Keinginan terbesarnya adalah pergi haji, atau setidaknya umroh. Namun dia sadar penghasilannya saat ini menjadikan impian itu agak susah terpenuhi, maka inilah kesehariannya sejak dua puluh tahun lalu setelah mentas dari pesantren milik Kyai Sepuh. Berdiam diri selepas shalat subuh berjamaah hingga fajar mulai terang, berharap pahala layaknya orang-orang yang mabrur.
Dia tinggal seratus meter dari tempat orang berjamaah itu, bersama istri dan dua orang anaknya. Selepas ini biasanya dia pergi ke kebun belakang rumah peninggalan mertuanya. Di pikirannya sederhana saja, asal bisa buat makan dan biaya sekolah anak-anak maka berkebun saja sudah cukup.
"Pak Udin, nanti sore masuk, kan ngajinya?"