Penyebaran dan Risiko DBD menyebar luas di Indonesia, terutama pada musim hujan. Pada tahun 2024, kasus DBD di Indonesia kembali meningkat, dengan lebih dari 53.000 kasus dan 404 kematian pada bulan Maret 2024. Hal ini menunjukkan bahwa DBD bukan hanya penyakit lokal, tetapi juga global, dengan sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia berisiko terinfeksi.
Gejala utama DBD adalah demam tinggi mendadak, yang dapat disertai dengan sakit kepala, nyeri di belakang mata, mual, dan muntah. Namun, fase kritis dari penyakit ini adalah ketika demam turun, pasien dapat mengalami trombositopenia (penurunan trombosit) yang berpotensi menyebabkan perdarahan dan syok. Komplikasi yang berbahaya seperti perdarahan hebat, penumpukan cairan pada rongga dada atau perut, dan syok dapat terjadi jika tidak tertangani dengan cepat.
DBD dapat menyebabkan kematian, terutama jika diagnosa terlambat. Pasien yang datang berobat pada fase kritis (grade 3 atau 4) memiliki risiko penanganan yang terlambat, sehingga meningkatkan risiko kematian. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala DBD sejak awal dan segera mencari pertolongan medis.
Pencegahan Melalui Program PSN 3M Plus Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan menjalankan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus, yaitu menguras atau membersihkan penampungan air, menutup rapat penampungan air, dan melakukan fogging atau memperbaiki parit yang tidak lancar. Program ini harus dilakukan secara berkala untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan terbebas dari nyamuk penyebab DBD.
Vaksinasi vaksin dengue juga merupakan salah satu cara efektif untuk mencegah DBD. Vaksin ini dapat diberikan sejak usia 6 tahun, tetapi perlu dilakukan pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter sebelum pemberian vaksin, terutama jika pasien telah terkena infeksi virus dengue sebelumnya.