Tri Budhi Sastrio
Wow ... slogan ini rasanya tidak terlalu baru tetapi
menjadi berbeda
Manakala yang menyampaikan seorang kepala negara,
hanya saja
Karena ini menjadi pembuka tanggapan resmi atas
kata narapidana,
Banyak orang malah bertanya-tanya, lho ... apakah
dia kurang kerja,
Sampai-sampai informasi dari narapidana walau
mantan ketua KPK,
Mendapat tanggapan langsung dari sang empunya
istana negara?
Benar-benar hebat sang narapidana mampu membuat
pihak istana
Tersudut sedemikian rupa sehingga hanya ada satu
jalan dan cara
Yaitu menyebarluaskan lewat media bahwa informasi
dari penjara
Tidak benar adanya ... maka sambil mengeleng-
gelengkan kepala
Banyak orang ikutan elus-elus dada pertanda
sangat tidak percaya.
Bagaimana bisa seorang kepala negara membawahi
250 juta jiwa,
Eh, berhadapan dengan seorang napi yang sedang
ada di penjara,
Harus tergopoh-gopoh mencetak transkrip rapat
di istana negara.
Yang tidak kalah mencengangkannya, kepala negara
juga terpaksa
Bersumpah dihadapan jutaan tatapan rakyat Indonesia
bahwasanya
Apa yang disampaikannya benar adanya ... yah,
ternyata mudah ya,
Membuat seorang kepala negara bersumpah
atas nama pemilik sorga..
Jangan mempermainkan kebenaran dan jika
nekad maka sama saja
Dengan mempermainkan Tuhan, bergitu kurang
lebih sabda pembuka.
Tentu saja slogan ini -- entah dikutip dari mana --
sangat benar adanya.
Siapa saja yang mempermainkan kebenaran maka
jelas Tuhan dihina.
ENTE INI MEMANG KURANG AJAR, dan Tuhan pun
bisa saja berkata
Sambil tertawa-tawa gembira, MEMANGNYA AKU INI
SIAPA, KECOA?
SEMUA ... YA SEMUANYA SAJA, PASTI DICATAT,
PASTI DIDATA,
SEHINGGA MANA ADA BISA DISEMBUNYIKAN DARI
MATA SORGA?
Kemudian Tuhan pun mungkin akan terbahak-bahak
gembira riang ria
Melihat tingkah manusia yang suka berdusta,
menipu di sini tipu di sana,
Sialnya lagi yang ditipu dan didusta manusia
tidak hanya dirinya semata,
Tetapi juga Tuhan yang mahatahu sekaligus maha
menguasai semuanya.
Aneh tidak kalau begini, menipu dan berdusta
pada sesama manusia saja
Amat sangat menggelikan, eh pada diri sendiri juga
menipu dan berdusta.
Yang lebih menggelikan eh Tuhan mahamengetahui
pun disuguhi dusta.
Kembali pada kepala negara berkaitan dengan isi
rapat di istana negara,
9 Oktober 2008 tepatnya, agenda utamanya krisis
global dan dampaknya,
Yang hadir pimpinan institusi penegak hukum yang
diminta pendapatnya,
Dan ... masih kata kepala negara setelah bersumpah
akan kebenarannya,
Sama sekali tidak ada ... ulangi tidak ada ...
ulangi lagi ... benar tidak ada,
Disebut nama Bank Century dan juga bailout-nya ...
masih tidak percaya?
Lalu kepala negara mengangkat buku cetakan terbaru
yang bersampul biru
Bersatu Menghadapi Krisis judulnya dan silahkan
baca jika kurang percaya.
Duh ... kepala negara ... bagaimana ini ... tentu saja
kami semua percaya.
Kapan sih pernah tidak percaya pada anda, bahkan
ketika label pendusta
Disampaikan beramai-ramai oleh para pemuka agama,
beramai-ramai pula
Kami membela ... bahkan sebuah catatan yang isinya
khusus membela ...
Ya ... Membela SBY yang Labelnya Pendusta segera
dikerek di dunia maya.
Kami masih percaya bahwa kepala negara kami
tidak sedang berdusta ria
Kami juga sangat percaya bahwa kepala negara
tidak sembunyikan fakta.
Tanggal 9 Oktober 2008 pasti tidak ada Bank Century
apalagi bailout-nya.
Kalau si napi mantan ketua KPK berkata sebaliknya ...
ha ... ha ... ha ...
Ingatan dia pasti telah memudar dan salah jadinya,
empat tahun jaraknya,
Siapa yang bisa menjamin ingatan seorang
narapidana tetap prima isinya?
Tetapi kalau kata-kata kepala negara, lho kan ada
transkrip rekamannya?
Walau transkrip rekaman bisa saja telah direkayasa
tetapi kepala negara
Pasti benar adanya ... ada rekamannya, ada
transkripnya, ada buktinya.
Bravo kepala negara Indonesia, bravo karena benar
dan tidak ada dusta.
Tetapi ... yah ... tetapi ... sebenarnya kan bukan ini
yang menjadi intinya.
Yang menjadi inti adalah jika penyelamatan
Bank Century benar adanya
Dan presiden dengan tegas mengatakan ... dan saya
membenarkannya.
Maka harapannya dengan dada tegak, kepala
tengadah, presiden berkata
Inilah kebijakan saya ... ini kebijakan pemerintah ...
inilah kebijakan negara.
Siapa saja yang berlaku curang dan menggelapkan
uang talangan negara
Harus ditangkap, disidik, dituntut, diadili, dan kalau
terbukti ya tentu saja
Segera saja dimasukkan ke penjara ... dan dengan
ini kasus pun purna.
Ya, mengapa tidak berkata yang itu saja wahai Bima
yang kepala negara,
Ini kebijakan pemerintah ... ini kebijakan negara ...
inilah kebijakan saya ...
Polisi, jaksa, dan KPK tangkap semua yang berani
gelapkan uang negara.
Sudah kan ... sudah ditangkap kan ... sudah di penjara
kan ...tiba saatnya
Melihat kembali penuh harapan bagaimana Bank
Mutiara pulihkan dirinya.
Uang talangan pasti kan kembali, perompak uang
negara sudah di penjara,
Kebijakan pemerintah, kebijakan negara, kebijakan
saya terbukti oke punya
Maka kasus Century purna, ayo konsentrasi masalah
lain, olahraga misalnya.
Lebih bernas, lebih berguna, karena prestasi bangsa
dalam olahraga dunia
Benar-benar memalukan, jumlah manusia nomer lima
di dunia, eh medalinya
Cuma mendapat dua sehingga bertenggerlah pada
urutan enam puluh lima.
Dan dengan ini sabda, kasus Century pun paripurna
tak perlu sumpah segala.
Cuma sayangnya ini semua versi catatan di dunia
maya, sedangkan faktanya
Kepala negara negeri tercinta eh masih terpaksa
banyak bersumpah segala,
Itu pun hanya untuk memastikan isi satu rapat
di istana negara bisa dipercaya.
Lalu bagaimana jika isi rapat-rapat yang lain juga
diragukan kredibilitasnya?
Berapa banyak lagi kepala negara harus bersumpah
atas nama pemilik sorga?
Padahal bukan rahasia semakin banyak bersumpah
semakin tidak dipercaya.
Essi nomor 190 -- SDA16082012 -- 087853451949