Ada dialog di angkot senja tadi bikin
aku terpelongo.
Remaja-remaja ramai bicara tentang
koleksi mantan. Tentang serunya menduakan,
pasang tiga, pasang empat.
Ngeri.
Itulah makanya engkau kukenang,
sampai kini mataku berkunang-kunang.
Lelah mencari-cari di jendela mana kau terpampang.
Ahha!! Kau taruhkan nama tengah
Foto bikin aku terperangah.
Istri dan putrimu tertawa sumringah.!
Sekejap sajanya aku bertamu.
Yang lalu yang lampau semestinyalah semu.
Tak elok lagi untuk ketemu.
Dulu sekali, ada setangkai mawar.
Sebuah buku harian. Selembar surat
ditulis bolak-balik. Kesemuanya waktu putih
abu-abu seragam kita.
“Ven, .. kau tau aku punya
feeling.
Aku tau, kau uda punya boyfriend..aku ga
mau
merusak hubungan kalian.
Lekas ini aku jaga
jarak ya, takut feeling
ini makin dalam.
Tapi aku mau bilang, I love you Ven!”
p.s: itu diarynya wangi, Vena..
dipakai buat nulis puisi-pusimu ya..!
Ah..mungkin sudah tak ada lagi sepertimu, kawan.
Berbesar hati, kecilkan emosi.
Aku hargai pilihanmu, hapus jejak sampai pupus.
Jika memang dinding ini tak berjendela, biarkan
tembok-tembok ini jadi tugu.
Pertanda cerita-cerita ketika masih lugu
bisa jadi mengusap ragu.
Bila kerap datang mengganggu.