Tri Budhi Sastrio
Betapa banyak karunia yang diberikan Sang Mahapemurah
pada manusia
Tapi sayang betapa banyak yang tersia-sia, hanya saja
yang lebih bahaya,
Ternyata karunia melimpah berlalu begitu saja karena
memang disia-sia.
Ya, disia-sia, betapa sayang, yang tersia-sia saja
terlalu banyak jumlahnya,
Mengapa masih harus ditambah dengan yang disia-sia ...
betapa bodohnya.
Karunia yang tersia-sia, walau tetap tidak bisa diterima,
karena sebenarnya
Tentu saja bisa tidak tersia-sia jika pemahaman
memadai ada dalam kepala
Disertai dengan tekad membaja dalam dada guna
laksanakan perintah mulia.
Sedangkan karunia yang disia-sia tentu saja benar-benar
tidak bisa diterima.
Mengapa? Ha ... ha ... ha ... karena satu saja alasannya ...
karena ini tanda
Betapa bodohnya manusia yang dengan sengaja
sia-siakan karunia mulia.
Sang Nabi Utusan Surga memberikan perintah yang
gamblang tidak terkira,
Dicatat dengan tinta emas oleh muridnya yang amat
sangat dapat dipercaya.
Dan karena sebelumnya Sang Mahakuasa sendiri
pernah menurunkan sabda
Dialah Putra yang Kukasihi, kepadaNya Aku berkenan,
maka dengarkanlah Dia,
Karenanya apa yang disampaikan sang utusan dan
diabadikan para muridnya,
Sama seperti perintah Sang Mahakuasa sendiri, ya ayo
dengarkan sabdaNya.
Berilah kepada orang yang meminta kepadamu,
itu sabda Sang Utusan Sorga,
Dan janganlah menolak orang yang mau meminjam
dari padamu, tegasnya.
Perintah ini tampaknya memang sederhana, tapi lihatlah
fakta dan realitanya.
Ada berapa banyak yang akan selalu memberi manakala
ada yang meminta?
Ada berapa banyak yang selalu meminjamkan ketika ada
yang mendamba?
Ini perintah dari yang mahakuasa disampaikan lewat
UtusanNya yang mulia.
Perintahnya sederhana, gamblang, tidak memerlukan
orang pintar segala
Jika hanya ingin memahaminya, tetapi kenyataannya
benar-benar luar biasa.
Segala daya dan upaya -- kadangkala dengan sadar --
dicipta dan direkayasa
Guna menolak mereka yang meminta, guna jauhkan
para peminjam pada kita.
Sang Nabi Utusan Sorga yang kecerdasanNya jelas
sekali amat sangat luar biasa
Memang menambahkan setelahnya bahwa siapa saja
diberi hak untuk meminta.
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah,
begitu sabda tambahannya
Maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu
akan dibukakan bagimu, aha,
Bukankah semakin jelas sekarang bahwa tolok ukur
utamanya pada sesama?
Semua permintaan pada sang maha kuasa, pasti akan
diberikan pada manusia,
Semua yang dicari oleh manusia pasti akan ditemukan,
semua pintu akan dibuka.
Pendek kata semua yang diminta dan dimohonkan
oleh manusia, ya jawabnya,
Tetapi ya itu tadi, jika ingin diberi apa yang diminta,
jangan tolak yang meminta,
Jika ingin dikabulkan apa yang didamba, jangan usir
yang datang dan menghiba.
Jika kelak ingin dibukakan pintu sorga, jangan tutup
semua pintu bagi sesama.
Perintah yang mudah, jelas, sederhana, gamblang,
dan tentu saja berwibawa,
Karenanya memang jadi mengherankan setengah mati
dan sulit akal mencerna.
Banyak orang rajin meminta tetapi manakala harus
memberi, pelitnya luar biasa.
Banyak orang sangat rajin mendamba pinjaman ampunan
dari yang mahakuasa,
Tetapi manakala ada sesama bersalah, eh ...
ternyata banyak juga alasannya.
Banyak orang sangat ingin pintu surga selalu terbuka,
tetapi pintu hati miliknya
Dikunci rapat-rapat manakala ada sesama yang
memerlukan belas-kasihnya.
Yah ... benar-benar sulit dicerna, karunia begitu berlimpah,
eh semua disia-sia.
Karenanya senyampang banyak orang merasa
sekarang saat dan masanya
Lebih memahami kemudian menjalankan semua
perintah sang utusan surga
Catatan kecil ini jika bisa jadi pemantik kecil saja
guna menggugah kelamnya
Sukma jiwa yang terlalu lama dijerat gulitanya
kepentingan diri sendiri semata
Walau hanya sekejab tetapi manakala dapat
memantik cahaya konsep sukma
Sehingga berpikir betapa beruntungnya jika
banyak sesama datang meminta,
Dan bukan malahan menggerutu berkepanjangan
sambil cari daya rekayasa
Guna mengusir mereka semua, maka betapa
hebatnya ini pemantik cahaya.
Yang datang meminta pada kita adalah berkah dan
karunia dari yang kuasa.
Kalau tak ada mereka lalu bagaimana bisa manusia
menjalankan perintahNya?
Ayo ganti paradigma hama menjadi paradigma
berkah dan karunia dari surga.
Memberi ampunan pada sesama khususnya mereka
yang hina dan tak disuka,
Juga bukan main sulitnya apalagi jika dalam kepala
keberadaan mereka semua
Bukannya dianggap sebagai limpahan berkah dan
karunia dari yang mahakuasa
Tetapi sebagai hama pengganggu ketentraman dan
kedamaian hidup di dunia.
Ayo, ubah semua konsep yang ujung-ujungnya hanya
merugikan diri sendiri saja.
Mereka ada banyak di dunia dan datang menghampiri
kita semata-mata karena
Tuhan yang mahapemurah berkenan memberi limpahan
berkah dan karuniaNya.
Tanpa mereka lalu bagaimana kita bisa memberi
ampunan yang menurut sabda
Sang Nabi Utusan Sorga merupakan syarat nan pertama
dan yang paling utama
Agar ampunan dari sang mahakuasa juga berhak
diperoleh atas dosa-dosa kita?
Berkah dan karuniaMu melimpah tidak berkesudahan
dan ada di mana-mana.
Syukur pun dipanjatkan atas semuanya karena tanpa
kehadiran mereka semua
Bagaimana bisa menjalankan perintah dan sabda
lewat Sang Nabi Utusan Sorga?
Kalau perintah dan sabda tidak bisa dijalankan lalu
bagaimana ke tempat mulia?
Peminta-minta ada di mana-mana, orang yang hina dunia
juga banyak stoknya,
Apalagi kita semua bukankah juga tergolong para
peminta-minta dan yang hina?
Terima kasih tidak terhingga karena berkah serta karunia
melimpah tersedia ...
Jangan sampai semuanya tersia-sia apalagi dengan
sengaja memang disia-sia.
Essi nomor 182 -- SDA02082012 -- 087853451949