Tri Budhi Sastrio
Semua heran tidak percaya ... apa? ... saudara
minta ditahan hari ini juga?
Yang ditanya sambil tersenyum mengangguk dan ...
lho apa yang luar biasa?
Ingat ya saya ini berbintang dua dan penegak hukum
bhayangkara negara,
Jadi saya tahu persis apa yang telah terjadi dan
tindakan yang seharusnya
Tahan saya guna tuntaskan perkara dan bikin terang
semua sisi gelapnya.
Lima komisioner KPK dan satu juru bicara memandang
tajam berlama-lama.
Tentu saja tidak salah pendengaran mereka ...
sampai dua kali diulangnya.
Tahan saya sekarang juga dan silahkan para
penyidik KPK segera periksa,
Ada banyak pengakuan dari saya yang harus
segera diambil tindak lanjutnya.
Tetapi ... ya ... ya ... ya ... saya paham ... kan
selama ini naga-naganya
Saya selalu menghindar, tidak mau bekerja sama,
bahkan pengacara saya
Terus mengumbar cerita bahwa KPK tak punya
dasar hukum tetapkan beta
Sebagai tersangka utama korupsi simulator yang
puluhan milyaran jumlahnya.
Itu biasa saja, kan memang begitu cara kerja para
advokat dan pengacara
Selalu teriakkan hal-hal yang meringankan jauh
menembus langit antariksa,
Sedangkan hal-hal yang memberatkan terdakwa
disimpan di saku celana
Dengan harapan siapa tahu tidak ada yang
menyadarinya ... yah naf juga,
Tetapi itulah faktanya dan sekarang saya sudah
instruksikan pada mereka,
Cukup sudah pembelaan setengah dusta, tiba
masanya ungkapkan semua.
Tanpa dusta, tanpa rekayasa ...saya akan beri
contoh pada semua kolega
Tiba masanya menegakkan hukum pada diri sendiri
sebagai langkah mulia,
Baru setelahnya mencoba menerapkannya pada
siapa saja pelanggarnya.
Memang masih terperangah tetapi akhirnya
lima pandawa satu jurubicara
Angguk-angguk kepala tanda mulai paham dan percaya
niat si bintang dua.
Oke ... memang ini sebenarnya sudah menjadi rencana,
kata sang ketua,
Tetapi benar-benar tidak terduga eh ... anda yang
berani ambil prakarsa.
Boleh tahu latar belakang rahasianya, karena terus
terang saja ini pertama.
Ya ... baru yang pertama ada tersangka minta
dengan segera ditahan saja.
Si bhayangkara negara walau tampak berat
menyangga dua bintang kejora,
Tetapi senyumnya lepas bebas laksana hamparan
langit biru di cakrawala.
Panjang ceritanya, tetapi paling tidak ada dua,
yang pertama untuk capa,
Tentu saja dari saya, dan yang kedua dari si bungsu,
dan itu untuk saya.
Kening kembali berkerut, untuk capa, untuk
calon perwira ... ah tentu saja.
Lalu yang kedua dari si bungsu, apakah ini putri
atau putra dan apa katanya?
Tidak keberatan kan kalau saya sedikit bercerita ...
biarkan saja pengacara
Menunggu di luar sana dan bertanya-tanya ...
suasana cair seperti mentega,
Semuanya lega ... semuanya bisa tertawa ...
siapa sangka sang bintang dua
Terkuak juga kesadaran sukma jiwa bahwa dia
adalah bhayangkara negara
Yang tugas utamanya adalah menegakkan semua
norma etika tanpa dusta.
Lalu meluncurlah kisah dan cerita bagaimana dia
di depan para calon perwira
Pompakan semangat berbakti pada bangsa dan negara,
cinta pada sesama,
Dan tentu saja lurus tanpa dusta, karena dusta
adalah awal segala angkara.
Korupsi uang negara diawali oleh dusta, nah calon
perwira pantang berdusta.
Ini yang pertama, kalau pada mereka saya pompakan
tekad untuk tidak dusta,
Lalu bagaimana bisa sebagai andhika bhayangkara
saya lakukan sebaliknya?
Sayangnya kesadaran yang melintas di langit malam
bak bintang terangnya
Memang agak terlambat datangnya, tetapi apa
mau dikata, inilah realitanya.
Seorang mahasiswa calon perwira mengirim sms
membesarkan hati saya,
Sambil tak lupa bertanya, apakah jenderal masih
ingat tugas kuliah perdana,
Mengapa email belum dibalas, kan makalah revisi
dikirim malam sebelumnya.
Saya yang sedang gundah entah mengapa tergugah,
buka email ... membaca.
Yah ... makalah mahasiswa biasa saja tetapi
judulnya menghentak hati saya.
Manakala Dusta Tidak Dianggap Peristiwa Pidana,
Apa Konskekwensinya?
Sialan, maki saya ketika membaca judul, rasanya
langsung menyindir saya,
Dan juga kurang ajar, berani-beraninya menulis
makalah dengan judul gila
Ketika saya sedang tersandung satu perkara
tetapi setelah tuntas dibaca
Yah, ternyata sama sekali tidak menyindir saya,
paling tidak itulah kesannya,
Karena argumennya merupakan perluasan
argumen inti isi kuliah perdana.
Semua terdiam tak ada bicara, ah, bagaimana bisa
makalah mahasiswa
Tiba-tiba saja menjadi pemicu langkah luar biasa
yang baru pertama ada?
Tetapi nyatanya ... sang bintang dua baru saja
melakukan di depan mereka.
Praktek dusta mungkin saja amat sulit dijerat
sebagai pelanggaran pidana,
Kecuali melakukan sumpah palsu di dalam siding
pengadilan, umpamanya,
Tetapi konsekwensinya memang sangat dahsyat
karena banyak contohnya.
Yah ... seandainya tiba-tiba saja semua orang
menghentikan praktek dusta,
Pasti pekerjaan KPK akan cepat tuntas sebentar
saja, sehingga ini lembaga
Dapat dengan segera dibubarkan karena tak lagi
diperlukan keberadaannya.
Tetapi faktanya jauh berbeda, bahkan yang
jelas-jelas amat lengkap buktinya,
Eh ... berkelitnya masih melintas awan dan
mega-mega, tanpa malu rasanya.
Lalu bagaimana yang kedua, yang hadir masih
menunggu lanjutan ceritanya.
Sang jenderal yang sekarang bertekad hentikan
semua bohong dan dusta,
Cukup lama juga terdiamnya, tetapi senyum
di bibirnya pertanda gembira.
Yang lain ikut lega, rasanya kasus simulator
di sarang aligator purna juga.
Tetapi mereka semua tetap saja ingin mendengar
cerita yang nomer dua.
Apakah sama aneh dan luar biasanya dengan
cerita makalah mahasiswa,
Sampai-sampai membuat seorang jenderal
bintang dua berubah gayanya?
Tetapi sayang, sang pemilik dua bintang kejora
putuskan tak lanjutkan cerita.
Biar dia saja yang nanti cerita semuanya, sekarang,
ayo mulai saja prosesnya.
Yah ... memang masih ada rahasia, tetapi kasus
dan perkara terbuka pintunya.
Essi nomor 197 -- SDA26082012 -- 087853451949