Malam ini, sebuah kenangan terlintas sekelabat dalam bayang
Demi waktu yang telah berlalu,
Rasa itu datang membelengguku
Sunyi senyap menggasak sesak
Ku ceritakan perlahan, agar aku tak terpaku sendirian
Izinkan aku menjabatmu sejenak, agar kita bisa berbagi riak
Duduklah, kursi disampingku masih sepi
Banyak yang datang dan pergi Berdonasi kisah tanpa letih
Aku juga sama, ku bagikan kisahku tapi seadanya
Mungkin aku pelit,
Karna tak ada yang sepandai kamu dalam melilit
Masih kamu, kotak donasi ceritaku yang utuh
Detik waktu berlalu,
Bayangmu yang semu tak lagi ku dapati
Aku berlagak jadi pengacara
Pengangguran banyak rencana
Menyombong bahkan menggongong
Agar bayangmu tau, aku tak lagi mau tau
Satu kali, dua kali, bahkan ribuan kali dia tetap tidak mau pergi
Tap tap tap
Jari-jariku sibuk mengeja namamu
Tapi profilmu masih saja abu-abu
Mengapa karmamu tak berkesudahan, gerutuku
Yah, Sudahlah..
Yang patah tumbuh yang hilang berganti, katanya
Tak apa
Satu dua tiga
Kisah pengacaraku perlahan sukses
Tak lagi dentingmu dalam riuh detikku
Sebentar, biarkan aku menyesap kopi yang berperisa pedih ini
Sssppp, ah ini bahkan lebih manis dari kopi saset abal2 yang pembual
Ngaku kopi, tapi endemiknya hanya seper seratus mili
Eh sudah, aku tak sedang mau menggibah kopi
Lain kali saja, kita menggibah kopi dikala senja
Hari ini masih begini begitu
Tak ada yang mampir dikursi itu
Sesekali, aku melancong mengusir angan yang kosong
Tik tok tik tok
Tak terasa, aku di penghujung hari Ingin segera ku akhiri
Tapi, yang tak diundang segera datang