baik siang, sore, malam, atau pagi buta sekalipun.
Sekarang marilah kita tinggalkan saja, kembalilah ke negeri antah berantah mu, negeri Konoha yang subur makmur tapi selalu menjadi kias kebobrokan. lintasilah jalan tol baru yang sudah digagas puluhan taun lalu. Lintasilah kota besar yang macet itu, kota besar yang penuh aturan berlalu lintas, dulu ada three in one, sekarang ada ganjil genap. Jangan berharap kamu bisa melintas di atas jalan yang kena aturan tersebut jika akhiran nomor plat mobil mu tidak sesuai dengan tanggal genap atau ganjil. Kamu akan diberhentikan orang berseragam dengan kancing mengetat ditubuh, seolah menahan beban perut buncit agar tak terlepas dan tetap berwibawa. Namun jika kamu terpaksa, lewatilah, Â siapkan lah sejumlah angka, selipkan diantara surat ijin menyetirmu yang dia minta. Niscaya dia akan mempersilahkan kendaraan mu melaju kembali.
Tinggalkanlah mereka, fokuslah ke kepulanganmu, pergilah langsung ke bandara. Check in tiket lewati security, hadapilah sang pemberi cap pemilik otoritas kedatangan dan kepulangan dari luar negeri. Siapkan lagi sejumlah angka, maka rahasia umum itu akan kau alami, legenda itu nyata adanya. Maka benar adanya, di negara ini, semua permasalahan hanya dapat diselesaikan oleh gambar sang duo proklamator bukan oleh jagoan gemulai seperti dalam opera negeri Korea.. eh.. Konoha.